Hikmah

Memahami Makna Hari Arafah, Hari Kedua Puncak Ibadah Haji

Kamis, 5 Juni 2025 | 09:00 WIB

Memahami Makna Hari Arafah, Hari Kedua Puncak Ibadah Haji

Hari Arafah (Ilustrasi: AM)

Hari Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, salah satu hari istimewa dalam bulan yang dimuliakan Allah, yakni bulan Dzulhijjah yang termasuk ke dalam empat bulan suci atau Asyhurul Hurum. Dalam bulan ini, terdapat dua peristiwa penting dalam ajaran Islam: Hari Raya Idul Adha (Hari Raya Kurban) dan pelaksanaan ibadah haji. Puncak dari ibadah haji terjadi pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, yang dikenal sebagai Hari Tarwiyah dan Hari Arafah.


Pada momen puncak ibadah haji ini, umat Islam yang tidak sedang menunaikan haji dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah.


Asal Usul Penamaan Hari Arafah
Hari Arafah merujuk pada tanggal 9 Dzulhijjah, saat jamaah haji melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah. Lokasi ini juga dikenal sebagai Jabal Rahmah atau Gunung Kasih Sayang, yang dipercaya sebagai tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah terpisah selama ratusan tahun.


Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun haji yang wajib dipenuhi. Prosesi ini mengandung makna "berhenti", yaitu berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia untuk merenungi keesaan Allah SWT dan memperbanyak doa serta zikir.


Terkait asal-usul penamaan Hari Arafah, Ustadz Sunnatullah dalam tulisannya di NU Online menyebutkan bahwa terdapat banyak pendapat ulama mengenai hal ini. Salah satunya dijelaskan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib, yang menguraikan delapan pandangan berbeda mengenai alasan hari tersebut dinamakan Arafah.


1. Pertemuan Nabi Adam dan Sayyidah Hawa 
Dijelaskan, bahwa hari itu merupakan momentum dipertemukannya dua pasangan suami istri yang sudah bersama dalam surga kemudian diusir ke dunia, dan akhirnya oleh Allah pada hari itu dipertemukan di Arafah, Makkah, yaitu pertemuan Nabi Adam as dengan Sayyidah Hawa. Dengan pertemuan itu, keduanya menjadi tahu (arafa) antara satu dengan lainnya.


2. Nabi Adam mengetahui cara haji 
Di hari yang sama, Malaikat Jibril mengajarkan tatacara melakukan ibadah haji pada Nabi Adam as. Ketika sampai di tanah Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Apakah engaku sudah tahu?” Nabi Adam as menjawab, “Iya, tahu.”  Dari situ, hari tersebut dikenal dengan hari Arafah (tahu). 


3. Nabi Ibrahim mengetahui kebenaran mimpinya 
Di hari kesembilan Dzulhijjah ini, Nabi Ibrahim as mengetahui (Arafah) kebenaran mimpi menyembelih putranya Ismail, yang ia alami dan membingungkan itu. 


4. Nabi Ibrahim mengetahui cara haji 
Pada hari itu, Malaikat Jibril mengajarkan tentang tata cara melaksanakan ibadah haji kepada Nabi Ibrahim as, dan membawanya menuju Arafah. Sesampainya di sana, Jibril bertanya, “Apakah engkau tahu tentang cara thawaf dan di mana tawaf dilakukan?” Nabi Adam as menjawab, “Iya, tahu.”


5. Nabi Ibrahim menemui Siti Hajar dan Nabi Ismail 
Nabi Ibrahim as pergi menuju Syam dan meninggalkan anaknya Nabi Ismail as dan Istrinya Sayyidah Hajar di Makkah. Mereka tidak pernah bertemu selama beberapa tahun. Kemudian oleh Allah mereka dipertemukan tepat pada hari Arafah.


6. Nabi Ibrahim mimpi menyembelih putranya 
Hari itu diberi nama Arafah karena adanya peristiwa mimpi Nabi Ibrahim as untuk Menyembelih putranya Nabi Ismail as, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. 


7. Orang Haji menamai Arafah 
Ada juga pandangan yang menyebut bahwa pada hari itu orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji menamainya dengan kata Arafah ketika berhenti di tanah Arafah.


8. Orang haji diberitahu dapat ampunan dan rahmat 
Karena pada hari itu Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan ampunan (maghfirah) dan rahmat. 


Selain pandangan di atas, ada juga yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf (pengetahuan). Hal ini mengingat pada hari Arafah, umat Islam mengetahui dan membenarkan al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan Dzat Yang Agung. 


Di samping itu, ada juga ulama yang berpendapat bahwa Arafah diambil dari kata ‘arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Hal ini berarti, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya, melepas semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, dan menghindar dari perbuatan dosa. 


Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam Surat Al-Qur'an surat Muhammad ayat 6, “Dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” 


Dijelaskan Ar-Razi, bahwa ayat di atas berarti orang-orang yang berdosa ketika bertobat di tanah Arafah, sungguh mereka telah terlepas dari kotoran-kotoran dosa, dan berusaha dengan (ibadah)-nya di sisi Allah  sehingga akan menjadi jiwa yang harum (terbebas dari dosa dan kesalahan).