Kritik Imam Al-Ghazali Atas Realitas Zamannya
Jumat, 20 September 2024 | 12:19 WIB
Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111), sang argumentator Islam genius dari Thus, Persia, yang legendaris, melancarkan kritik tajam kepada publik yang menolak rasio, akal budi.
Penulis Kitab Ihya Ulumiddin yang monumental itu berkata :
من لا يحيط بالمنطق فلا ثقة بعلومه اصلا
"Orang yang tak mengerti logika, pemikiran rasional, imunya tak bisa dipercayai sama sekali. Al-Ghazali menegaskan bahwa akalbudi adalah basis memahami agama.
Baca Juga
Ijtihad Cinta
"Akal adalah fondasi memahami "naql" (teks). Andai tidak ada akal niscaya eksistensi kenabian dan syariat (aturan agama/ kehidupan) tak kokoh".
Di tempat lain beliau mengatakan dalam karyanya "Ma' arij al-Quds" bahwa ;
الشرع لم يتبين الا بالعقل. فالعقل كالاس والشرع كالبناء. ولن يغنی اس مالم يكن بناء. ولن يثبت بناء مالم يكن راس.
"Syar' ( aturan agama) tidak menjadi jelas kecuali melalui akalbudi. Ia bagaikan fondasi, syara' bagaikan bangunan. Fondasi membutuhkan bangunan dan bangunan tidak eksis tanpa fondasi".
Selanjutnya al-Ghazali mengatakan bahwa hari ini masyarakat sedang menderita/sakit jiwa. Dan hal yang paling berat dalam kondisi ini adalah kekosongan dokter, ahli medis. Mereka adalah ulama, ahli agama, pakar mental spiritual. Tetapi sayang sekali mereka sendiri sakit parah/kronis.
Ini sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair :
Baca Juga
Makna Al-Qur'an Berlapis-Lapis
وراعی الشاة يحمی الذءب عنها فكيف اذ الرعاة لها ذءاب
Penggembala menjaga ternak-ternaknya dari serbuan srigala. Tetapi bagaimana jika penggembala itu sendiri adalah srigala?.
Kegelisahan Imam Al-Ghazali
Imam al-Ghazali menyampaikan kegelisahan atas realitas masyarakat pada masanya:
قال الامام الغزالى : لقد صارعلم الدين الحقيقى مندرسا .ومنار الهدى فى أقطار الارض منطمسا. ولم يبق الاعلم الفتوى فى الاحكام الظاهرة او الجدل للمباهاة والغلبة والافحام او السجع المزخرف يتوسل به الواعظ الى استدراج العوام.
"Sungguh, pengetahuan agama yang sejati telah lenyap. Cahaya petunjuk jalan lurus di seluruh pelosok bumi telah redup. Yang tersisa hanyalah fatwa hukum-hukum formal, atau perdebatan untuk kebanggaan diri, mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara, atau permainan kata-kata yang penuh pernak-pernik, meliuk-liuk, yang digunakan oleh “sang juru bicara agama” untuk meninabobokan publik awam".
Dr. Ali Muhammad al Shalabi dalam artikelnya تشخيص الإمام أبي حامد الغزالي لأمراض المجتمع الإسلامي menyebutkan:
فأما علم طريق الاخرة مما درج عليه السلف الصالح مما سماه الله فى كتابه فقها وحكمة وعلما وضيآء ونورا وهداية ورشدا فقد اصبح من بين الخلق مطويا وصار نسيا منسيا.
"Sementar itu, pengetahuan esoterik/spiritual yang menuntun jalan kepada kehidupan abadi di akhirat, dan pengetahuan yang ditempuh para ulama “al-salaf al-saleh”, (orang-orang saleh masa lalu), yang disebut oleh Tuhan sebagai “pengetahuan tentang hak dan kewajiban”, kebijaksanaan (wisdom/filsafat), ilmu, cahaya dan petunjuk jalan, telah tak berarti dan dilupakan orang”.
Pernyataan Imam al-Ghazali di atas memperlihatkan kepada kita betapa para ulama masa lalu mempunyai pikiran terbuka, mengapresiasi filsafat, dan berbagai ilmu pengetahuan, bukan hanya fikih, dari peradaban manapun.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
2
Pesantren Karangmangu Bertaraf Nasional, Cetak Puluhan Khatimin dari Berbagai Daerah
3
Sekda Tasikmalaya Apresiasi Kiprah IPPNU dalam Membangun Generasi Melek Teknologi
4
Meriahkan Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Umumkan Juara Lomba Kreativitas Pelajar se-Kabupaten
5
RMI PWNU Jabar Kritik Kebijakan Gubernur Terkait Penyerahan Ijazah
6
LP Ma’arif NU Jabar dan Gurfah Azhariyah Gelar Tes Masuk Universitas Al-Azhar Mesir
Terkini
Lihat Semua