• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Ramadhan di Pesantren Sebuah Kenangan (2); Kiai Mahfudz Thaha, Pelopor Tahfidz di Cirebon

Ramadhan di Pesantren Sebuah Kenangan (2); Kiai Mahfudz Thaha, Pelopor Tahfidz di Cirebon
KH Mahfudz Taha. (Foto: FB Husein Muhammad).
KH Mahfudz Taha. (Foto: FB Husein Muhammad).

Tahun 1960, saat usiaku 7 tahun, Kiai Mahfuzh Thaha, kiai yang ganteng asal Lebaksiu Tegal menjadi menantu Kiai Syathori. Beliau menikah dengan adik ibu saya. Bersamaan dengan  pernikahan beliau aku disunat/dikhitan.


Kiai Mahfuz adalah seorang "hafizh", (sebutan untuk orang yang hafal al-Qur'an 30 juz), alumni pesantren Kaliwungu. Sejak saat itu (jadi menantu), lahir tradisi baru di pesantren, yaitu diselenggarakan Tahfiz al-Qur'an. Hampir semua keluarga besar pesantren menghafal al-Quran, minimal juz 'Amma


Bila bulan Ramadan tiba sebagai seorang hafizh, Kiai Mahfuzh diminta oleh Kiai Syathori menjadi imam shalat Tarawih. Setiap raka'at kiai Mahfuz membaca 1,5 sampai 2 halaman Al-Qur'an. Dalam tradisi pesantren shalat Tarawih diselenggarakan sebanyak 20 rakaat plus 3 rakaat shalat witir. Setiap sekali tarawih lengkap memakan waktu sekitar 1.30-2 jam. Nah, maka 30 Juz itu biasanya dapat dikhatamkan dalam 20 hari. Lumayan capek berdiri. 


Saat Kiai Mahfuzh mengimami, Kiai Syathori selalu berada tepat di belakangnya sambil memegang mushaf dan me"nyimak" yakni mengamati bacaan hafalan Imam dengan melihat mushaf. Boleh jadi juga untuk mengkoreksi jika ada kekeliruan bacaan atau lupa.


Bisa dibilang, Kiai Mahfuzh adalah hafizh pertama di Arjawinangun. Beliau wafat tahun 1999 di Pondok Pesantren Darul Quran, Muara Bulian Jambi yang didirikannya, tahun 1991. Beliau meninggalkan anak-anaknya yang juga Hafiz. Anaknya : Kiai Abdullah Ubaid. Sekarang pengasuh Pesantren besar Darul Quran al Islami di Lebaksiu Tegal. Santrinya lebih dari 2000. Beliau menantu embah Dullah, Kajen Pati. Menantunya : Kiai Dr. Ahsin Sakho, mendirikan Pesantren Dar al-Qur'an di Arjawinangun. Cirebon dan di Pamulang, Tangerang. Rektor IIQ, 2 periode. Isterinya, Ny. Habibah Mahfuz, juga hafizah, tamatan IIQ. Anak perempuannya, Arabiyah Mahfuz, mendirikan pesantren al-Quran di Pondok Cabe, Ciputat, Jakarta. Semuanya itu menggantikan beliau meneruskan tradisi ini sampai hari ini. Alfatihah. 


Di samping itu, setiap sore, sesudah shalat Ashar, di bulan Ramadhan juga Kiai Mahfuzh Thoha mengadakan sema’an al-Qur`an yang dihadiri oleh masyarakat di sekitar pesantren. Jumlahnya bisa mencapai 70 orang. Beliau membaca dengan hafalan al-Quran dan yang lain menyimak/mendengar sambil melihat dan memperhatikan.


Biasanya setelah itu beliau memberikan taushiyah, atau menjelaskan hal-hal penting terkait dengan bacaan dan makna beberapa ayat al-Qur`an yang dibacanya. Tradisi ini juga masih berlangsung sampai sekarang. Selepas Kiai Mahfuzh mangkat(meninggal), anaknya yang juga "hafizh", Kiai Abdullah Ubaid yang meneruskannya. Jika berhalangan mengundang orang luar yang hafal al-Qur`an untuk menjadi imam shalat Tarawih dan hadir di acara sema’an. 


Saya sendiri sebetulnya juga adalah seorang hafizh. Eh salah, tepatnya " Pernah menghapal al Qur'an". Ya, karena saya dulu tahun 1973-1979 belajar di PTIQ. Di sana kegiatan sehari-hari saya adalah menghafal al-Qur`an, disamping kuliah sebagaimana di Perguruan Tinggi.


Nah, ketika ramadan tiba, saya pulang. Puasaan di rumah. Di Pesantren Dar al Tauhid. Kiai Mahfuz sering menyuruh saya jadi imam shalat Tarawih. Dan saya sering hanya sanggup setengah juz saja, dan itupun bisanya untuk beberapa juz awal. Sekarang sudah tidak lancar lagi dan lebih tepatnya sudah banyak lupanya. Maka kalau saya diminta jadi imam Tarawih, saya akan baca dari surah al Takatsur, sampai Tabbat (al Lahab) pada setiap rakaat pertama plus Qulhu (al Ikhlash) pada rakaat kedua. Untuk Witirnya baca surah al A'la, dan al Kafirun  serta surah al Ikhlash dan mu'awwidzatain. Harap maklum. He he he. 


KH Husein Muhammad, salah seoranv Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru