• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Perjanjian Eliya

Perjanjian Eliya
Perjanjian Eliya
Perjanjian Eliya

Tadi pagi, aku membaca tulisan Imam Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, guru besar ahli Tafsir dan sejarawan besar Islam, dalam Tarikh al-Umam wa al-Muluk (sejarah bangsa-banga dan penguasa-penguasa dinastik masa lalu. Di dalamnya beliau mencatat dokumen sejarah tentang perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan umat Nasrani di Yerussalem. 


Perjanjian ini dikenal dengan nama “Mu’ahadah Elia”, karena dideklarasikan di Iliya, nama kota kuno di Yerussalem, tahun 15 H/636 M. Isinya adalah:


بسم الله الرحمن الرحيم،
هذا ما أعطى عبـد الله أمير المؤمنين عمر، أهل إيليا من الأمـان، أعطـاهم أمـانـاً لأنفسهم وأموالهم ولكنائسهم ولصلبانهم وسقيمها وبريئها وسائر ملتها، إنه لا تسكن كنائسهم ولا تهدم ولا ينتقص منها ولا من حيزها ولا من صليبهم، ولا من شيء من أموالهم، ولا يكـرهـون على دينهم، ولا يضار أحد منهم،.... شهـد على ذلـك خالـد بن الـوليد، وعمرو  العـاص، وعبد الرحمن بن عوف، ومعاوية بن أبي سفيان. كتب وحضر سنة خمس عشرة .


“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Inilah yang diberikan oleh hamba Allah, Umar, pemimpin orang-orang yang beriman, kepada penduduk Iliya. Yaitu jaminan keamanan. Umar memberikan jaminan keamanan/perlindungan hak hidup, hak milik harta, bangunan-bangunan gereja, salib-salib mereka, orang-orang yang lemah (sakit), orang-orang sehat dan semua pemeluk agama. Gereja-gereja mereka tidak boleh diduduki (ditempati), tidak boleh dihancurkan, tidak ada sesuatu yang boleh dikurangi dari apapun yang ada dalam gereja itu atau diambil dari tempatnya; tidak boleh mencabut salib mereka, tidak juga mengambil harta benda mereka, penduduknya tidak boleh dipaksa untuk melepaskan keyakinan agama mereka dan tidak satu orangpun di antara mereka yang dilukai...”. 


Penandatangan perjanjian ini disaksikan oleh Khalid Ibn al-Walid, Amr bin ‘Ash, Abd al-Rahman bin ‘Auf, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ditetapkan pada tahun 15 H. (Ibn Jarir al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 1997, jilid II, hlm. 449).


Perjanjian yang dibuat Umar Ibn al-Khatthab di atas menggambarkan pandangannya yang sangat mendalam tentang kerahmatan Islam yang tidak hanya diberikan kepada bangsa dan umatnya sendiri, melainkan kepada semua umat manusia apapun agama yang dianutnya.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru