• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Tauhid

Misi Utama Dakwah Para Nabi

Misi Utama Dakwah Para Nabi
Ilustrasi: NUO
Ilustrasi: NUO

Oleh: Rudi Sirojudin Abas
Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan. Nilai ketauhidan itu menegaskan bahwa tiada tuhan yang layak disembah kecuali hanya Allah SWT. Nilai ketauhidan kemudian menjadi hal yang sangat fundamental sebagai identitas bagi kesempurnaan ajaran agama Islam.  

Bila dicermati, misi semua para nabi adalah tauhid, yakni menyeru kepada seluruh umat manusia agar hanya dapat beribadah kepada Allah saja, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berkenaan dengan ini, Al-Qur’an menegaskan bahwa semua para nabi memang mengemban misi ketauhidan. Misi ketauhidan para nabi tersebut dapat dilihat dari perjalanan para nabi ketika mereka berdakwah kepada umatnya. 

Kunci dakwah para nabi terletak pada perkataan يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ   (“Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia). Perkataan tauhid ini menjadi hal yang utama yang diucapkan oleh semua para nabi ketika mereka menjalankan misi dakwah kepada umatnya.

Al-Qur’an mengisahkan bahwa Nabi Nuh AS menyeru kepada umatnya agar mereka dapat beribadah hanya kepada Allah SWT saja (QS al-A’raf [7]: 59), bukan beribadah kepada selain Allah (Patung Wadd, Suwa, Yagus, Ya’uq, dan Nasr) (QS Nuh [71]: 23). Begitu pula Nabi Hud AS mengajak kepada umatnya (Kaum ‘Ad) untuk mengesakan Allah SWT (QS al-A’raf [7]: 65,  QS Hud [11]: 50, QS al-Mu’minun [23]: 32).

Dan juga Nabi Shaleh AS mengajak kaum Tsamud agar mengesakan Allah dalam setiap peribadatannya (QS al-A’raf [7]: 73, QS Hud [11]: 61). Sementara, Nabi Syuaib berdakwah mengajak tauhid kepada kaumnya yakni penduduk negeri Madyan (QS al-A’raf [7]: 85, QS Hud [11]: 84). Begitu pula Al-Qur’an mengisahkan bahwa Nabi Isa AS berkata kepada umatnya (Bani Israil) untuk mengesakan Allah SWT sebagaimana tercatat dalam QS al-Maidah ayat 72 dan 117.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ.

Artinya: Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (QS al-Maidah [5]: 72).

مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۚوَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْهِمْ ۚ 

Artinya: “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka.” (QS al-Maidah [5]: 117).

Alhasil, misi utama para nabi adalah menyeru umat manusia agar beribadah hanya kepada Allah SWT saja. Inilah penegasan yang utama yang tercatat dalam kitab suci Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ.

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS al-Anbiya [21]: 25).

Penegasan tauhid itu pun diperkuat manakala Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa misi utama dakwah Nabi SAW adalah mengajak semua umat manusia beriman kepada Allah SWT dengan tanpa mempersekutukan-Nya.

Allah SWT berfirman: 

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS al-Kahfi [18]: 110).

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۟ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰىٓ اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوْٓا اِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ ۗوَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِيْنَۙ.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).” (QS Fussilat [41]: 6). Wallahu’alam.

Penulis adalah seorang peneliti kelahiran Garut.


Tauhid Terbaru