• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ubudiyah

Keutamaan Istiqamah Dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah

Keutamaan Istiqamah Dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah
Keutamaan Istiqamah Dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah
Keutamaan Istiqamah Dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah

Mengingat sang khaliq dengan berdzikir dengan kalimat La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah sering kita dengar lantunannya. Tentu, dalam melaksanakan dzikir apapun pasti memiliki keutamaan ataupun faedah yang luar biasa.


Sekalipun faedah bukan menjadi tujuan utama, namun pada saat kita istiqamah atau secara konsisten berdzikir tujuan utama mengamalkan dzikir adalah tiada lain hanya untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.


Lalu, apakah keutamaan dari mengamalkan dzikir ini?


Dalam kitab Syarah Ummul Barâhîn yang dikarang oleh Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ary (Jakarta, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2013, halaman 72), disana menjelaskan terkait keutamaan-keutamaan mengistiqamahkan dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Keutamaan tersebut terbagi menjadi dua, pertama kembali kepada budi pekerti yang baik dalam agama, yang kedua kembali kepada karamah.


Melansir laman NU Online, adapun keutamaan yang pertama terbagi menjadi delapan keutamaan: 

  • Menumbuhkan sifat zuhud. Yang dimaksud zuhud adalah kosongnya hati dari mengandalkan pada sesuatu yang fana (duniawi). 
  • Menumbuhkan sifat tawakal. Tawakal yaitu kepercayaan hati terhadap Allah yang Maha Pemelihara dan Maha Haq. Seseorang yang tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT, maka jiwanya akan selalu tenang dan tidak bingung jika menemukan berbagai macam sebab dan masalah, karena ia sudah menyerahkan semuanya kepada Allah. Meski begitu, ia pun tidak melupakan usaha yang menolongnya dari suatu permasalahan dalam hidupnya.
  • Menumbuhkan sifat malu dalam dirinya yang akan membuatnya selalu mengagungkan Allah dan mengingat-Nya, mematuhi larangan dan perintah-Nya; mencegah diri untuk mengadu kepada makhluk yang sarat kelemahan dan kefakiran dan senantiasa mengadu kepadan-Nya
  • Menumbuhkan sifat kaya, maksudnya adalah kaya hati dengan terselamatkannya hati dari fitnah berbagai sebab (mahluk).
  • Menumbuhkan sifat fakir. Fakir artinya membiarkan hati terputus dari dunia karena kesenangan memperoleh dan memperbanyak hal duniawi, karena semua keputusannya telah pasti, yaitu ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala.
  • Menimbulkan futuwah, yaitu menjauhkan diri dari menuntut mahluk lain untuk berbuat baik kepada dirinya. Jika ia melakukan kebaikan, maka ia yakin bahwa kebaikannya bersumber dari Allah, begitu pun sebaliknya, maka ia merasa tak perlu menuntut manusia untuk berbuat baik kepadanya, toh semua kebaikan bersumber dari pencipta manusia.
  • Menimbulkan rasa bersyukur. Rasa bersyukur bermakna mengkhususkan hati dengan memuji Allah Ta’ala dan tetap melihat berbagai nikmat yang diperolehnya bahkan di sela-sela kesengsaraan.

Adapun keutamaan yang kedua kembali kepada karamah yang masuk kategori amr khâriqul ‘adah (perkara di luar kebiasaan). Di antara karamah atau kejadian istimewa itu adalah:

  • Adanya keberkahan dalam makanan dan semisalnya, sehingga makanan sedikit cukup untuk orang banyak, hal ini dapat saja terlihat pada para waliyyullah. 
  • Mudahnya memperoleh uang atau barang yang dibutuhkan. Dalam kitab ini disebutkan suatu riwayat dari Syekh Abu Abdillah at-Tawuddy membutuhkan pakaian bagi anak dan istrinya. Jumlah anaknya banyak. Beliau pun membeli secarik kain dan membawanya ke tukang jahit kemudian memberikan ujung kain itu dan memegang ujung kain yang lain. Si penjahit mulai menarik dan menggunting kain itu sedikit demi sedikit sampai menghasilkan banyak baju—padahal biasanya dengan secarik kain itu tak akan bisa mengahsilkan baju kecuali sedikit. Kemudian si penjahit berkata: “Wahai tuanku, secarik kain ini tidak akan selesai selamanya (untuk dibuat baju).” Kemudian Syekh Abu Abdillah berkata sambil melempar sisa kain kepada penjahit tersebut agar tak semakin panjang karena khawatir dapat menimbulkan fitnah: “Itu sudah selesai.”
  • Terbukanya hakikat apa yang hendak digunakannya. Contoh dalam makanan, ia dapat mengetahui mana yang halal dari yang haram dan syubhat dengan berbagai tanda yang ditemukannya, adakalanya dari batin atau lahirnya, atau dari selainnya.

Itulah sejumlah keutamaan ataupun faedah yang dapat diambil dari mendawamkan dzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah, meskipun sebenarnya banyak sekali faedah lainnya, yang tentu tak dapat dituangkan semuanya dalam kitab ini. Waallahu a’lam.


Editor:

Ubudiyah Terbaru