• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

Kolom KH Zakky Mubarak

Berhemat dalam Bernasehat

Berhemat dalam Bernasehat
ilustrasi: NU Online
ilustrasi: NU Online

​​​​Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

Memberikan nasehat atau saran yang baik kepada orang lain, merupakan perintah agama yang sangat kuat, yang didukung nash al-Qur’an da al-Sunnah. Saling nasehati satu sama lain, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku orang-orang mukmin. Kita diperintahkan agar mengajak umat manusia menuju jalan yang diridhai Allah dengan cara yang baik dan bijaksana. Dalam surat al-Ashr ditegaskan, 

وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ 

 

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr, 103: 1-3).

 

Surat al-‘Ashr menegaskan kepada kita, bahwa selain kita harus beriman dan beramal shalih, diperintahkan juga berwasiat satu sama lain mengenai kebaikan dan keluhuran akhlak. Memberikan nasehat kepada orang lain merupakan perbuatan yang sangat terpuji. Dengan kegiatan itu, orang yang berilmu akan bertambah pengetahuannya dan orang-orang yang bodoh akan memperoleh ilmu dan petunjuk.

 

Selain memberikan nasehat, kita harus menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan penuh toleransi untuk menerima nasehat orang lain. Dengan sikap penuh toleransi itu akan menumbuhkan persaudaraan yang erat dan sikap tolong-menolong antara sesama anggota masyrakat. Mereka yang kuat dan memiliki kekayaan melindungi dan mengasihi mereka yang lemah dan miskin. Sebaliknya mereka yang lemah dan miskinpun menghormati dan bersimpati terhadap yang kuat dan kaya.

 

Meskipun memberikan nasehat itu merupakan aktivitas yang sangat terpuji dalam pandangan ajaran agama, namun kita diarahkan agar berhemat dalam memberikan nasehat, sehingga tidak menimbulkan kebosanan atau jemu terhadap para pendengarnya. Mengobral nasehat akan menimbulkan kejenuhan yang melelahkan. Sehingga mengurangi mutu dari nasehat itu sendiri. 

 

Ibn Mas’ud, salah seorang sahabat senior di masa hayat Rasulullah Saw membiasakan diri untuk memberi nasehat bagi para jama’ah, sekali saja setiap hari Kamis. Tiba-tiba ada salah seorang yang menggebu-gebu dalam mencari nasehat, ia meminta kepadanya, agar memberikan nasehat setiap hari.

 

Ibn Mas’ud menjawabnya, bahwa sebetulnya tidak ada halangan dan tidak ada keberatan baginya untuk memberikan nasehat atau ceramah setiap hari, akan tetapi ia khawatir kalau jama’ah merasa bosan. Ia sengaja memberikan ceramah dengan waktu yang jarang, sebagaimana Rasulullah Saw memberikan ceramah padanya. Kata Ibn Mas’ud, Rasulullah Saw merasa khawatir kalau kami bosan menerima nasehat (HR. Muslim). Orang yang gemar mengobral nasehat, menunjukkan bahwa orang itu banyak bicara dan mengobral perkataan, hal ini merupakan petunjuk bahwa ia kurang baik.

 

Manusia yang baik dan memiliki kecerdasan yang tinggi, biasanya tidak mengobral pembicaraan dan perkataan. Ia bicara secukupnya, pembicaraannya singkat, sarat dengan isi dan kailmat-kalimat yang disampaikannya menarik. Rasulullah Saw pernah bersabda, diriwayatkan dari Abi Yakhdzan, Amr bin Yasr r.a.:

فَقَالَ أَبُوْ يَقْظَانَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ، وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ، مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ، فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ، وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ، (رواه مسلم)

 

Abu Yaqdzan r.a. berkata: Sesungguhnya ia telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khotbah menunjukkan kecerdasannya dan ke dalam ilmunya. Maka panjangkanlah shalatmu dan persingkatlah khutbahmu”. (HR. Muslim, No: 869).

 

Hadis lain yang diriwayatkan Muawiyyah bin al-Hakam menjelaskan perilaku Rasulullah Saw dalam memberikan nasehat dan pengarahan kepada para jamaahnya. Beliau memberikan nasehat dengan lemah lembut, tidak pernah memukul, membentak atau memaki sahabatnya. Muawiyyah bin al-Hakam, sebagai seorang yang baru terlepas dari kebiasaan dan kepercaayaan jahiliyyah, karena ia baru masuk Islam, bertanya kepada Nabi: 

 

يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ، وَقَدْ جَاءَ اللهُ بِالْإِسْلَامِ، وَإِنَّ مِنَّا رِجَالًا يَأْتُونَ الْكُهَّانَ، قَالَ: فَلَا تَأْتِهِمْ قَالَ: وَمِنَّا رِجَالٌ يَتَطَيَّرُونَ، قَالَ: " ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمْ، فَلَا يَصُدَّنَّهُمْ (رواه مسلم)

 

“Wahai Rasulullah s.a.w., sesungguhnya aku baru saja meninggalkan kebiasaan jahiliyah, dan kini Allah mendatangkan Islam. Sesungguhnya di tempat kami ada orang-orang yang suka mendatangi dukun”. Nabi bersabda padanya: “Kamu jangan mendatangi mereka”. Muawiyah selanjutnya mengatakan: “Diantara kami ada yang mempercayai burung-burung tertentu yang dianggap mendatangkan kecelakaan”. Nabi manjawabnya: “Itu hanya perasaan mereka saja, oleh karenanya jangan sampai kepercayaan mereka itu mencegah suatu perbuatan yang baik”. (HR. Muslim, No: 537).

 

Bahasa dan perkataan yang digunakan dalam memberikan nasehat atau ceramah, hendaknya dengan bahasa yang lemah lembut, penuh kesopanan dan dengan perkataan yang jelas. Dengan demikian ia mudah dipahami oleh yang mendengarkannya. Nabi Saw sering memberi nasehat dengan lemah lembut, seiring mengulangi perkataannya supaya jelas dan mudah dipahami. Sahabat Anas r.a. meriwayatkan:

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتَى عَلَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ، سَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثَلاَثًا (رواه البخاري)

 

“Dari Anas r.a. bahwa sesungguhnya Nabi s.a.w. bila berkata diulanginya tiga kali supaya mudah dipahami. Juga beliau datang pada suatu masyarakat ia mengulangi salamnya sampai tiga kali”. (HR. Bukhari, No: 95).

 

Sayyidah ‘Aisyah r.a. menginformasikan mengenai cara berbicara dan memberi nasehat dari Rasulullah Saw kepada umatnya:

 

عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ، قَالَتْ: كَانَ كَلَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلَامًا فَصْلًا يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ )رواه أبو داود

 

“Dari Aisyah r.a., ia berkata: “Adalah perkataan Rasulullah s.a.w. terperinci dengan jelas, sehingga dapat dimengerti oleh setiap pendengarnya”. (HR. Abu Daud, No: 4839).

 

Uraian di atas mengisyaratkan kepada kita agar berhemat dalam memberikan nasehat. Harus bersedia menerima nasehat orang lain dan berceramah atau berbicara dengan kalimat yang jelas dan terperinci, namun singkat dan padat.

 

Penulis adalah Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama


Taushiyah Terbaru