Hikmah

Mengenal Makna Nama Rajab sebagai Bulan yang Mulia

Kamis, 9 Januari 2025 | 16:00 WIB

Mengenal Makna Nama Rajab sebagai Bulan yang Mulia

Bulan Rajab (Ilustrasi: AM)

Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Hijriyah yang memiliki kedudukan istimewa di antara dua belas bulan yang ada. Allah Swt. memilih empat bulan tertentu untuk diberi keutamaan, yang dikenal dengan nama bulan haram (asyhurul hurum). Keempat bulan ini adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, yang di dalamnya terkandung keistimewaan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya.


Allah Swt. mengungkapkan dalam Al-Qur'an tentang keutamaan empat bulan ini melalui firman-Nya dalam Surat At-Taubah ayat 36:
 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya, "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram." (Surat At-Taubah ayat 36).


Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa empat bulan yang dimuliakan ini memiliki kedudukan sangat tinggi. Di bulan-bulan ini, segala amal baik dilipatgandakan pahalanya, sementara dosa yang dilakukan pun akan mendapatkan balasan yang lebih besar dibandingkan dengan bulan lainnya. Oleh karena itu, bulan Rajab, sebagai salah satu bulan haram, memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam.


Selain dikenal sebagai bulan yang mulia, Rajab juga memiliki nilai sakral yang menjadikannya sangat dihormati. Salah satu bentuk penghormatan yang diterima bulan ini adalah berhentinya peperangan pada masa Arab Jahiliyah begitu memasuki bulan haram, termasuk Rajab. Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ruslan dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa bulan Rajab juga dikenal dengan beberapa nama, yaitu bulan fardu dan bulan asham.


Bulan fardu merujuk pada keunikan Rajab sebagai bulan yang terpisah dari tiga bulan haram lainnya (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram) yang selalu berurutan. Sementara itu, bulan asham berarti "tuli," yang menggambarkan keadaan bangsa Arab Jahiliyah yang menghentikan peperangan dan mengubur permusuhan pada bulan Rajab. Peperangan yang biasa terjadi pada bulan-bulan sebelumnya dihentikan begitu memasuki bulan ini. Bahkan, mereka berkunjung ke rumah orang-orang yang membunuh ayah mereka di medan perang sebagai bentuk perdamaian dan penghormatan terhadap bulan yang penuh berkah ini.


Imam Al-Hafiz Abu Hasan bin Muhammad Hasan al-Khalal dalam kitabnya menjelaskan bahwa Rajab memiliki makna yang lebih dalam. Ketika Rasulullah saw ditanya mengapa bulan ini dinamakan Rajab, beliau menjawab bahwa di bulan ini terdapat banyak kebaikan yang disediakan untuk bulan Sya’ban dan Ramadhan. Hal ini mengindikasikan bahwa Rajab menjadi waktu persiapan bagi umat Islam untuk lebih meningkatkan amal ibadah sebagai persiapan menyambut kedua bulan mulia tersebut.


Imam Zainuddin Muhammad Abdurrauf bin Tajul Arifin, atau lebih dikenal sebagai Imam al-Manawi al-Qahiri, juga menyebutkan bahwa bulan Rajab adalah waktu yang sangat penting dalam memperbanyak amal dan kebaikan. Sebab, bulan ini menjadi titik awal dari peningkatan spiritual umat Islam untuk menyambut Sya’ban dan Ramadhan yang penuh kemuliaan.
 

Bahkan, Rasulullah saw menjelaskan dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

 

قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ لِمَ سُمِيَ رَجَبَ؟ قَالَ: لأنَّهُ يُتَرَجَّبُ فِيهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ لِشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Artinya, "Dikatakan kepada Rasulullah, 'Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab?' Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadhan." (Imam Abu Muhammad al-Khalal, Fadhailu Sayahri Rajab, [Lebanon, Beirut, Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama: 1996 H/1416 H], halaman 47).


Imam al-Manawi, dalam kitabnya Faidhul Qadir Syarh Jami’us Shaghir juga mengungkapkan makna dari hadits tersebut:

 

فَالْمَعْنَى أَنْ يُهَيَّئَ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ عَظِيْمٌ لِلْمُتَعَبِّدِيْنَ فِي شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Artinya, "Maka makna (hadits tersebut), adalah dengan disediakan di dalamnya suatu kebaikan yang banyak dan agung bagi ahli ibadah (untuk menghadapi) bulan Sya’ban dan Ramadhan." (Imam al-Manawi, Faidhul Qadir Syarh Jami’us Shaghir, [Mesir, Maktabah at-Tijariah, cetakan pertama: 1356], juz IV, halaman 149).


Bulan Rajab mengandung spirit peningkatan spiritualitas, di mana umat Islam diajak untuk meningkatkan amal ibadah, baik sebagai persiapan menyambut bulan Sya’ban dan Ramadhan, maupun karena pahala kebaikan yang dilakukan pada bulan ini dilipatgandakan oleh Allah Swt.


Tulisan ini dikutip dari artikel karya Ustadz Sunnatullah, sebagaimana dimuat di NU Online.