• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Dialog dengan Kiai Ali Yafie

Dialog dengan Kiai Ali Yafie
Dialog dengan Kiai Ali Yafie
Dialog dengan Kiai Ali Yafie

Baru pulang dari Takziyah ke keluarga Kiai Ali Yafie. Teringat saat dialog dengan beliau di atas pembaringannya. Baju batik itu hadiah dari Kiai Ali Yafi. Alhamdulillah, dapat berkah beliau.


Imam al-Ghazali Memadukan Rasionalisme dan Spiritualisme


Kiai Ali Yafie masih tampak segar, meski, kata Bang Helmy, putra keduanya, beliau sedang sedikit drop. Saya sebenarnya terpikir; apakah kedatangan saya membesuk sambil bertanya sana-sini tentang sejumlah hal menggangu beliau atau tidak, ya?


Tapi, sahabat baik saya, Bang Helmy, masih memberi kesempatan saya bicara dengan ayahnya yang disebutnya sebagai Puang. Maka saya masih ingin bertanya, menimba ilmu dari ulama besar ini. Masih soal Imam al-Ghazali.


Masyarakat NU dan para pengikut Ahlussunnah wal Jama'ah, menjadikan Imam al-Ghazali sebagai tokoh utama dalam dimensi sufisme, di samping Syekh Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi. Kitabnya yang terkenal, Ihya' 'Ulumiddin, masih dijadikan acuan dalam ajaran spiritualisme Islam di pesantren-pesantren di Indonesia dan pusat-pusat pendidikan/keilmuan Islam di mana-mana selama berabad-abad, sampai hari ini dan sampai kapan pun.


Kiai Ali Yafie mengatakan dengan nada semangat:


"Al-Ghazali itu seorang ensiklopedis yang brilian. Beliau menguasai seluruh aspek ajaran Islam, fiqh, Ushul fiqh, filsafat, dan tasawuf. Dia tokoh yang tak pernah puas mencari ilmu. Pengetahuannya terus mengalami perkembangan dan peningkatan. Setiap tahap pengetahuan untuk sejumlah masalah, beliau kritik. Beliau selalu saja merasa tidak puas. Bukunya, Ihya' 'ulumuddin, adakah karya ensiklopedis yang brilian dan memengaruhi pikiran di dunia Islam. Berisi Jami' al-'ulum,".


Saya segera menyela, "Jadi, semua ilmu ada di dalamnya, Kiai?"


"Ya, semua ada di sana."


Luar biasa, saya terkagum-kagum.


"Beliau menggabungkan dimensi ruh dan tubuh, dimensi lahir dan batin, serta antara rasio dan intuisi," katanya lagi.


"Fiqh sufistik, begitukah maksudnya, Kiai)?"


Beliau mengangguk sambil tersenyum. "Itulah ciri, Aswaja, tawazun, keseimbangan. Moderat".


"Apakah imam al-Ghazali setuju dengan pandangan Mansur al-Hallaj".


Lalu aku menulisnya. Selamat Membaca!


Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru