Hikmah KOLOM BUYA HUSEIN

Kelahiran Nabi Muhammad Libur Nasional

Sabtu, 21 September 2024 | 07:01 WIB

Kelahiran Nabi Muhammad Libur Nasional

(Ilustrasi: NU Online Jabar/Rizqy).

Jika tidak keliru ingatan saya, peringatan Maulid Nabi di Indonesia ditetapkan sebagai hari Libur Nasional ketika KH Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, menjabat sebagai Menteri Agama. Upacara peringatan Maulid oleh pemerintah ini pada awalnya diadakan di Istana negara.


Tetapi entah sejak kapan kemudian dipindahkan tempatnya, di Masjid Istiqlal. Pada momen tradisi keagamaan ini, Presiden, wakil presiden, para pejabat tinggi Negara dan para duta besar Negara-negara sahabat hadir bersama ribuan umat Islam.


Berbeda dengan pandangan mayoritas besar ulama dan para bijakbestari, Ibnu Taimiyah, tokoh "salafi" awal dan Hanbalian memandang perayaan Maulid Nabi sebagai bid'ah. Suatu praktik ritual keagamaan yang tidak pernah dilakukan Nabi dan para sahabatnya. Ia memang penganut tradisi tekstualis ketat, radikal. Pandangan ini beberapa abad kemudian diteruskan dengan semangat Islam tekstualis yang radikal oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ulama terkemuka kelahiran Nejd, Saudi Arabia, 1703-1791. Para pengikutnya popular disebut Wahabis.


Saudi Arabia mungkin satu-satunya Negara Islam yang anti peringatan Maulid Nabi dan menyerang serta mengecam kelompok muslim lain yang merayakannya. Para pengikutnya terus menyebarkan ajaran bahwa "maulid Nabi sebagai praktik keagamaan yang sesat". Pandangan ini ditolak oleh masyarakat muslim hampir di seluruh dunia muslim dan masyarakat yang berperadaban.


Demikianlah, maka memperingati kelahiran Nabi besar Muhammad SAW hari ini dan kapanpun seyogyanya tidak sekedar menyalakan kandil-kandil, pawai obor, berceramah dan bercerita tentang kehidupan beliau yang sangat indah atau membaca puisi-puisi madah (senandung pujian) dan na’tiyah (sifat) kenabian, tetapi lebih dari segalanya adalah meneladani kepribadiannya yang mulia dan melanjutkan cita-citanya yang luhur, cita-cita kemanusiaan universal; membebaskan manusia dari praktik-praktik penindasan dan diskriminasi, membela kaum lemah yang tertindas, menjunjung tinggi martabat dan kehormatan manusia, membangun relasi kemanusiaan dalam jalinan cinta-kasih yang tulus, dan menegakkan keadilan terhadap siapa saja.


Hingga Islam kembali menebarkan cahaya kemanusiaan dan menjadi Rahmat bagi semesta.Islam Rahmatan Lil Alamin.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU