• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Daerah

Ini Bahayanya Surplus Ajakan, Defisit Teladan

Ini Bahayanya Surplus Ajakan, Defisit Teladan
KH. Jaelani saamengaji Kitab Risalatul Muawanah (NU Online Jabar/foto: Syamsul Badri Islamy)
KH. Jaelani saamengaji Kitab Risalatul Muawanah (NU Online Jabar/foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Dalam Kitab Risalatul Muawanah karya Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad disebutkan bahwa apabila kita terlalu banyak menyuruh, memerintah, berkata kepada orang lain tetapi diri kita sendiri tidak melakukan apa yang kita katakan, maka orang tersebut mendapat ancaman dari Allah.

Hal itu disampaikan KH Ahmad Jaelani dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Forum Silaturahmi Asatidz Muda (Forsam) Kota Bekasi bekerjasama dengan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Jakamulya, Bekasi Selatan, di Pondok Pesantren Darul Fikri, Minggu (14/12).

Kiai Jaelani membuka kajian dengan QS. Al Baqarah: 44 yang menyebutkan, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”

Menurut Kiai Jaelani, ayat tersebut asbabun nuzulnya ditujukan kepada orang-orang Yahudi di Madinah di zaman Nabi Musa yang hanya menyuruh anak-anak mereka beriman, tetapi mereka sendiri enggan. Namun karena Al-Quran diturunkan kepada umat Muhammad, maka kita juga terkena khitabnya.

Allah mengancam orang-orang yang seperti itu dengan api neraka. Isi perut mereka akan terburai dan berputar-putar sebagaimana kedelai yang digiling di tempat penggilingan. Mereka adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak pernah mengerjakannya.

“Jangan menjadi ustadz yang nekat, gemar mencegah kemungkaran tapi dia sendiri mungkar. Mengajak agar tidak korupsi, eh dia sendiri korupsi. Makannya kita tidak bisa menilai orang dari luarnya. Belum tentu yang berpakaian islami pasti baik, belum tentu yang berpakaian biasa tidak alim,” ujarnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru