Delapan Nikmat Rabbul ‘Aalamiin, KH Syihabuddin Mahmud: Bahan Tafakur Manusia di Alam Dunia
Jumat, 27 September 2024 | 08:33 WIB
Allah Swt sebagai Dzat Yang Maha Kuasa dalam menciptakan manusia bertujuan agar makhluk-Nya ini menjadi pembawa kemaslahatan kehidupan di alam dunia. Predikat Rabbul ‘Aalamiin untuk Allah Swt mengandung makna Dia sebagai pengatur segenap alam semesta.
Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam mengisi kehidupan alam dunia ini tiada lain hendaknya berorientasi untuk memakmurkan Bumi. Sebagaimana sosok panutan Nabi Muhammad Saw yang menjadi teladan karena kiprahnya yang selalu berpijak sebagai figur rahmatan lil’aalamiin, berwelas asih kepada alam.
Menurut sesepuh Majelis Taklim Baitun Nidzom Cihanjuang, KH Syihabuddin Mahmud, terdapat delapan nikmat anugerah Allah Swt yang diberikan kepada umat manusia di sepanjang kehidupannya di alam dunia.
“Nikmat itu menjadi bagian dari unsur Bumi. Selain sebagai anugerah-Nya, delapan nikmat itu hendaknya menjadi bahan tafakur manusia,” ujarnya, saat Pengajian Maulid Nabi, di Karangsari, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (22/09/2024).
Delapan nikmat tersebut antara lain:
Pertama, tanah. Manusia berasal dari tanah, dan akan kembali ke tanah. Sebagai bagian dari unsur di Bumi, tanah haruslah diurus dan dirawat sebaik mungkin. Bercocok tanam berbagai tanaman di atas tanah, untuk kemudian hasilnya dinikmati dan selalu syukuran, itu merupakan cara kita mengurus serta menjaga tanah.
“Kita tak boleh bertengkar dan hindari perbuatan dosa maksiat di atas tanah anugerah-Nya. Allah Swt tak meridoi tanah yang dipijak manusia dijadikan lahan yang tak sesuai aturan-Nya,” kata KH Syihabuddin Mahmud.
Kedua, air. Lebih setengah luas Bumi ini terdiri dari air. Di dalam tubuh manusia pun unsur air merupakan elemen yang terbanyak. Karenanya air merupakan sumber keberkahan yang harus dirawat ketersediaanya.
Baca Juga
Mimbar Cahaya di Seputar Arasy
Menjaga air agar tetap mengalir menjadi sumber kehidupan, dibarengi ihtiar mencegah terjadinya pencemaran air. Filosofi air mengalir dari atas ke bawah, menjadi simbol bagi kita untuk selalu menolong yang tak mampu dan lemah.
“Jika air tak dirawat, maka hilanglah keberkahannya, bahkan akan menjadi musibah besar dalam kehidupan manusia,” tutur kiai yang juga Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Cihanjuang.
Ketiga, api. Api sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan ini, tapi juga sekaligus bisa jadi bencana. Api dapat membakar apa saja, seganas iblis yang diciptakan dari api. Dalam diri manusia terdapat unsur api yang harus kita kendalikan agar dapat diambil manfaatnya dan terhindar dari mudaratnya.
“Api bisa menjadikan manusia seganas iblis, sehingga menjadi punting neraka. Bila manusia tak mampu mengendalikan api, maka Bumi, tanah, serta air, akan bersedih dan menangis,” ungkap KH Syihabuddin Mahmud.
Keempat, udara. Udara merupakan sumber kehidupan yang ditiupkan Allah Swt ke dalam saluran nafas, jantung, dan sanubari manusia. Di dalam udara ada hal tak terlhat dan teraba, yakni keberkahan besar yang sangat dibutuhkan manusia.
Hanya manusia culas yang tega mengotori udara dengan menyemburkan bebauan hingga mengganggu setiap helaan nafas manusia. Saat nafas telah dipenuhi udara kotor sampai tak kuat bernafas, saat itulah Malaikat Izrail siap memisahkan nyawa dari raga manusia dalam kondisi mengenaskan.
Kelima, matahari. Sebagai sumber energi, Matahari diciptakan Allah Swt untuk kepentingan kehidupan manusia. Muncul dari belahan Timur, Matahari penjadi penerang Bumi agar manusia tidak berada dalam kegelapan.
Namun terkadang ada manusia yang terjerumus pada kegelapan. Padahal cahaya Matahari itu ibarat cahaya hati dalam diri manusia. Matahari dapat surut sinarnya kala hari berganti, namun cahaya hati manusia hendaknya terus menyala sepanjang hayat.
“Cahaya hati manusia sejatinya harus terus bersinar dalam wujud selalu mengingat Allah, serta senantiasa berbuat amal kebaikan,” ucapnya.
Keenam, bulan. Bulan merupakan sumber kesejukan yang muncul di kala malam. Tiada keindahan malam, selain keindahan Bulan purnama. Cerminan kasih sayang, cahaya Bulan sungguh menyejukan. Bulan tak punya hati dan pikiran, tapi mengapa manusia yang memiliki hati dan pikiran tak bisa mewujudkan kesejukan? Dari Bulan kita bertafakur tentang kesejukan, kelembutan, dan kasih sayang.
Ketujuh, kayu. Kayu bagian dari tanaman atau pepohonan. Siapa yang menanam, dialah yang memanen. Barangsiapa yang menanam kebaikan, maka dialah yang menuai hasil pahalanya.
Allah Swt Maha Mengetahui siapa yang berbuat baik dan siapa yang berbuat buruk. Dari kayu, kita bisa menafakuri bahwa manusia tak bisa menikmati kehidupan di alam dunia ini tanpa adanya pohon. Karena bila tak ada pohon, maka musibah bencana kan datang melanda.
Kedelapan, batu. Batu diciptakan Allah Swt untuk melindungi manusia dari bahaya bencana alam. Gunung, yang didalamnya terdapat unsur batu, merupakan paku Bumi yang menjaga keseimbangan alam.
Batu juga memperkeras permukaan Bumi. Keteguhan batu perlambang kokohnya keimanan kita. Bila iman runtuh, itu seperti halnya reruntuhan batu yang mendatangkan musibah bagi kehidupan manusia.
“Allah Swt, Rabbul ‘Aalamiin Sang Pengatur Alam telah memberi fasilitas yang begitu besar manfaatnya bagi kehidupan manusia di muka Bumi. Adapun Kanjeng Nabi sebagai sosok yang Rahmatan lil ‘Aalamiin telah memberi teladan tentang perilaku manusia terhadap alam. Manusia sebagai kalifah-Nya di muka Bumi, hendaknya harus selalu merawat, menjaga, dan menyayangi alam seisi Bumi,” pungkas KH Syihabuddin Mahmud.
Kontributor: Rameli Agam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Muharram 1447 H: Hijrah, Karena Allah Bersama Orang yang Bertakwa
2
LD-PWNU Jawa Barat Gelar Madrasah Du'at ke-IV, Fokus Pengkaderan Da'i di Era Digital
3
Isi Kuliah Umum di Uniga, Iip D Yahya Sebut Media Harus Sajikan Informasi ‘Halal’ dan Tetap Diminati
4
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
5
Diskusi Imam Al-Ghazali di Istana: Siapakah Ulama Itu?
6
Dua Mata Pisau Hijrah Teknologi
Terkini
Lihat Semua