• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

Nasihat Indah dari Kitab Maraqil ‘Ubudiyyah (Syarah Bidayatul Hidayah)

Nasihat Indah dari Kitab Maraqil ‘Ubudiyyah (Syarah Bidayatul Hidayah)
Nasihat Indah dari Kitab Maraqil ‘Ubudiyyah (Syarah Bidayatul Hidayah). (Foto: Istimewa)
Nasihat Indah dari Kitab Maraqil ‘Ubudiyyah (Syarah Bidayatul Hidayah). (Foto: Istimewa)

Oleh KH Cep Herry Syarifuddin

Syekh Muhammad bin Umar an-Nawawy Al-Jawy atau yang dikenal dengan Syekh Nawawi, lahir di Tanara, Banten tahun 1813 M, kemudian wafat dan dikubur di Makkah tahun 1897 M, adalah ulama Nusantara yang sangat produktif menulis mempersembahkan karya-karya ilmiah dalam puluhan kitab, antara lain adalah Maraq al-Ubudiyyah, Syarah kitab Bidayat al-Hidayah karya Imam Al-Ghazaly. 


Kitab Maraq al-Ubudiyyah menguraikan secara detail matn (teks pokok) pada kitab Bidayat al-Hidayah yang sarat dengan petuah atau nasehat yang sangat penting dan indah baik dalam bentuk natsr (narasi) maupun syair terkait bagaimana cara mengisi waktu kita sehari-hari sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.


Uraian petunjuknya sangat urut mulai dari bangun tidur,  masuk ke kamar mandi, berwudhu, mandi, tayamum (jika tak ada air), keluar rumah menuju masjid, saat masuk masjid, hingga amaliyah dan adab apa saja yang meski kita lakukan saat  sholat dan mengisi waktu antara dua shalat. Dijelaskan pula adab-adab sebelum, sesudah dan saat shalat Jum’at serta adab berpuasa. 


Setelah itu, diulas tentang urgensi meninggalkan kemaksiatan baik maksiat mata, telinga, lisan,  perut, kelamin, tangan, kaki dan hati. Semuanya dijelaskan secara sistematis, mulai dari penyebabnya, juga akibat-akibatnya sampai bagaimana solusi atau obatnya agar dapat menghindari maksiat-maksiat tersebut.


Berikut ini dipilihkan berbagai nasehat penting dalam kitab Maraq al-Ubudiyyah berdasarkan susunan abjad huruf Hijaiyyah dari permulaan syairnya, antara lain:


1. Lisan Bisa Lebih Berbahaya Daripada Ular Berbisa


اِحْفَظْ لِسَانَكَ اَيُّهَا الْإِنْسَانُ # لَا يَلْدَغَنَّكَ اَنَّهُ ثُعْبَانُ


“Jagalah lidahmu, wahai manusia # Jangan sampai ia (lidah) mematukmu (membinasakanmu). Sesungguhnya ia bagaikan ular besar.”


كَمْ فِى الْمَقَابِرِ مِنْ قَتِيْلِ لِسَانهِ # كَانَتْ تَهَابُ لِقَائَهُ الشَجْعَانُ


“Berapa banyak orang mati akibat lisannya yang mematikan # Di mana ular saja lari saat menjumpai orang (yang lisannya jahat).”


2. Datangnya Rezeki Memerlukan Perjuangan.


اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللهَ قَالَ لِمَرْيَمَ # وَهُزِّيْ اِلَيْكِ الْجَذْعَ يُسَاقِطِ الرُّطَبُ


 “Tidakkah engkau lihat bahwasanya Allah berfirman kepada Siti Maryam # “Dan goyangkanlah pohon korma itu niscaya akan berjatuhanlah kurma matang itu kepadamu.”


وَلَوْ شَاءَ اَجْنَى الْجَذَعُ مِنْ غَيْرِ هُزِّهَا # 
                               وَلٰكِنْ هُزُّ الْجِذْعِ كَانَ هُوَ السَبَبُ


 “Jika Dia berkehendak, maka pohon kurma yang matang itu berjatuhan tanpa digoyang-goyangkan oleh Siti Maryam #akan tetapi menggoyangkan pohon korma itu menjadi sebab (turunnya rezeki kepada Siti Maryam).”


