• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Lipsus Covid-19

Upaya Pesantren Nurul Huda Kota Bandung Hadapi Covid-19

Upaya Pesantren Nurul Huda Kota Bandung Hadapi Covid-19
Dua orang santri Nurul Huda Sukamiskin menuju tempat mengaji. (Foto: NU Online Jabar/Sahal)
Dua orang santri Nurul Huda Sukamiskin menuju tempat mengaji. (Foto: NU Online Jabar/Sahal)

Bandung, NU Online Jabar
Di sore hari dengan langit mendung dan aspal yang basah, Kamis (12/11), terlihat dua orang santri memakai sarung, lengkap dengan peci hitamnya. Keduanya memegang erat kitab kuning di dada dan sesekali tampak membetulkan tali masker. Santri bermasker sudah menjadi pemandangan sehari-hari di Pondok Pesantren Nurul Huda, Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Sudah delapan bulan mereka menjalankan protokol kesehatan itu.

SARS-CoV2 atau lebih dikenal sebagai Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke pesantrn yang diasuh oleh KH. Rd. Moh Khalili Yoesni ini. Akibat virus ini, kegiatan di pesantren yang letaknya tak jauh dari pusat kota ini, mengalami sejumlah hambatan. Pesantren yang didirikan oleh almarhum KH. R. Memed pada 3 September 1973 ini, menampung 60 santri laki-laki dan perempuan. Sebagian dari mereka adalah mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi.

“Semua agenda yang sudah kita rencanakan, jadi terhambat karena adanya pandemi ini,” ujar Ceng Sahal Ketua Pengurus Pondok Pesantren kepada NU Jabar Online

Menurutnya, ada tiga agenda rutin di Pesantren Nurul Huda. Agenda mingguan, bulanan, dan tahunan. Untuk agenda mingguan seperti batsul masail yang terkadang pematerinya datang dari luar pondok, untuk sementara tidak bisa laksanakan mengingat sekarang sedang diberlakukan PSBB. Agenda bulanan, seperti pengajian untuk masyarakat sekitar lingkungan pondok pesantren, juga turut merasakan dampaknya. Kehadiran jamaah yang berkurang. Dan yang ketiga adalah agenda tahunan, ziarah Wali Sanga dan imtihan, yang merupakan agenda rutin di setiap akhir tahun kalender pesantren, juga mengalami perubahan jadwal.   

“Untuk menghadapi imtihan, para santri biasanya mempersiapkan diri tiga bulan sebelumnya. Belum sampai hari-H, Covid-19 keburu datang. Maka imtihan pun ditunda,” jelas Sahal. 

Begitu juga kegiatan ziarah Wali Sanga harus ditunda karena berbagai pembatasan dan perizinan. Daripada tidak bisa berangkat bersama-sama, pengurus memutuskan untuk menundanya. 

Sahal mengakui bahwa pandemi ini juga membuat khawatir para wali santri. Tak sedikit wali santri yang meminta anaknya untuk dipulangkan. Hal itu tentu saja ikut menghambat proses kegiatan belajar mengajar santri di pesantren. 

“Kami sebagai pengurus, tak bisa menolak permintaan pemulangan ini, karena pesantren lain pun melakukan hal yang sama,” tambahnya. 

Selain itu, agenda lain yang mengalami hambatan dan perubahan adalah penerimaan santri baru. 
Dalam kalender pesantren, seharusnya penerimaan santri baru sudah mulai dilakukan pada bulan Juli. 

Siaga Covid-19    
Dalam upaya mencegah penularan Covid-19, Pesantren Nurul Huda menerapkan 3M secara ketat. Memakai masker, mencuci, tangan, dan menjaga jarak, sebagaimana yang dianjurkan oleh pemerintah. Setiap santri datang, mereka terlebih dahulu mengikuti pemeriksaan kesehatan. Baru kemudian boleh menuju asrama untuk mandi dan ganti pakaian. 

“Kami menyediakan juga alat-alat pembersih, cuci tangan dan menyediakan masker untuk santri yang ditugaskan pergi ke luar pesantren,” jelas Sahal.

Sebagai upaya batin, seluruh santri rutin membaca do’a tolak bala yang dilakukan setiap sebelum shalat berjamaah. Doa yang dibaca adalah:

لِي خَمْسَةٌ أُطْفِئ بِهاَ حَرَّ الوَباَءِ الحاَطمَة   x   المُصْطَفَى وَالمُرتَضَى وَابْناَهُماَ وَفَاطِمَة

“Aku berharap diselamatkan dari panas derita wabah yang bikin sengsara dengan wasilah derajat luhur lima pribadi mulia yang aku punya: Baginda Nabi Muhammad al-Mushthafa saw, Sayyidina Ali al-Murtadla dan kedua putranya (Hasan dan Husain), serta Sayyidatina Fathimah Azzahra binti Rasulillah SAW.”

Dampak Ekonomi 
Enam puluh santriwan-santriwati yang menetap di Nurul Huda, dalam keseharianya dituntut untuk mandiri menyiapkan segala kebutuhanya sendiri. Mereka membayar iuran untuk makan, listrik, dan keperluan administrasi. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, para santri mengumpulkan masing-masing lima liter beras dan Rp. 50.000 ribu setiap bulan.  Beras dan uang ini dikelola oleh pengurus. 

Sejak pandemi, banyak dari para santri yang tidak bisa memenuhi kebutuhanya. Mereka tak bisa menyetor beras dan uang. Bagi santri yang terkendala seperti ini, pengurus pesantren tetap berusaha mencukupi kebutuhan makan mereka dari.  

“Akibat Covid-19, banyak orang tua yang terpaksa keluar dari pekerjaan atau diberhentikan. Otomatis hal ini berimbas pada anak-anaknya yang mengaji di sini. Tapi kebijakan kami tetap menerima mereka. Selama kami bisa makan, mereka juga bisa,” tegas Sahal.

Dana bantuan Covid-19 dari Pemerintah Kota Bandung sudah diterima sebesar 10 juta rupiah. Dana tersebut digunakan untuk membeli masker, hand sanitizer, dan membuat alat pencuci tangan. Namun dana sebesar itu dirasakan masih kurang, terutama untuk mencukupi kebutuhan konsumsi santri yang tidak lagi mendapat kiriman uang dan beras dari orang tua. 

“Tapi kami bersyukur atas bantuan tersebut. Kami sebisa mungkin berusaha terhindar dari paparan virus ini. Kepada semua santri sudah ditekankan agar tidak keluar area pesantren, kecuali jika ada hal-hal penting. Jika terpaksa harus keluar, mereka harus pakai masker,” tegas Sahal.
     
Pewarta: Agung Gumelar 
Editor: Iip Yahya

 


Editor:

Daerah Terbaru