NADIRSYAH HOSEN
Kolomnis
Dalam gelapnya malam yang sunyi, Ibnu Athoillah berbisik lembut penuh arti:
رَبَّمَا وُجِدْتَ مِنَ الْمَزِيدِ فِي الْفَاقَاتِ مَا لَا تَجِدُهُ فِي الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
Baca Juga
Dua Surat Cinta
“Boleh jadi kita akan mendapati pengalaman batin saat dalam penderitaan, apa yg tak bisa diperoleh saat berpuasa dan shalat,”.
Itu artinya, kasih, di balik duka dan derita yang menanti,
tersembunyi cahaya yang tak kita temui di sujud pagi.
Bisakah kita jadikan derita sebagai kendaraan untuk mendekat padaNya?
Penderitaan, sang guru yang bisu,
Menggugah jiwa dari tidur yang beku.
Ketika dunia mencabut segala yang fana,
Hanya Dia yang tersisa, pemilik cinta.
Puasa dan shalat, jalan yang agung,
Namun terkadang hati terlalu larut di dalam untung.
Rutinitas ibadah menutupi ruh tanpa sadar,
Sedang duka menelanjangi jiwa dari segala yang menghalang.
Dalam lapar, kita tahu arti rezeki,
Dalam sempit, kita kenal makna bergantung pada keluasan pelukan Ilahi.
Hati yang hancur, tangisan yang jujur,
Membuka jalan ke hadirat Allah yang luhur.
Oh, by the way, derita bukan sekadar ujian,
Ia adalah panggilan lembut Tuhan.
“Datanglah,” bisik-Nya di sela derita,
seolah Dia berkata: “kamu milik-Ku, biar dunia pergi bersama fana.
Tapi kamu tetap bersama-Ku”
Bukan hanya sajadah tempat pengabdian,
Terkadang luka adalah mihrab penghambaan.
Dan air mata, jauh lebih tajam dari tasbih,
Menyentuh Arsy-Nya dengan tulus nan bersih.
Maka jika derita mengetuk pintu hati,
Sambutlah kesempatan ini untuk lebih mendekat lagi pada ilahi
Karena kadang dalam perih yang tersembunyi,
Ada nikmat yang lebih dari ibadah sehari-hari
Saat shalat dan puasa tak lagi mampu melanjutkan perjalanan cinta,
Allah dengan penuh kasih sayang hadirkan derita
sebagai cara menuntun batin merasakan ketergantungan semata padaNya
Dan kemudian tiba-tiba semuanya hening
Semuanya gelap gulita
Tapi mata hati kita melihat cahayaNya yang indah penuh pesona
Dan aku tak henti-hentinya mengirimkan doa merayu kemahapemurahan Tuhan, sayang
agar Kanjeng Nabi menggenggam kuat tangan lemah kita.
KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
3
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua