• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Tokoh

KH Masyhadi, Penyampai Kabar Langit tentang Gus Dur Jadi Presiden

KH Masyhadi, Penyampai Kabar Langit tentang Gus Dur Jadi Presiden
KH Masyhadi (Foto: NU Online Jabar)
KH Masyhadi (Foto: NU Online Jabar)

Jauh hari sebelum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia keempat pada 20 Oktober 1999 menggantikan BJ Habibie, sekitar tahun 1980an ada seorang kiai khoss asal Kabupaten Indramayu yang sudah menyampaikan langsung kepada Gus Dur tentang kabar dari langit bahwa suatu hari nanti cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu akan menjadi Presiden Republik Indonesia.

Siapakah kiai khos tersebut? Beliau adalah KH Masyhadi bin Kiai Sulaeman yang biasa dikenal dengan sebutan Kiai Masyhadi Kedokan Galih. Secara garis keturunan KH Masyhadi adalah putra dari Kiai Sulaeman dan Nyai Asiyah. Kiai Sulaeman adalah  Putra Syekh Shofiuddin bin Syekh Azam bin Waliyullah Syekh Samaun. Ayah KH Masyhadi yakni Kiai Sulaeman adalah sahabat dekat Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan pernah bersama-sama menjadi santri Mbah Kholil Bangkalan. 

Kabar dari langit disampaikan oleh KH Masyhadi kepada Gus Dur pada tahun 80an saat Gus Dur sowan kepada Mursyid Thoriqoh Syadziliyah itu di kediamannya di Blok Kedokan Galih Desa Tanjungsari Kecamatan Karangampel, Indramayu. 

Di hadapan Gus Dur, sambil santai makan bersama dan ngobrol, KH Masyhadi  spontan berkata “Gus njenengan suatu hari nanti akan jadi Presiden Indonesia,” 

Keterangan bahwa KH Masyhadi sebagai kiai khoss pertama yang menyampaikan kabar dari  dari langit bahwa Gus Dur akan menjadi presiden disampaikan oleh cucu KH Masyhadi, Atoillah Karim kepada NU Online Jabar, Jumat (25/09). 

“Saya mendengar cerita tersebut dari ibu saya Hj Afifah yang merupakan putri pertama KH Masyhadi, karena ibu saya pada saat itu yang menyuguhkan makanan dan mendengar ucapan ayahnya kepada Gus Dur, pada saat itu ada beberapa orang yang mendengar tetapi mungkin dianggap hanya sebagai guyonan, tapi ucapan itu menjadi nyata dan terbukti Gus Dur diangkat menjadi Presiden Indonesia,” ucap Atoillah.

Sebagai seorang putra dari kiai Sulaeman yang juga merupakan ulama besar di Indramayu, Masyhadi kecil sudah digembleng dengan ilmu keagamaan kemudian dikirim ayahnya untuk mesantren di Pesantren Benda Kerep, Cirebon dan melanjutkan ke pesantren yang diasuh oleh Syekh Dimyati di Comal, Pemalang, Jateng. Selain itu beliau juga sempat berkelana ke berbagai pesantren di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk Tabarrukan kepada para ulama besar. 

Selepas mencari bekal ilmu agama, ilmu hikmah dan thoriqoh, KH Masyhadi kembali ke kampungnya di Blok Kedokan Galih Desa Tanjungsari, Karangampel dengan mendirikan tajug dan tempat mengaji bagi anak-anak kampung dan mendirikan Madrasah Sabilul Huda yang hingga kini madrasah tersebut masih ada.

Menurut Atoillah Karim, pada waktu muda, KH Masyhadi sudah dikenal sebagai ahli hikmah dan ahli olah kanuragan, tidak heran jika beliau menjadi salah seorang kiai muda yang diajak oleh KH Abbas Buntet Cirebon untuk berangkat ke Surabaya untuk perang melawan sekutu yang dikenal dengan pertempuran 10 November 1945.

