• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Hakikat Iman dan Takwa

Hakikat Iman dan Takwa
Hakikat Iman dan Takwa (Ilustrasi: freepik)
Hakikat Iman dan Takwa (Ilustrasi: freepik)

Iman pengertiannya menurut bahasa adalah al-Tashdiq, membenarkan atau mempercayai. Sedangkan menurut pengertian istilah harus memenuhi tiga komponen, yaitu: (1) meyakini dalam hati, (2) mengucapkan dengan lisan, dan (3) merealisasikan keimanannya dalam segala aktivitas dan perbuatan. Dengan demikian, apabila seseorang telah beriman, maka dia mempercayai pada Allah dan segala firman-Nya. 


Tidak cukup keyakinan dalam hati saja, tetapi harus dibuktikan iman tersebut dengan lisan dalam bentuk perkataan dan pernyataan. Misalnya mengucapkan kalimat syahadat. Selanjutnya dia harus mewujudkan keimanan dalam hati dan lisannya itu dalam amal perbuatan sehari-hari yang mewujud dalam amal yang shaleh, atau segala aktivitas yang baik dan terpuji.


Kalau iman itu diibaratkan matahari, maka amal shaleh atau amal kebajikan merupakan sinarnya. Karena itu, matahari tidak bisa dicerai-pisahkan dengan sinarnya. Demikian juga iman seseorang harus menyatu dengan amal shaleh atau aktivitas yang terpuji dan tidak bisa dicerai-pisahkan. Setelah orang memiliki iman dan amal shaleh, maka akan meningkat derajatnya menjadi orang-orang yang bertakwa.


Takwa pengertiannya menurut bahasa adalah waspada, berhati-hati, menahan diri dari perbuatan tercela dan takut terhadap murka Allah. Pengertian takwa secara terminologis adalah Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawaahihi, yaitu melaksanakan segala perintah Allah, dan menjauhi segala larangannya. 


Definisi itu amat singkat, namun pelaksanaannya harus mengerahkan segala kemampuan kita. Karena kalau kita hanya melaksanakan sebagian perintah Allah dan meninggalkan sebagian larangannya, itu amat mudah dan itu belum mencapai tingkatan takwa. Dengan demikian perlu diperhatikan pada kalimat segala atau semua yang tercantum dalam definisi di atas.


Tujuan pokok dari ibadah shiyam kita adalah agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Setelah kita mengetahui definisi takwa sebagaimana disebutkan di atas, maka kriteria dari orang-orang yang bertakwa antara lain: (1) beriman kepada Allah dan segala yang difirmankan-Nya atau al-Qur’an, (2) mengikuti bimbingan Nabi Muhammad s.a.w. melalui al-Sunnah.


(3) untuk memahami al-Qur’an dan al-Sunnah itu, kita harus mengikuti bimbingan para sahabat Nabi, para tabiin, dan para ulama yang memiliki keahlian dalam menjelaskan ajaran pokok dari agama Islam tersebut. (4) menegakkan shalat dan menunaikan zakat, (5) beriman kepada kitab suci, (6) beriman kepada hari akhirat, (7) mengendalikan hawa nafsu, berbagi dengan sesama, (9) memaafkan kesalahan orang lain, (10) banyak bertaubat.


Kriteria takwa berikutnya (11) bersikap rendah hati dan tidak angkuh, (12) melaksanakan shalat-shalat sunnah dan puasa-puasa sunnah, (13) memperbanyak dzikir dan doa, (14) bersikap pertengahan dalam membelanjakan hartanya, tidak bersikap kikir atau boros. (15) bertanggung jawab kepada keluarga dan peduli terhadap lingkungan, (16) bersikap amanah dan jujur, (17) senantiasa bersyukur dan bersabar dalam menghadapi segala kesulitan. (18) menghargai nasihat dan bimbingan para ahli dalam disiplin ilmunya masing-masing. (19) senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang dapat mewujudkan kemaslahatan umum.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, Salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru