Mengenal Kitab Qurratul Uyun, Kitab Pendidikan Seks Bagi Santri
Ahad, 17 April 2022 | 13:00 WIB
Pesantren salaf merupakan pesantren yang meyediakan sistem pendidikan non formal dengan tradisi dan cirikhasnya mengkaji kajian kitab kuning sebagai materi pembelajarannya. Kitab-kitab kuning yang sering di kaji di pesantren diantaranya kitab-kitab fiqh, ushul fiqh, tasawuf, tafsir, tauhid, nahwu, balagah dan lain sebagainya yang dikarang oleh para ulama-ulama besar abad terdahulu.
Salah satu kajian yang sering dikaji di pesantren adalah kajian tentang fiqih. Fiqih merupakan ilmu yang mengatur amaliyah/perbuatan manusia, hubungan manusia dengan Allah sebagai tuhannya, (habluminallah) yaitu menyangkut peribadatan, hubungan manusia dengan manusia (habluminanas) yaitu hubungan sosial, hubungan manusia dengan alam (habluminal alam) yaitu cara memakmurkan bumi.
Kitab fiqih yang menjadi pavorit dikalangan para santri salah satunya yaitu kitab Qurratul Uyun bi Syarhi Nadzam Ibn Yamun karya Syekh Muhammad at-Tahami Ibnu Madani. Tidak heran kenapa menjadi pavorit para santri, karena kitab tersebut berisi kajian tentang edukasi seksual, adab dab berhubungan seks yang baik yang dianjurkan oleh agama.
Antusiasme santri biasanya sangat tinggi ketika hendak mengaji kitab yang orientasi kajiannya tentang pendidikan seks. Edukasi seks ini penting disampaikan agar sejak dini santri bisa memahami pentingnya menjaga organ-organ vital pada dirinya. Di samping itu, pendidikan seks juga berkaitan erat dengan praktik-praktik ibadah yang dibahas dalam fiqih.
Kiai yang mengajarkan materi pendidikan seks biasanya berdasarkan jenjang kelas para santri. Semakin senior santri maka pelajaran seks yang diberikannya juga akan lebih detail. Bagi santri yang masih di kelas awaliyah (dasar), biasanya hanya diberikan materi seputar aqil balig (menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki). Lain halnya bagi santri kelas ulya (atas) ia akan mendapatkan pendidikan seks yang lebih vulgar.
Pendidikan seks sangatlah penting disampaikan pada anak usia remaja, diberikan sebagai bekal pemahaman tentang alat-alat seksual dasar. Harapannya setelah anak tumbuh dewasa ia dapat memahami apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan terkait aktivitas seksualnya.
Selain kitab Qurratul Uyun, banyak kitab-kitab lainnya yang membahas mengenai pendidikan sesksual, dan rumah tangga diantaranya Uqudul Lujain karya Syekh Nawawi al-Bantani, Dhau’ al-Misbah fi Bayani Ahkam an-Nikah karya KH. Hasyim Asy’ari, Fathul Izar karya Agus Abdullah Fauzi, Irsyadu Zaujain karya Muhammad Utsman dan lainnya. Diantara kitab-kitab edukasi seks tersebut Qurratul Uyun menjadi primadona, tanpa menafikan kitab-kitab lainnya, kitab ini termasuk jajaran kitab favorit. Tentu saja karena daya tarik pada bab bersenggama-nya yang dijelaskan secara eksplisit.
Qurrotul Uyun merupakan kitab berbentuk syarah dari nazham (Syair) yang ditulis oleh Syekh Qasim bin Ahmad bin Musa bin Yamun. Sebagaimana kitab syarah pada umumnya, Syekh Tahami menyajikan ulasan yang memahamkan secara runut pada tiap bait-bait yang disusun Syekh Yamun. Tetapi, Syekh Tahami memiliki kelihaian dan keluwesan bahasa yang benar-benar mudah ditangkap oleh pembaca. Qurrotul Uyun menyajikan pembahasan senggama secara lengkap dan gamblang, mulai dari pemilihan waktu yang tepat, tata cara foreplay yang dianjurkan, bagaimana posisi yang unggul dan doa-doa yang harus dibaca.
Ulasan mengenani kitab Qurratul Uyun tersebut yaitu sebagai berikut
Pertama, waktu terbaik untuk seorang suami-istri berbulan madu atau bersenggama adalah setelah Isya’, boleh juga dilakukan setelah Maghrib sebelum Isya’. Hendaknya suami melarang siapapun berhenti atau duduk di dekat pintu kamarnya, agar tidak ada yang mengganggu saat bersenggama. Doa yang dibaca oleh suami-istri setelah sepakat akan bersenggama adalah Allahumma Jannibna as-Syaithan wa Jannibis Syaithana ma Razaqtana.
Kedua, etika yang harus dipenuhi oleh seorang suami-istri adalah kebersihan badan dan hatinya sebelum bersenggama. Hendaknya keduanya sudah bertaubat dari dosa-dosanya selama ini. Setelah suci batinnya, suami-istri juga dalam keadaan suci lahiriahnya baik itu dengan mandi dan wudlu terlebih dahulu. Keadaan suci lahir batin ini mencerminkan terpenuhinya agama dalam kehidupan rumahtangga, sebagaimana dimaksudkan dalam hadis Nabi: Barangsiapa telah menikah, maka ia sejatinya telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka hendaknya bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya. (HR. Muslim).