“Suatu hari seorang Komandan Korem Cirebon datang ke rumah kakek saya dan ingin mendengar sejarah peperangan yang pernah diikuti oleh kakek, kemudian beliau bercerita tentang pertempuran Surabaya tersebut, selain itu kakek juga bercerita bahwa beliau mengikuti peperangan sejak zaman penjajahan Belanda karena beliau lahir sekitar tahun 1915an sehingga saat muda sudah banyak mengikuti peperangan, termasuk perang di Kaplongan Indramayu yang dipimpin oleh KH Arsyad serta beberapa peperangan lain yang meletus di Indramayu,” ungkap Atoillah.  

KH Masyhadi memiliki keturunan 24 orang anak dari dua orang isterinya yang bernama Nyai Hj Watiah dan Nyai Hj Tasriyah, selain mengajar ngaji di kampung beliau juga mengajarkan ilmu hikmah dan olah kanuragan sehingga banyak ulama-ulama besar di Jawa yang menjadi santrinya. 

“Selain Gus Dur yang sering datang sowan ke rumah kakek, ulama besar seperti KH Mufid dari Pesantren Pandanaran Yogyakarta dan KH Masruri dari Pesantren Al-Hikmah Sirampog Brebes juga dikenal sebagai santrinya kakek, termasuk Habib Luthfi Pekalongan juga waktu kecil pernah ngaji di kakek, bahkan menurut cerita kakek saya, Syekh Maliki dari Arab Saudi pernah mengirim utusannya untuk ijazah beberapa hizb dan bertanya tentang berbagai hal keagamaan, sehingga pada tahun 90an saat kakek dan keluarga melaksanakan ibadah haji entah untuk yang keberapa kalinya, Syekh Maliki yang menyambutnya dan kakek dipertemukan dengan Raja Arab Saudi di istananya,” beber Atoillah Karim. 

Cerita lain tentang kiprah KH Masyhadi dalam perjuangan membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menurut Atoillah Karim, bahwa kakeknya termasuk salah seorang kiai yang diminta langsung oleh Presiden Soekarno untuk menjaga pelaksanaan Perundingan  Linggarjati di Kuningan, bersama para kiai lain dari wilayah III Cirebon, KH Masyhadi bertugas menjaga dari sisi bathiniyah. 

“Dalam perundingan Linggarjati itu menurut cerita yang saya dengar dari beberapa orang, sempat terjadi ketegangan, langsung saja KH Masyhadi memiringkan kopyah hitamnya untuk beberapa saat dan ketika kopyah itu lurus kembali maka keteganganpun mereda dan perundingan Linggarjati berjalan sukses, jika sampai kopyah beliau tidak tegak lagi, entah apa yang terjadi dengan para penjajah itu, karena kesaktian KH Masyhadi tidak diragukan lagi,” Tutur Atoillah. 

KH Masyhadi yang merupakan kerabat dari KH Siradj (Kakek Ketua Umum PBNU, KH Said Aqiel Siradj) dan  Kiai Makhrus Ali Lirboyo, selain dikenal sebagai Mursyid Thoriqoh Syadziliyah di Jawa Barat sehingga muridnya mencapai ratusan ribu orang, juga dikenal sebagai ahli hikmah yang banyak mengijazahi berbagai hizb diantaranya Hizb Khufi, Magrub, Rizqi, Hizb Iqbal dan berbagai hizb lainnya. 

KH Masyhadi meninggal dunia pada Hari Rabu Tanggal 08 Juni 1995 M bertepatan dengan Tanggal 07 Shafar 1416 H, dimakamkan di sekitar rumah kediaman beliau dan setiap tahunnya selalu diperingati Haulnya pada tanggal 16 Shafar. 

Menjelang 25 tahun peringatan haul KH Masyhadi pada tahun 2020 ini, kita diingatkan tentang sosok ulama besar seperti beliau yang telah banyak jasanya untuk agama, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu wasiat penting KH Masyhadi kepada umat adalah “Baka Pengen Orip Mulya Urusana Fakir Miskin lan Bocah Yatim (Jika Ingin Hidup Mulia, maka Uruslah Fakir Miskin dan Anak Yatim) ”

Penulis: Iing Rohimin
Editor: Abdullah Alawi 

 


Tokoh Terbaru