• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Doa Terakhir Al-Hallaj

Doa Terakhir Al-Hallaj
Doa Terakhir Al-Hallaj
Doa Terakhir Al-Hallaj

Husein Manshur al Hallaj (w. 922 M). Siapa yang tak kenal nama ini. Ia adalah tokoh sufi falsafi legendaries dan sangat fenomenal. Ia oleh sejumlah ulama fiqh dipandang sebagai seorang “kafir zindiq”. Setereotipe ini gara-gara ucapan-ucapannya yang mengandung unsur “pantheistik”, atau dalam bahasa Jawa dikenal sebagai “manunggaling kawula lan Gusti”. Yakni penyatuan Tuhan dan Hamba-Nya. Misalnya ucapan : “Ana al Haq” (Aku adalah Kebenaran). 


Dengan begitu ia telah menyebarkan kesesatan. Maka Ibnu Abi Dawud, ahli fiqh terkemuka aliran literal memfatwakan : "Darah Al Hallaj adalah halal". 


Al Hallaj kemudian diminta bertobat, tetapi ia tetap tak mau mengubah keyakinannya. Ia menerima konsekuensi fatwa eksekusi: "hukuman mati". 


Sebelum pedang algojo menebas kepalanya, sebagian riwayat digantung, di hadapan ribuan mata penguasa yang menghukumnya, al Hallaj berdo’a :


اِلهى هَؤُلاءِ عِبَادُكَ قَدْ اجْتَمَعُوا لِقَتْلِى تَعَصُّباً لِدِينِكَ وَتَقَرُّباً اِلَيكَ  فَاغْفِرْ لَهُمْ . فَاِنَّكَ لَوْ كَشَفْتَ لَهُمْ مَا كَشَفْتَ لِى لَمَا فَعَلُوا مَا فَعَلُوا. وَلَوْ سَتَرْتَ عَنِّى مَا سَتَرْتَ عَنْهُمْ لمَاَ لَقِيتُ مَا لَقِيتُ وَلَكَ الْحَمْدُ فِىمَا فَعَلْتَ وَلَكَ الْحَمْدُ فِيمَا تُرِيدُ


“Wahai Tuhan, mereka adalah hamba-hamba-Mu. Mereka kini tengah berkumpul untuk membunuhku karena begitu cintanya kepada-Mu dan demi “taqarub” (mendekat) kepada-Mu. Ampunilah mereka. Andaikata saja Engkau singkapkan di hadapan mereka apa yang Engkau singkapkan kepadaku, niscaya mereka tidak akan melakukan apa yang mereka lakukan itu. Dan andaikata saja Engkau menutup matahatiku seperti Engkau menutup matahati mereka, niscaya aku tidak akan mengalami keadaan seperti ini. Seluruh Puji milik-Mu atas apapun tindakanmu dan atas apapun Kehendak-Mu”. (Ahmad Amin, Zhuhr al Islam,II/74).


Al Hallaj kemudian menyenandungkan puisi rindu:


Aku menangis kepada-Mu
Bukan hanya untuk diriku sendiri
Tetapi bagi jiwa yang merindukan-Mu
Akulah yang menjadi saksi
Sekarang pulang kepada-Mu
Menjadi saksi Keabadian

(Warisan Sufi, I/118).


Sebagian ulama menyebut Al Hallaj sebagai “Syahid al ‘Isyq al Ilahi”, Martir mabuk cinta Tuhan.  Pikiran-pikiran “tauhidiyah”, "Ittihad" dan "Wihdah al-Wujud" seperti itu sesungguhnya bukan hanya milik  al Hallaj tetapi juga menjadi pikiran sejumlah tokoh sufisme falsafi yang lain baik sebelum maupun sesudahnya. Di Indonesia, menurut banyak orang, nasib al Hallaj dialami juga oleh Syeikh Siti Jenar atau Syeikh Lemah Abang.  


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru