Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Mengetahui Kesucian Santrinya
Kamis, 21 Juli 2022 | 08:00 WIB
Agung Gumelar
Penulis
Bandung, NU Online Jabar
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani (470-561 H/1077-1156 M) adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati di kalangan Sunni. Ia dihormati karena keilmuannya yang sangat luas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga dikenal karena karomah-karomahnya. Di antara karamah yang dimiliki Syeh Abdul Qadir Al-Jailani adalah bisa mengetahui kesucian para santrinya.
Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Najjar bahwa pada suatu hari pernah ada orang dari Jilan, yang nyantri di Madrasah Syekh Abdul Qadir, anak ini datang kepada Syekh untuk belajar fiqih.
Ketika berkumandang azan Dzuhur, seluruh santri berebut tempat di barisan paling depan untuk mengaji kepada Syekh Abdul Qodir. Masing-masing santri akan meletakkan kitabnya di dekat sajadah Syekh Abdul Qadir.
Santri yang meletakkan kitabnya di dekat sajadah itu akan mendapat giliran pertama untuk mengaji dengan Syekh Abdul Qadir selepas salat Dzuhur.
Sebelum waktu Dzuhur tiba, santri yang berasal dari Jilan itu tertidur hingga dirinya bermimpi basah. Ia bangun saat azan Dzuhur berkumandang. Karenanya ia tidak sempat mandi besar, karena seandainya ia mandi terlebih dahulu, maka ia tidak akan mendapat giliran pertama untuk membaca kitab di hadapan Syekh Abdul Qadir.
Sehingga, ia memutuskan untuk langsung mengikuti pengajian tanpa mandi junub terlebih dahulu, santri itu langsung menghamburkan diri ke masjid dan meletakkan kitabnya di dekat sajadah Syekh Abdul Qadir.
Setelah shalat Dzuhur selesai, pengajian pun dimulai. Santri dari Jilan itu langsung duduk paling depan sambil membuka kitab untuk dibaca di hadapan Syekh Abdul Qadir.
Namun, saat baru saja mau membaca kitab, tiba-tiba Syekh Abdul Qadir berkata, “Pergi mandi dulu kau.“
Ia menyadari bahwa sang guru mengetahui jika dirinya belum sempat bersuci setelah mimpi basah. Saat itu juga si santri langsung pergi keluar masjid untuk mandi.
Jadi meskipun tidak diberitahu, Syekh Abdul Qadir tetap tahu apakah kondisi santrinya dalam keadaan suci atau tidak.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah jangan sekali-kali mengelabui seorang guru. Meski nyatanya tidak semua guru bisa mengetahui apa-apa yang tidak terlihat dari diri kita. Namun, alangkah baiknya sebagaimana sikap seorang santri, kita harus memuliakan guru-guru kita salah satunya dengan selalu menjaga adab terhadapnya. Wallahu a’lam.
Editor: Agung Gumelar
Sumber: jatman.or.id
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Doa Perjalanan Pulang Usai Menunaikan Ibadah Haji
3
Khutbah Jumat Singkat: Hikmah Dibalik Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban di Bulan Dzulhijjah
4
Hari ke-42 Operasional Haji 2025, 235 Jamaah Dilaporkan Meninggal Dunia
5
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
6
Dari Hafal Alfiyah hingga Mendirikan Pesantren Cipasung, Keteladanan Abah Ruhiat Diharapkan Jadi Inspirasi
Terkini
Lihat Semua