• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Daerah

LIPSUS COVID-19

Ikhtiar Lahiriyah Pesantren dalam Hadapi Covid-19 Harus Ditingkatkan

Ikhtiar Lahiriyah Pesantren dalam Hadapi Covid-19 Harus Ditingkatkan
Ketua RMINU Kota Bekasi KH Muhammad Aiz. (Foto: NU Online Jabar/Syamsul Badri Islamy)
Ketua RMINU Kota Bekasi KH Muhammad Aiz. (Foto: NU Online Jabar/Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Dari 26.967 pesantren di Indonesia, 8.343 di antaranya berada di Jawa Barat. Membuat Jabar menjadi provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia. Dalam penanggulangan COVID-19, Ketua Rabhitah Ma’ahid Islami Nahdlatul Ulama (RMINU) Kota Bekasi KH. Muhammad Aiz menghimbau agar semua pesantren di Jabar meningkatkan ikhtiar lahiriyah, di samping ikhtiar bathiniyah.

Hal itu disampaikan Kiai Aiz dalam Webinar Satgas NU Peduli COVID-19 yang bertajuk “Peran Pesantren di Masa Pandemi COVID-19”, Senin, (23/11).

“Kalau mau jujur, bisa kita asumsikan kesadaran santri menggunakan masker, masih di bawah 70 persen. Karena ini adalah masalah kesehatan, jadi yang tak kalah penting adalah ikhtiar lahiriyah, yaitu penerapan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Di Kota Bekasi, sejumlah langkah dan kebijakan terkait penanggulangan COVID-19 dilaksanakan dengan baik. Kiai Aiz mencontohkan pada bulan Juli lalu, saat ada peraturan santri yang hendak kembali ke pesantren harus dirapid test terlebih dulu.

“Waktu itu kami bekerjasama dengan LKNU Kota Bekasi. Kami merapid seluruh santri mukim yang kembali ke pondok, alhamdulillah hasilnya negatif semua,” jelasnya.

Ketua Satgas NU Peduli COVID-19 dr. H. M. Makky Zamzami, MARS, berpesan bahwa  COVID-19 membahayakan kalangan rentan di pesantren, dalam hal ini para kiai. Sebab di pesantren sebagian besar adalah anak muda yang secara fisik lebih kuat.

“Para kiai terutama yang sudah sepuh adalah kelompok rentan yang harus dilindungi. Boleh jadi santri OTG, enggak merasakan apa-apa. Oleh karenanya protokol kesehatan harus benar-benar tegas dilaksanakan,” tegasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Iip Yahya


Editor:

Daerah Terbaru