• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 12 Mei 2024

Daerah

Demi Tatanan Adil Gender, KOPRI Unisma Bekasi Adakan Sekolah Islam dan Gender

Demi Tatanan Adil Gender, KOPRI Unisma Bekasi Adakan Sekolah Islam dan Gender
Salah satu materi kelas Sekolah Islam dan Gender (SIG) PK KOPRI UNISMA Kota Bekasi (NU Online Jabar/Foto: Dok. KOPRI UNISMA)
Salah satu materi kelas Sekolah Islam dan Gender (SIG) PK KOPRI UNISMA Kota Bekasi (NU Online Jabar/Foto: Dok. KOPRI UNISMA)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Pengurus Komisariat Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Unisma Kota Bekasi mendiskusikan perspektif arus utama yang masih mempercayai bahwa kodrat perempuan itu di rumah saja, bersuara lembut, lemah dan butuh dilindungi, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, tabu bila terlibat di dalam dunia aktivisme.

Hal itu mengemuka dalam Sekolah Islam dan Gender (SIG) di Balai Besar Peningkatan Produktivitas (BBPP) Kota Bekasi, 25-27 Desember 2020, yang diikuti 21 peserta dari 4 PC KOPRI.

Ketua KOPRI Unisma Sri Riatni mengatakan, perempuan baik yang hidup di kultur konservatif maupun di lingkup modern masih kerap menemui stereotip, marginalisasi, subordinasi, bahkan kekerasan seksual. Perempuan dianggap barang mati yang hanya menjadi objek dari pikiran-pikiran seksis.

“Perempuan perlu meningkatkan kualitas untuk menjawab tantangan zaman, baik untuk merespons isu politik, ekonomi, agama, sosial, hingga budaya. Padahal yang membedakan perempuan dan laki-laki, selain kodrat, adalah takwanya,” ungkapnya.

Ia kemudian menyitir QS. Hujurat: 13 yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan laki-laki, perempuan, manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku, adalah untuk saling mengenal. Dan yang paling mulia di antara semuanya, bukan gendernya, tetapi tingkat ketaqwaannya.

Sri menambahkan bahwa kehadiran Islam membawa angin segar bagi kaum perempuan, yang di masa jahiliyah diperlakukan secara biadab; mulai dari bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup, perempuan bisa menjadi warisan, serta praktik diskriminatif lainnya.

“Karenanya kalau ada yang bersikap diskriminatif dan stereotip, maka tak ada bedanya dengan kaum jahiliyah,” tegasnya.

Ketua Panitia Eka Nadya Zuhrufillah menambahkan, apa yang disebut sebagai kodrat atau fitrah adalah sesuatu yang bersifat pemberian (given) dari Allah. Kita tidak bisa menolak menjadi laki-laki atau perempuan. Tetapi untuk hal yang sudah melibatkan ikhtiar manusia, maka ia bukan sepenuhnya kodrat.

Pewarta: Mohamad Beni
Editor: Syamsul Badri Islamy

 


Editor:

Daerah Terbaru