3. Hakekat Tasauf


بَلِ التَّصَوُّفُ  اَنْ تَصْفُوَ بِلَا كَدْرٍ# 
                               وَ تَتْبَعَ الْحَقَّ وَالْقُرْاۤنَ وَالدِّيْنَا


“Akan tetapi tasawwuf itu adalah hendaknya engkau membersihkan (hati dan anggota tubuhmu) dari kotoran (dosa) # dan engkau mengikuti petunjuk al-Haq (Tuhan Yang Maha Benar), al-Qur’an dan (aturan) agama.”


وَاَنْ تَرَى خَاشِعًا لِلّٰهِ مُكْتَئِبًا # 
                           عَلَى ذُنُوْبِكَ طُوْلَ الدَّهْرِ مَحْزُوْنًا


“Dan engkau tahu orang yang khusyuk beribadah karena Allah itu perlu bersedih hati (atas kekurangan ibadahnya) # dan sepanjang hidupmu bersusah hati atas dosa-dosamu.”


4. Kesuksesan Dunia Akhirat Diraih dengan Kerja Keras.


تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا #
                            اِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِيْ عَلَى الْيَبِسِ


“Engkau mengharapkan keselamatan (kesuksesan) tapi tidak menjalani langkah-langkah menuju keselamatan # Sesungguhnya kapal itu tidak akan berjalan di atas daratan.”


5. Amal Saleh Menjadi Teman Di Alam Kubur.


تَزَوَّدْ قَرِيْنًا مِنْ فِعَالِكَ اِنَّمَا # قَرِيْنُ الْفَتَى فِى الْقَبْرِ مَا كَانَ يَعْمَلُ


“Berbekallah engkau dari amal-amal saleh yang akan menjadi teman . Bahwasanya # teman seseorang di dalam kubur itu adalah apa-apa yang ia lakukan (semasa di dunia).”


6. Ambil yang Baik, Tinggalkan yang Buruk.


خُذْ مِنْ خَلِيْلِكَ مَا صَفَى # وَدَعِ الَّذِيْ فِيْهِ الْكَدْرُ 


“Ambillah apa-apa yang baik dari temanmu # dan tinggalkanlah  keburukan yang ada  padanya.”


فَالْعُمْرُ اَقْصَرُ مِنْ مُعَا # تَبَةِ الْخَلِيْلِ عَلَى الْغَيْرِ 


“Maka umur itu terlalu pendek daripada dipakai mencaci maki teman yang akan berdampak buruk atas orang lain.”


7. Obat Keras Hati.


دَوَاءُ قَلْبِكَ خَمْسٌ عِنْدَ قَسْوَتِهِ # فَدُمْ عَلَيْهَا تَفُزْ بِالْخَيْرِ وَالظَّفْرِ
 

“Obat hatimu saat kerasnya hati ada lima perkara #  maka pegang terus 5 hal tersebut, niscaya  engkau akan berbahagia dengan  meraih banyak kebaikan dan keberuntungan.”


خَلَاءُ بَطْنٍ وَقُرْاۤنُ تَدَبَّرْهُ # كَذَا تَضَرُّعٌ بَاكٍ سَاعَةَ السَّحَرِ


“(1) Pengosongkan perut (banyak puasa) dan (2) al-Qur’an renungkanlah (kandungannya) # demikian juga (3) merendahkan diri di hadapan Allah (tadharru’) sambil menangisi (dosa-dosa) pada waktu sahur.”


كَذَا قِيَامُكَ جَنَاحَ اللَّيْلِ اَوْ وَسَطَهُ # 
                               وَاَنْ تُجَالِسَ اَهْلَ الْخَيْرِ وَالْخَبَرِ


 “Begitu pula (4)ibadahmu di sebagian malam atau tengah malam # dan (5) engkau duduk berdkatan dengan ahli kebaikan dan  kabar.”


أَكْلُ الْحَلَالِ وَصُمْتٌ عُزْلَةٌ وَكَذَا #
                             تَرْكٌ لِخَوْضٍ بِمَا لِلنَّاسِ مِنْ سِيَرٍ


“(Tambahan dari sebagian ulama) (6) makan rezeki halal, (7) diam (tidak berbicara dan berbuat yang merugikan diri sendiri dan orang lain), (8) uzlah (menghindari pergaulan negatif)demikian juga # (9) meninggalkan berbicara panjang lebar tentang tingkah laku yang ada pada manusia .” 


8. Bersikap Qona’ah (Menerima apa adanya) dan Menjauhi sifat tamak.


اَلْعَبْدُ حَرٌّ اِنْ قَنَعَ # وَالْحُرُّ عَبْدٌ اِنْ طَمَعَ


“Seorang hamba sahaya itu dinilai menjadi orang merdeka jika ia bersikap qona’ah (puas dan ridha menerima apa adanya) # dan orang yang merdeka dinilai sebagai budak jika ia bersikap thoma’(rakus, merasa kurang terus).”


فَاقْنَعْ وَلَا تَطْمَعْ فَمَا # شَيْءٌ يَشِيْنُ سِوَى الطَّمْعِ


 “Maka bersikap qona’ahlah dan jangan thoma’. Karena tidak ada # sesuatu yangdapat memberi aib selain dari sifat thoma’ tadi.”


9. Pandangan Itu Pangkal Kemaksiyatan. Jagalah Agar Selamat dari Siksa Neraka.


 كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَاهَا مِنَ النَّظْرِ #
                          وَمَعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغِرِ الشَّرَرِ


“Setiap kejadian (terutama kriminal) itu sumbernya adalah dari melihat # dan penyebab terbesar masuk neraka adalah orang yang menganggap kecil berbagai kejahatan.”


10. Keistimewaan-Keistimewaan Rasulullah saw.


لَمْ يَحْتَلِمْ قَطٌّ طٰهٰ مُطْلَقًا اَبَدًا #
         وَمَا تَثَائَبَ اَصْلًا فِى مَدَى الزَّمَانِ


“Tak pernah sekalipun Rasulullah mimpi jimak # Tak pernah pula menguap sepanjang hayatnya.”


مِنْهُ الدَّوَابُ فَلَمْ تَهْرُبْ وَمَا وَقَعَتْ *  
                                 ذُبَابَةٌ أَبَدًا فِى جِسْمِهِ الْحَسَنِ


“Binatang buas pun menjadi jinak di depannya # Tak pernah pula lalat hinggap di jasad indahnya.”


بِخَلْفِهِ  كَأَمَامٍ  رُؤْيَةٌ  ثَبَتَتْ  * 
                          وَ لاَ يُرَى أَثْرُ بَوْلٍ مِنْهُ  فِى عَلَنِ


“Bisa lihat yang di belakang seperti di depannya # Tak terlihat bekas air seninya di tanah.”


وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعِسَتْ* 
                           وَلاَ يُرَى ظِلُّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَطَنِ


“Hatinya  tak terpejam meski matanya tertidur # Tak terlihat bayangnya di tengah sorot mentari”


كَتِفَاهُ قَدْ عَلَتَا قَوْمًا اِذَا جَلَسُوْا  *  
                            عِنْدَ الْوِلاَدَةِ صِفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ


“Tinggi bahunya selalu sama dengan kaum yang duduk #  Saat lahirnya  Nabi kita sudah terkhitan.”


هٰذِى الْخَصَائِصُ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أَمِنًا*
                                 مِنْ شَرِّنَارٍوَسِرَاقٍ وَمِنْ مِحَنِ


Keistimewaan  Nabi ini jagalah slalu # Niscaya jauh dari kebakaran, maling, bencana.


11. Sibuklah Mengurus Aib Diri Sendiri.


اَلْمَرْءُ اِنْ كَانَ عَاقِلًا وَرِعًا # أَشْغَلَهُ عَنْ عُيُوْبِهِمْ وَرَعُهُ


“Seseorang jika ia berakal dan wara’ # maka kewara’annya itu akan menyibukkan dirinya dari mengurus aib orang lain.”


كَمَا الْعَلِيْلُ السَّقِيْمُ أَشْغَلَهُ # عَنْ وَجْعِ النَّاسِ كُلِّهِمْ وَجْعُهُ


“Sebagaimana orang yang sakit, maka ia akan sibuk mengobati penyakitnya sendiri daripada sibuk mengurusi penyakit orang lain  seluruhnya.”


12. Kemaslahatan Dunia Akhirat Diraih dengan Ilmu dan Berkembangnya Ilmu dengan Mudzakarah.


مَنْ حَازَ الْعِلْمَ وَذَاكَرَهُ # صَلُحَتْ دُنْيَاهُ وَ اۤخِرَتَهُ


 “Barangsiapa yang meraih ilmu dan selalu mengkajinya # maka akan bahagia dunia akhiratnya.”  


