5 Sebab Disunnahkannya Sujud Sahwi, Tidak Mempengaruhi Keabsahan Shalat Kecuali pada Kasus Tertentu
Selasa, 12 Agustus 2025 | 17:00 WIB
Sujud sahwi merupakan sunnah yang dilakukan ketika seseorang dalam shalatnya mengalami salah satu dari lima sebab tertentu. Penjelasan ini terangkum dalam kitab Hasyiyah al-Bujairami.
Pertama, ketika meninggalkan sunnah ab’ad, seperti qunut, tasyahud awal, shalawat pada Nabi saat tahiyyat, shalawat pada keluarga Nabi saat tahiyyat akhir, dan duduk tasyahud awal. Jika salah satunya terlewat, disunnahkan sujud sahwi.
Kedua, lupa melakukan sesuatu yang membatalkan shalat jika dilakukan sengaja, seperti memperpanjang bacaan dalam i’tidal dan duduk di antara dua sujud. Kedua rukun ini tergolong rukun qashir yang tidak boleh dipanjangkan.
Ketiga, memindah rukun qauli (ucapan) bukan pada tempatnya, selama tidak sampai membatalkan shalat, misalnya membaca Al-Fatihah ketika duduk di antara dua sujud.
Keempat, ragu dalam meninggalkan sunnah ab’ad. Misalnya, ragu apakah telah melaksanakan qunut atau belum, maka disunnahkan sujud sahwi.
Kelima, melakukan perbuatan yang berkemungkinan termasuk tambahan. Misalnya, saat shalat Isya’ ragu sudah rakaat ketiga atau keempat, maka hitungannya berpijak pada rakaat ketiga, menambah satu rakaat, lalu sebelum salam disunnahkan sujud sahwi.
Lima sebab ini dijelaskan dalam Hasyiyah al-Bujairami:
وأسبابه خمسة ، أحدها ترك بعض .ثانيها : سهو ما يبطل عمده فقط . ثالثها : نقل قولي غير مبطل . رابعها : الشك في ترك بعض معين هل فعله أم لا ؟ خامسها : إيقاع الفعل مع التردد في زيادته
"Sebab kesunnahan melakukan sujud sahwi ada lima. Yaitu meninggalkan sunnah ab'ad, lupa melakukan sesuatu yang akan batal jika dilakukan dengan sengaja, memindah rukun qauli (ucapan) yang tidak sampai membatalkan, ragu dalam meninggalkan sunnah ab'ad, apakah telah melakukan atau belum dan yang terakhir melakukan suatu perbuatan dengan adanya kemungkinan hal tersebut tergolong tambahan" (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami, juz 4, hal. 495).
Rasulullah ﷺ juga menjelaskan hikmah pelaksanaan sujud sahwi pada sebab terakhir ini:
إذا شك أحدكم فلم يدر أصلى ثلاثا أم أربعا فليلق الشك وليبن على اليقين وليسجد سجدتين قبل السلام ، فإن كانت صلاته تامة كانت الركعة ، والسجدتان نافلة له ، وإن كانت ناقصة كانت الركعة تماما للصلاة ، والسجدتان يرغمان أنف الشيطان
"Ketika kalian ragu, tidak ingat apakah telah melakukan shalat tiga rakaat atau empat rakaat maka buanglah rasa ragu itu dan lanjutkanlah pada hal yang diyakini (hitungan tiga rakaat) dan hendaklah melakukan sujud dua kali sebelum salam. Jika shalat tersebut sempurna maka tambahan satu rakaat dihitung (pahala) baginya dan dua sujud merupakan kesunnahan baginya, jika ternyata shalatnya memang kurang satu, maka tambahan satu rakaat menyempurnakan shalatnya dan dua sujud itu untuk melawan kehendak syaitan." (HR. Abu Daud)
Meski demikian, para ulama menjelaskan bahwa sujud sahwi berstatus sunnah muakkad, sehingga tidak mempengaruhi keabsahan shalat jika ditinggalkan. Dalam Dalil al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj dijelaskan:
- سجود السهو سنة) مؤكدة ولو في نافلة ما عدا صلاة الجنازة وهو دافع لنقص الصلاة
"Sujud Sahwi tergolong sunnah muakkad, meskipun pada shalat sunnah, selain pada shalat jenazah. Sujud sahwi ini berfungsi mencegah kekurangan dalam shalat" (Syekh Abu Abdurrahman Rajab Nuri, Dalil al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, juz 1, hal. 129).
Imam Asy-Syafi’i dalam qaul qadim juga menegaskan:
ولا أرى بينا أن واجبا على أحد ترك سجود السهو أن يعود للصلاة
"Aku tidak berpandangan bahwa wajib bagi orang yang meninggalkan sujud sahwi untuk mengulangi shalatnya" (Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, al-Um, juz 1, hal. 214).
Namun, dalam shalat berjamaah, apabila imam melakukan sujud sahwi, makmum wajib mengikutinya. Jika makmum sengaja tidak mengikuti, maka shalatnya batal. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Kasyifah as-Saja:
فإن سجد إمامه تابعه وجوباً وإن لم يعرف أنه سها حتى لو اقتصر على سجدة واحدة سجد المأموم أخرى، فإن ترك متابعته عمداً بطلت صلاته ثم يعيد السجود مسبوق آخر صلاته لأنه محل سجود السهو، وإن لم يسجد الإمام وسلم المأموم آخر صلاته جبراً لخلل صلاته بسهو إمامه
(Syekh Muhammad an-Nawawi al-Bantani, Kasyifah as-Saja fi Syarh as-Safinah an-Naja, juz 1, hal. 83)
Dengan demikian, tidak melaksanakan sujud sahwi tidak membatalkan shalat, kecuali dalam shalat berjamaah ketika makmum sengaja tidak mengikuti imam yang melakukan sujud sahwi.
Tulisan ini dikutip dari artikel Ustadz Ali Zainal Abidin, sebagaimana dimuat di NU Online.
Terpopuler
1
Mengenal Lebih Dekat KH Aceng Abdul Mujib: Ulama Fauzan yang Kini Pimpin MUI Kabupaten Garut
2
MA Plus Al Hikam Gelar Talkshow Inspiratif Perjalanan Hafidz ke Panggung Dunia
3
Lestarikan Warisan Budaya, Kontes Ayam Pelung di Pesantren Fauzan Garut Diikuti 600 Peserta: Ada Jember hingga Madura
4
Ansor Jabar Jadikan Bisnis sebagai Core Gerakan, Dorong Pemberdayaan Ekonomi Kader
5
LPBINU Jawa Barat Dukung Program “Bakti Negeri” Trias Bakti Pasundan
6
Ketua PCNU Cirebon Siapkan 17 Hektare Lahan untuk Mendukung Program Tanam Satu Kali Panen Empat Kali
Terkini
Lihat Semua