Saat bersuci inilah, hendaknya si suami membasuh kedua tangan dan kakinya dan istrinya dalam satu wadah (ember) air. Lalu suami membaca Asmaul Husna dan shalawat Nabi, kemudian air bekas basuhan itu disiramkan ke setiap sudut rumah. Hal ini dapat menjadi wasilah hilangnya keburukan dan was-was setan.
Ketiga, memulai dengan kesunnahan, seperti memakai parfum, mendahulukan kaki kanan saat memasuki kamar lalu mengucapkan: ‘Bismillahi wassalamu ‘ala Rasulihis salamu ‘alaikum. Selanjutnya mengerjakan shalat dua rakaat atau lebih banyak. Lalu membaca surat al-Fatihah sebanyak tiga kali, surah al-Ikhlas sebanyak tiga kali, shalawat Nabi tiga kali, bertasbih dan berdoa kepada Allah.
Setelah itu, hendaknya si suami menghadap istri, lalu letakkan tangan di atas ubun-ubun istrinya sambil berdoa: “Ya Allah, aku memohon kebaikan kepada-Mu dan kebaikan tabiat yang telah Engkau tetapkan kepadanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan istri dan keburukan tabiat yang telah Engkau tetapkan baginya.”
Lalu membacakan surat-surat Al-Qur’an seperti al-Waqi’ah, an-Nashr, Al-Insyirah ataupun Ayat Kursi. Doa-doa ini lebih baik dibaca setiap hari bukan saat hendak bersenggama saja.
Keempat, hendaknya didahului dengan foreplay plus dzikrullah, yakni sewaktu mulai senggama, membelai badan istri sambil berdzikir, membelai leher istri dan mememeluknya lalu membaca “Ya Raqib” tujuh kali dipungkasi dengan “Fallahu khairun hafidzhan wahuwa arhamur rahimin.” Bacaan ini merupakan peringatan untuk menjaga diri.
Kelima, hendaknya si suami percaya diri dan tidak grogi, lalu merangkai kata-kata rayuan yang indah, agar si istri tidak resah dan takut diajak bersenggama. Buatlah hati si istri berbunga-bunga agar dirinya ceria dan riang gembira. Sebab, malam pertama merupakan peristiwa baru dan pastinya diselingi pertanyaan: “Apakah senggama sakit atau nikmat?”
Di samping itu suami hendaknya menyuapi istrinya tiga kali suapan. Dan hendaknya si suami menjauhi makanan yang dapat melemahkan syahwatnya, seperti makanan yang asam, bawang, mentimun, kedelai dan lainnya.
Keenam, ihwal posisi bersenggama, menurut para ulama posisi paling baik adalah si suami di atas dan istri di bawah, lalu pinggul istri diganjal dengan bantal. Lalu suami bisa ‘bercocok tanam’ pada vaginanya dengan tempo sesuka hatinya. Sebelum memasukkan zakar ke dalam vagina hendaknya suami membaca basmalah. Boleh juga si suami mendatangi istri dari arah belakang (doggy style), zakar tetap dimasukkan pada vagina dari arah belakang. Haram hukumnya memasukkan zakar pada dubur, apapun alasannya. Dan hendaknya si suami membuat si istri mencapai klimaks atau orgasme dalam setiap persenggamaan. Hendaknya suami mampu bersenggama hingga tiga atau empat kali orgasme agar istrinya benar-benar terpuaskan.
Ketujuh, ketika hendak mengulangi senggama setelah ejakulasi pertama, hendaknya menunggu beberapa saat agar zakar benar-benar sudah lemas, lalu membasuhnya dengan air yang sedang, bukan air dingin, agar terasa segar kembali. Bisa juga si suami wudlu atau mandi terlebih dahulu. Lalu mengulangi senggamanya berkali-kali. Sedangkan si istri tidak dianjurkan membasuh vaginanya karena bisa melonggarkan dan menurunkan gairah seksnya. Cukup dilap saja dengan kain bersih.
Begitulah sebagian adab bersenggama yang dipaparkan oleh Syekh Tahami. Selain itu, masih banyak pembahasan lainnya. Hubungan suami istri memiliki sisi-sisi yang menarik disimak dan perlu belajar panjang sebelum benar-benar mampu memasukinya. Apabila seorang calon suami belum belajar kitab ini, rasa-rasanya ia tak akan menemukan indahnya teknik-teknik bercinta sekaligus menangkap hikmah dan rahasia di balik kenikmatan berumahtangga yang sudah dipelajari panjang lebar dalam kehidupan kaum Muslimin sepanjang sejarah.
Syekh Tahami memamaparkan dengan sangat baik dan menggugah bagaimana suami istri bisa menikmati keharmonisan rumahtangga. Akhirnya, kitab ini menjadi salah satu rujukan utama bagi para santri untuk memahami bagaimana cara membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Wallahu ‘Alam bishawab
Editor: Abdul Manap
Sumber: alif.id
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: Kunci Meraih Kebahagiaan yang Hakiki
2
Pendidikan Karakter di Era Modern: Meneladani Adab Guru-Murid ala Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari
3
Muslimat NU Kabupaten Bandung Padukan Olahraga dan Wisata Alam di Cicalengka
4
Santri Depok Unjuk Kebolehan di Laskar III Qotrun Nada
5
Keseruan Nobar Timnas Indonesia Bersama PCNU Depok
6
Seminar Dakwah Digital di KPI STAI Al-Masthuriyah, Farhan Zayyid: Bergerak itu Harus dengan Ilmu
Terkini
Lihat Semua