Mengapa Kita Harus Menulis? Hj Senny Suzanna Alwasilah: Melatih Berpikir Kritis dan Analitis
Sabtu, 11 Januari 2025 | 17:09 WIB
Dekan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, Hj. Senny Suzanna Alwasilah. (Foto: Rameli Agam)
Rameli Agam
Penulis
Menulis merupakan aktivitas untuk mengekspresikan ide atau gagasan, menyampaikan informasi atau berita, dan mendokumentasikan pengalaman-pengalaman yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain. Menulis membantu kita berpikir lebih terstruktur, meningkatkan kemampuan daya analisis, dan juga sebagai sarana berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain, baik untuk saat ini maupun jadi bahan referensi bagi generasi yang akan datang.
Ternyata, terdapat banyak manfaat dari kegiatan menulis, di antaranya melatih kemampuan berpikir kritis dan berpikir analitis, mengasah kreativitas dan melatih mengembangkan imajinasi, serta sebagai media refleksi diri dan pengembangan pribadi (self grooming). Selain itu, hikmah manfaat dari menulis itu yakni sebagai sarana komunikasi dan edukasi yang efektif, serta kontribusi poistif kepada masyarakat melalui penyampaian ide atau solusi.
Itu antara lain hal-ihwal hikmah menulis yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, Hj. Senny Suzanna Alwasilah. Menurutnya, proses kreatif menulis dapat diawali dengan membuat rencana, seperti menentukan tujuan dan sasaran pembacanya.
Lalu, mengumpulkan ide dan mencatat poin-poin utama yang ingin disampaikan. Selanjutnya membuat kerangka tulisan dengan cara menyusun ide-ide itu menjadi struktur tulisan yang logis, terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup.
“Dalam proses itu tak kalah penting yakni pengembangan ide, menjelaskan atau memaparkan setiap poin secara detail, dan bila perlu dengan adanya dukungan data. Pamungkas, setelah selesai menulis, lakukan revisi dengan cara membaca ulang untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kualitas tulisan atau proofreading,” tutur Senny Suzanna Alwasilah, Jumat (10/1/2025).
Terkait fungsi dari hasil sebuah tulisan dalam kehidupan ini, dia mengungkapkan, sebagai sarana komunikasi, dengan menulis memungkinkan kita untuk menyampaikan pesan secara jelas dan utuh. Dalam hal dokumentasi sejarah, hasil penulisan juga membantu ihtiar pelestarian informasi penting untuk generasi mendatang.
Tulisan menjadi media utama untuk belajar dan berbagi pengetahuan, serta penyebaran ilmu. Di sisi lain, tulisan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dengan menyuarakan isu sosial dan menginspirasi perubahan ke arah yang lebih baik.
“Karya tulisan juga berfungsi sebagai media pengembangan budaya karena membantu pengayaan khasanah tradisi dan literatur suatu masyarakat,” ujarnya.
Lahir di Bandung, 11 Oktober 1962, Senny Suzanna Alwasilah menempuh program S1 Sastra Inggris STBA Yapari Bandung (1995), S2 Pendidikan Bahasa Inggris UPI Bandung (2002), serta S3 Pengembangan Kurikulum UPI Bandung (2014). Saat ini menjabat Dekan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan, dan Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Pasundan Bandung.
Aktif di berbagai kegiatan literasi, baik nasional maupun internasional, artikel-artikelnya tersebar di sejumlah media massa. Demikian pula telah lahir karya-karya bukunya, berbahasa Indonesia dan yang berbahasa Inggris. Dia juga dikenal sebagai pengarang yang produktif, di antaranya puisi dan cerpen.
Nah, terkait strategi transformasi dari kebiasaan budaya lisan ke budaya tulis, dia mengatakan, perlunya edukasi literasi yang ditanamkan di lingkungan keluarga dan sekolah, serta pemahaman pentingnya membaca dan menulis sejak usia dini.
Hal itu sembari dibarengi ihtiar meningkatkan akses fasilitasi media tulis seperti kemudahan mendapatkan buku, kertas, papan tulis, dan teknologi penulisan. Lalu, latihan secara konsisten dengan pembiasaan menulis setiap hari, mulai dari catatan harian, jurnal pribadi, hingga esai. Tak kalah pentingnya yaitu pembentukan komunitas literasi yang berperan sebagai wadah saling berbagi dan memotivasi menulis.
“Stimulan meningkatkan budaya menulis juga dengan adanya apresiasi karya tulis secara berkala, dengan memberikan penghargaan atau hadiah terhadap karya tulis, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun komunitas-komunitas menulis. Seiring dinamika kemajuan zaman, dapat pula mengintegrasikan teknologi dengan memanfaatkan platform digital untuk mempublikasikan karya tulis, misalnya di website, YouTube, Instagram, atau media lainnya,” papar Senny Suzanna Alwasilah.
Adapun tentang kondisi dunia kepenulisan, dia menilai kondisi literasi di banyak negara, termasuk Indonesia, masih menghadapi tantangan seperti rendahnya minat baca, kurangnya pelatihan menulis, dan terbatasnya akses buku atau sumber daya literasi.
Usaha-usaha untuk meningkatkan budaya menulis, setidaknya dapat dilakukan dengan pengenalan literasi sejak dini, pembiasaan membaca bersama anak-anak di rumah. Kemudian, ajarkanlah menulis dengan cara yang menyenangkan, menggunakan media kreatif, dan belajar dari yang mudah terlebih dulu seperti menulis cerita pendek atau puisi.
Menciptapkan lingkungan literasi, memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan buku dan inspirasi literasi, dan membuat perpustakaan mini di pojok rumah. Pemanfaatan teknologi pun dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau platform menulis untuk membangkitkan minat mereka.
“Hal lain, yakni usaha membangun role model dengan memperkenalkan penulis terkenal dan ceritakan manfaat menulis dalam hidup mereka. Berikutnya, secara berkala diadakan program literasi dengan menggelar lomba menulis atau workshop, baik di sekolah maupun di lingkungan komunitas masyarakat,” kata Senny Suzanna Alwasilah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
2
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
3
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua