• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Kakanwil Kemenag Jabar: MQK Perkuat Tradisi Akademik dan Kelembagaan Pondok Pesantren

Kakanwil Kemenag Jabar: MQK Perkuat Tradisi Akademik dan Kelembagaan Pondok Pesantren
Kakanwil Kemenag Jabar: MQK Perkuat Tradisi Akademik dan Kelembagaan Pondok Pesantren
Kakanwil Kemenag Jabar: MQK Perkuat Tradisi Akademik dan Kelembagaan Pondok Pesantren

Bandung, NU Online Jabar
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) H Ajam Mustajam mengungkapkan, Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) atau lomba baca kitab kuning merupakan ikon dari seluruh kegiatan yang ada di Kementerian Agama terutama di lingkup Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. Hal tersebut diungkap saat memberikan sambutan pada kegiatan pembukaan MQK tingkat Jawa Barat yang bertempat di Hotel Sutan Raja Soreang Kabupaten Bandung, pada Senin (5/6/2023).


"Selain menjadi salah satu rukun pesantren, kitab kuning merupakan ruh atau jiwa pendidikan keagamaan islam dalam ikhtiar mencetak para Mutafaqqohu Fiddin," tegasnya.


H Ajam menuturkan, pelaksanaan MQK bukan hanya sebatas lomba untuk memperebutkan juara, akan tetapi juga harus menjadi penegasan tentang nilai-nilai keIslaman, terutama nilai agama sebagai Rahmatan Lil’alamin.


Ia juga mengajak kepada semua yang hadir untuk bisa terus memperkuat santri-santri dilingkungan Jawa Barat agar tidak terpengaruh dengan hal yang tidak di harapkan.


Dalam kesempatan yang sama, pria yang juga merupakan salah seorang A'wan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat meningkatkan kewaspadaan semua agar bisa jeli dan tidak terpengaruh dengan pemberitaan yang membuat masyarakat menjadi terpecah belah. Menurutnya, Santri bisa berpengaruh dan mampu memberikan dampak besar baik secara lokal maupun global.


"Tentu, pelaksanaan MQK ini sebagai salah satu washilah menjadi kompetisi sekaligus mengembangkan potensi akademik/olimpiade para santri pada bidang penguasaan ilmu agama (tafaqquh fiddin), sekaligus penguatan tradisi akademik dan kelembagaan pondok pesantren," paparnya.


Pria kelahiran Garut 15 Mei 1967 itu mengatakan, penyelenggaraan MQK juga menjadi instrumen kelembagaan bagi penguatan empat pilar kebangsaan bagi para santri dan seluruh civitas akademika pondok pesantren sesuai semangat Hari Santri sebagaimana Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.


H Ajam menyebut, ada empat poin penting adanya kegiatan MQK. Pertama, untuk mendorong dan meningkatkan kecintaan para santri kepada kitab-kitab rujukan berbahasa Arab (kutub atturats), serta meningkatkan kemampuan santri dalam melakukan kajian dan pendalaman ilmu-ilmu agama Islam dari sumber kitab-kitab berbahasa Arab. Kedua,untuk menjalin silaturahim antar pondok pesantren se- Jawa Barat, dalam rangka terwujudnya persatuan, kesatuan, dan Ukhuwah Islamiyah dikalangan Pondok Pesantren. Ketiga, untuk meningkatkan peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam mencetak kader ulama dan tokoh masyarakat di masa depan. Keempat, menjadi ajang seleksi untuk Jawa Barat menghadapi MQK tingkat Nasional di Jawa Timur pada bulan Juli tahun 2023.


Ia menilai, seluruh peserta sudah tentu merupakan intelektual muda islam. Bidang nahwu dan sharaf adalah standar dasar yang harus dikuasai oleh peserta untuk memahami kedalaman 5 makna dari setiap kata yang ada di kitab kuning, yang jika sampai salah baca harakat bisa beda makna. Tidak hanya itu, peserta juga dituntut bisa menjelaskan alasan dari bacaan yang sudah mereka suguhkan perharakat dan perkata.


"Dengan demikian mereka insya Allah pasti merupakan harapan yang membanggakan bagi kemajuan islam di masa-masa yang akan datang. Oleh karenanya, sungguh hal ini perlu kita kenali bersama, kita wajib turut mensyiarkannya agar MQK ini dapat didukung semua pihak," tegasnya.


H Ajam juga mendorong agar pemerintah wajib mafhum dan peduli terhadap potensi atau kekayaan negeri yang belum tertangani secara maksimal, sehingga perlu diperjuangkan agar MQK ini mendapatkan anggaran layaknya seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan olimpiade siswa di pendidikan formal.


"Melalui kegiatan ini, tiada lain untuk menggali potensi-potensi para santri dalam kebolehannya membaca kitab gundul dan MQK merupakan ajang strategis untuk mengangkat tradisi akademik pondok pesantren dan menggali potensi santri, dalam meningkatkan mutu tafaqquh fiddin di pondok pesantren," tuturnya.


Selain itu, pihaknya juga berterima kasih serta mengapresiasi yang setinggi-tingginya kepada  Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat serta jajarannya yang telah memberikan anggaran yang begitu luar biasa dan dukungan yang tiada hentinya bagi dunia pesantren sehingga Jawa Barat menjadi provinsi pertama yang memiliki perda terkait fasilitasi penyelenggaraan Pesantren dan menjadi percontohan bagi provinsi-provinsi lainnya.


"Kami haturkan terima kasih kepada seluruh panitia serta pihak-pihak terkait yang selama ini telah bekerja keras untuk terlaksananya kegiatan ini tentunya dalam rangka memajukan pendidikan pondok pesantren di provinsi Jawa Barat. Semoga Allah swt mencatat sebagai amal sholeh," pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi


Nasional Terbaru