Hikmah KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Kualitas Diri

Sabtu, 2 November 2024 | 07:38 WIB

Kualitas Diri

Kualitas Diri. (Ilustrasi: NU Online).

Syekh Nawawi dalam kitab Nashoihul Ibad mengutip pernyataan Imam Ali bin Abi Thalib:‎


من لم يكن عنده سنة الله (أى عادته) وسنة رسوله (شأنه) وسنة أولياءه (أمرهم) فليس فى يده شئ (أى فليس له شيئ يعتد به)


"Siapa saja yang tidak melakukan sunnah Allah swt (yakni kebiasaan Allah SWT), dan tidak berperilaku sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, dan tidak berwatak seperti sunnahnya para wali-wali Allah SWT, maka tidak ada ditangannya sesuatu apapun, yaitu tidak ada baginya sesuatu yang dapat diperhitungkan (alias tidak berkualitas),".


Ini artinya, kualitas diri kita ditentukan oleh bagaimana berprilaku seperti tradisi atau kebiasaan Alllah, Rasul dan para Wali. Bagaimana penjelasannya?‎


(قيل له أي لعلي ما سنة الله قال) ‎أى علي‎ (كتمان السر)


Sunnah Allah itu intinya kita memegang erat rahasia hamba Allah yang lainnya. Jadi, kehormatan mereka kita jaga, sebagaimana Allah tetap menjaga kehormatan anak cucu Adam meski mereka abai dan lalai padaNya.‎


(وقيل ما سنة الرسول؟ قال المداراة بين الناس)


Mengikuti sunnah Rasul itu intinya adalah ramah dan berbuat baik pada manusia (bukan cuma pada sesama umat Islam).


وقيل : ما سنة اوليائه ؟ قال : احتمال الإذ ى من الناس


Dan mengikuti sunnah para wali itu ikut merasakan dan menanggung penderitaan manusia.


Jadi, kesimpulannya kualitas diri kita itu tergantung bagaiamana kita menjaga relasi kita pada sesama. Percuma saja kita rajin ibadah, tapi kalau kita tidak bisa menjaga kehormatan orang lain, julid n jutek pada orang lain, dan tidak punya simpati dan empati pada permasalahan mereka, maka kita belum menjadi hamba Allah yang berkualitas, yang bisa diperhitungkan dan dibanggakan oleh Allah, Rasul dan para wali.


Jelas kan yah? Atau masih butuh dikasih cintih priktis?


Baik, ini contohnya: meski saya sudah lama tidak makan mie instan, tapi saya tetap simpati dan empati pada mereka yang menikmatinya (sampai sakit perut kepedesan dan bolak balik ke toilet). Saya percaya masih ada manfaatnya mie instan itu. Lihat saja videonya.


So, it’s clear, I do not miss mie goreng, but I miss you, my dear

​​​​​​​
KH Nadirsyah Hosen,