Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban yang sangat tinggi bagi setiap orang muslim, sehingga diletakkan bakti kedua setelah berbakti kepada Allah dan rasul-Nya. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan keterangan dari al-Sunnah yang memerintahkan agar kita berbakti kepada kedua orangtua dengan keikhlasan dan ketulusan yang maksimal. Peranan ayah dan ibu kita sangat menentukan dalam mengasihi, mendidik, dan membentuk diri kita menjadi orang-orang yang beriman dan berbakti kepada Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai sesama umat manusia.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang siapakah orang yang kita harus berbakti kepadanya, beliau menyebut nama ibu sebanyak tiga kali dan menyebutkan nama ayah sebanyak satu kali. Ibu perannya tidak bisa dipisahkan dari perjalanan hidup manusia sejak ia masih berupa benih yang tumbuh dalam rahim. Kemudian berkembang menjadi embrio dan terus berada dalam rahim ibu selama sembilan bulan. Pada saat ibu melahirkan, dengan susah payah dan merasa sakit, ia melakukannya di atas kelemahan dan kepayahan.
Setelah bayi itu lahir, belum bisa dilepaskan dari pemeliharaan ibunya. Ibu Kemudian menyusui anaknya kira-kira selama dua tahun. Pengalaman hamil, melahirkan, dan menyusui anak hanya dialami oleh kaum ibu, para suami tidak pernah mengalami hal itu. Suami punya tugas lain untuk mencari nafkah dan melindungi keluarganya. Memperhatikan kenyataan ini, wajarlah kalau kedudukan seorang ibu dan ayah sangat tinggi dalam kehidupan seseorang. Kehidupan seorang ibu layak mendapatkan kemuliaan, karena perjuangannya yang sangat berat dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Wajarlah apabila rahim seorang ibu ditempatkan oleh Allah SWT dalam kedudukan yang sangat tinggi, sehingga digantungkan pada Arasy. Nabi SAW bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
"Rahim itu tergantung pada Arasy, ia berkata: Barang siapa yang menghubungiku, Allah akan menghubunginya, dan barang siapa yang memutuskanku, maka Allah akan memutuskannya," (HR. Muslim, 2555).
Setiap diri manusia diarahkan agar berbakti kepada Allah dengan tunduk dan patuh dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apapun. Dilanjutkan dengan berbakti kepada kedua orangtua, pada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, para anak jalanan, para pegawai dan pembantu kita. Berbuat baik terhadap sesama umat manusia dan makhluk lain merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad SAW, karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Baca Juga
Apa yang Mau Kita Bandingkan?
Hubungan sebagaimana disebutkan di atas sangat berkaitan dengan perintah untuk bersilaturrahim, menjalin kasih sayang terhadap sesama. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah mengenai aktivitas yang dapat mengantarkan dirinya pada keluhuran dan kesuksesan. Beliau menjawab;
تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ
"Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan merajut silaturrahim," (HR. Bukhari, 1396).
Berbuat baik kepada kerabat, tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh diperintahkan kepada setiap orang muslim. Demikian kuatnya perintah itu, sehingga digambarkan seolah-olah ia bisa mewarisi hartanya. Rasulullah SAW bersabda:
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
"Jibril senantiasa berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, sehingga hampir saja aku menganggap bahwa ia akan menjadi ahli waris," (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625).
Hubungan dengan tetangga dan teman sejawat harus saling mengasihi dan berbuat baik semaksimal mungkin, tidak boleh menyakiti atau mengganggu mereka. Nabi SAW menyebutkan kalimat demi Allah, bahwa seorang tidak beriman kepada-Nya sampai tiga kali. Ditanyakan kepada beliau: Siapakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang selalu mengganggu tetangganya sehingga ia tidak merasa aman dari gangguannya.
وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . قِيلَ : مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قالَ : الَّذِي لا يَأمَنُ جَارُهُ بَوَائِقُهُ
"Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah, seseorang tidak beriman. Nabi ditanya: Siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya," (HR. Bukhari, 6016).
Semua hubungan satu sama lain, termasuk dengan keluarga, sahabat, tetangga dan sebagainya, adalah tidak terlepas dari peran rahim. Karena itu, betapa mulianya rahim ibu kita sehingga nama itu diambil dari salah satu asma Allah yang agung, yaitu al-Rahim, Maha Pengasih. Allah s.w.t. berfirman dalam Hadits Qudsi:
أَنَا الرَّحْمَنُ وَاَنَا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِى فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
"Aku adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Aku menciptakan rahim dan Aku mengambil namanya dari nama-Ku. Karena itu, barang siapa yang menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkannya, dan barang siapa yang memutusnya, maka Aku akan memutuskannya,". (HR. Abu Daud, 1694).
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua