• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Taushiyah

Memperkokoh Persatuan

Memperkokoh Persatuan
Memperkokoh Persatuan
Memperkokoh Persatuan

Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

Tugas pokok para dai dan aktifis muslim adalah membina dan memperkokoh persatuan dan persaudaraan sesama umat, menyatukan barisan diantara mereka dan menjalin kasih sayang terhadap sesamanya. Mereka harus menghindari perselisihan dan perpecahan dan membuang jauh segala macam bentuk yang dianggap dapat memecah belah kesatuan umat Islam. Perselisihan dan perpecahan yang timbul di tengah-tengah kehidupan masyarakat akan menimbulkan kerusakan, merusak hubungan baik sesama anggota masyarakat dan melemahkan kekuatan mereka.

Dalam al-Qur’an, Allah Swt memerintahkan pada orang-orang yang beriman agar senantiasa meningkatkan ketakwaannya dan memegang teguh ajaran agama Islam untuk selama-lamanya.



يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ  


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imran, 3: 102).

Umat Islam di manapun mereka berada dan dalam berbagai keadaan harus selalu berpegang teguh pada tuntunan agama Allah dan menghindari segala macam perselisihan. Mereka diperintahkan agar mensyukrui nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada orang-orang yang beriman, sehingga mereka bersaudara, meskipun mulanya mereka saling bermusuhan.

Perintah berpegang teguh pada tali agama Allah, merupakan suatu bimbingan yang sangat bermanfaat bagi setiap pribadi muslim untuk membentuk suatu masyarakat yang baik. Masyarakat yang para anggotanya saling mencintai dan saling tolong menolong dalam kebaikan serta saling berwasiat mengenai kebenaran, kesabaran dan ketabahan. Allah berfirman:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ 

 

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali-Imran, 3: 103).

Mengokohkan dan memperkuat persatuan dan kesatuan suatu umat, harus dibarengi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh dan tidak mengenal lelah dalam menegakkan kebenaran, mengusahakan kebaikan dan kemanfaatan. Juga harus dilanjutkan dengan selalu memerintahkan kebaikan (Amar Ma’ruf) adalah merupakan pupuk yang menyuburkan tanaman itu. Mencegah kemungkaran (Nahi Munkar), diibaratkan sebagai pemberatasan hama. Pohon apabila ditanam dengan tidak diberi pupuk, maka akan menjadi kerdil, apalagi jika hama yang merusak pohon itu tidak diberantas, maka ia akan merana dan kemudian mati.

Al-Qur’an mengarahkan orang-orang yang beriman agar senantiasa menghidupkan suatu kelompok manusia yang tugasnya memberi peringatan kepada sesamanya, supaya tidak terjerumus dalam lembah kehinaan. Kelompok hendaknya terus mengarahkan umat pada perbuatan yang baik dan terpuji dan menghindarkan mereka dari segala macam perbuatan yang buruk dan tercela.

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ 

 

“Dan hendaklah ada di antaramu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran, 3: 104).

Kehancuran umat manusia pada masa yang lalu, demikian juga masa depan disebabkan oleh karena mereka senang bermusuhan, baik antar anggota dalam masyarakat atau permusuhan antar umat. Apabila kebencian dan permusuhan sudah memuncak, maka kehancuran tidak dapat dihindari lagi. Sebelum suatu umat jatuh pada kehancurannya, maka hendaklah ia menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran itu. Faktor yang paling dominan yang menyebabkan kehancuran adalah perselisihan dan permusuhan.

Al-Qur’an memperingatkan semua orang muslim agar tidak mengikuti jalan umat terdahulu yang telah hancur, karena mereka berselisih dan bercerai-berai, setelah datang pada mereka keterangan yang jelas.

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ 

 

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”. (QS. Ali-Imran, 3: 105).

Dari uraian di atas, dapat diambil pelajaran secara ringkas, bahwa tugas pokok da’i, mubaligh dan aktifis muslim adalah memperkokoh persatuan dan kesatuan. Sesama umat Islam harus menghindari segala macam bentuk perpecahan dan perselisihan.

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriah PBNU


Taushiyah Terbaru