فَأَدِمْ لِلْعِلْمِ مُذَاكَرَةً #  فَحَيَاةُ الْعِلْمِ مُذَاكَرَتُهُ


“Maka langgengkanlah mengkaji ilmu # karena hidupnya ilmu itu adalah dengan mudzkarah (kajian keilmuan).”


13. Mendengarkan Perkataan yang Terlarang, Dosanya Sama.


وَسَمْعُكَ صُنْ عَنْ سِمَاعِ الْقَبِيْحِ كَصَوْنِ اللِسَانِ عَنِ النُّطْقِ بِهِ#
فَإِنَّكَ عِنْدَ سِمَاعِ الْقَبِيْحِ شَرِيْكٌ لِقَائِلِهِ فَانْتَبِهْ


“Dan pendengaranmu jagalah dari mendengarkan hal-hal yang buruk, sebagaimana harus menjaga lisan dari mengucapkan keburukan # Karena sesungguhnya engkau saat mendengarkan keburukan  dosanya sama dengan yang mengucapkannya. Maka waspadalah.”


14. Ilmu Anak Muda Bisa Saja Mengalahkan Orang Dewasa.


وَكَمْ مِنْ صَغِيْرٍ لَاحَظَتْهُ عِنَايَةٌ # مِنَ اللهِ فَاحْتَاجَتْ اِلَيْهِ الْأَكَابِرُ


“Berapa banyak anak muda mendapat pertolongan (kelebihan ilmu) # dari Allah, sehingga orang - orang dewasa pun akan membutuhkannya.” 


15. Jagalah Tangan kita. Tulislah Apa Yang Berguna Untuk Hari Esok.


وَمَا مِنْ كَاتِبٍ اِلَّا سَيَبْلَى # وَيَفْنَى الدَّهْرُ مَا كَتَبَتْ يَدَاهُ


“Tiadalah seorang penulis melainkan akan rapuh (wafat dan jasadnya hancur di makan tanah) # sedangkan apa-apa yang dituliskan kedua tangannya tidak akan habis ditelan zaman.”


فَلَا تَكْتُبْ بِكَفِّكَ غَيْرَ شَيْءٍ # يَسُرُّكَ فِى الْقِيَامَةِ اَنْ تَرَاهُ


“Maka janganlah engkau menulis dengan tanganmu selain apa-apa # yang bisa membahagiakanmu di hari kiamat saat engkau melihat(manfaat)nya.”


16. Jagalah Adab (Tata Susila).


وَمَا كُلُّ وَقْتٍ تَرَى مُسْعِفًا # فَكُنْ حَافِظًا لِطَرِيْقِ الْأَدَبِ


“Tidaklah setiap waktu engkau melihat orang yang dapat membantumu # maka hendaklah engkau selalu menjaga jalur hidup berkeadaban.”


تَرَى اللهَ يَكْشِفُ مَا قَدْ خَفَى # فَتَحْظَى بِأَجْرٍ وَنَيْلِ الرُّتَبِ


“Engkau akan melihat Allah menyingkap apa-apa yang tersembunyi (di hari kiamat) # lalu engkau akan mendapat ganjaran (atas kebaikanmu) dan meraih berbagai martabat luhur (disebabkan amal salehmu).”


17. Terpeleset Lidah Lebih Berbahaya Daripada Terpeleset kaki.


يَمُوْتُ الْفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِسَانِهِ # 
                          وَلَيْسَ يَمُوْتُ الْمَرْءُ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ


“Seseorang akan mati disebabkan ketergelinciran lidahnya # dan tidaklah seseorang mati disebabkan terpeleset kakinya.”


فَعَثْرَتُهُ مِنْ فِيْهِ تَرْمِيْ بِرَأْسِهِ # فَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَأُ عَلَى مَهْلٍ


“Maka terglincirnya seseorang dengan sebab mulutnya dapat menyebabkan kepalanya melayang # tapi tergelincirnya seseorang dengan sebab kaki yang terpelest akan sembuh berangsur-angsur.”


Wallau a'lam bish showab.
Semoga bermanfaat.

Penulis merupakan Pengasuh Pesantren Sabilurrahim Mekarsari Cileungsi Bogor


Taushiyah Terbaru