Sejarah

Perjuangan Muslimat Jawa Barat di Volkenbond dari Madrasatul Ula ke Kancah Internasional

Rabu, 1 Januari 2025 | 18:10 WIB

Perjuangan Muslimat Jawa Barat di Volkenbond dari Madrasatul Ula ke Kancah Internasional

Perjuangan Muslimat Jawa Barat di Volkenbond dari Madrasatul Ula ke Kancah Internasional. (Foto: Buku Muktamar tahun 1959)

Nahdlatoel Oelama Istri, adalah sebutan untuk perkumpulan perempuan Nahdlatul Ulama atau disebut juga NOM (Nahdlatoel Oelama Moeslimat). 


Muslimat lahir dari peran Kiai Pesantren, perkumpulan Kiai awalnya bernama Komite Hijaz kemudian menjadi Perkumpulan Nahdlatul Ulama. Diantara Kiai yang berjasa lahirnya Muslimat adalah KH. Abdul Wahab, Kiai Moch Dahlan dan Kiai Saifudin Zuhri. Dalam perjalanan Nahdlatul Ulama menegakan Syiar Islam dan Nasionalisme lahir pula Tokoh-tokoh perempuan yang kelak menjadi motor penggerak berdirinya Muslimat.


Madrasatul Ula
Muslimat yang lahir sebelum masa kemerdekaan menjadi saksi sejarah melihat anak bangsa dalam keprihatinan dan kekacauan. Kemiskinan, ancaman keamanan kebodohan dan mengakarnya gaya hidup ala eropa di kaum muda semakin memperparah kondisi saat itu. 


Merebaknya tempat perjudian, prostistusi, perdagangan perempuan, madat dan menjamurnya arena dansa menjadi ancaman besar bagi budaya timur dan ajaran Islam. Pesantren yang menjadi benteng terdepan dan terakhir mau tak mau harus menjadi kekuatan yang tak boleh roboh.


Muslimat, seperti disebut diawal adalah Perkumpulan Perempuan yang lahir dari Nahdlatul Ulama. Kaum ibu atau ibu sering disebut al ummu madrasatul Ula atau madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Namun siapa sangka dari Madrasatul Ula itu lahir Tokoh-tokoh Perempuan yang mampu bersuara di kancah dunia global tentang hak-hak perempuan dan anak-anak.


Dari beberapa catatan atau berita di koran-koran lama ditemukan beberapa tulisan tentang kegiatan Muslimat. Jauh sebelum Muslimat berdiri menjadi badan Otonom yang disahkan pada Muktamar di Purwokerto tahun 1946, Muslimat telah eksis di masyarakat. Dibeberapa tulisan pada tahun 1936-1940 Muslimat telah aktif dengan agenda-agenda keagaman dan sosial, baik Pengajian, Silaturahmi Lebaran, Rapat terbuka, pameran kerajinan sampai ikut berjuang menuju kemerdekaan.


Muktamar NU ke-13 bulan Juni tahun 1938 di Menes Banten adalah momen pertama kalinya perwakilan perempuan NU berbicara di forum Muktamar. Tokoh perempuan NU yang diwakili Ny Djoenaesih dan Ny Siti Sarah dari Bandung berbicara dihadapan para Kiai tentang pentingnya kebangkitan perempuan di dalam organisasi. Saat itu usulan tentang pentingnya perkumpulan perempuan NU masih dalam perdebatan forum Muktamar.


Moeslimat dan Volkendbond
Diawal tahun 1937 sebelum peristiwa Muktamar Menes Banten, tepatnya bulan Februari 1937, Muslimat yang saat itu bernama Nahdlatoel Oelama Istri sudah menghebohkan kancah pergerakan kaum perempuan pribumi. Saat itu di Bandung di adakan Konfrensi Internasional Liga Dunia yang membahas tentang Pemberantasan Perdagangan dan Prostitusi Perempuan dan anak. Acara itu bertajuk Volkenbond Conferentie. 


Volkenbond Conferentie dihadiri oleh sebagian besar perwakilan Perempuan dari Eropa dan Asia. Acara itu diadakan pada Februari 1938 di Bandung. Seperti diberitakan oleh Koran Pemandangan yang terbit Saptu 16 Januari 1937, diberita itu diceritakan akan didirikannya kantor sementara Koran Pemandangan di area sekitar gedung acara untuk meliput kegiatan Conferentie Volkenbond. 


Berita tentang Konfrensi itupun direspon cepat oleh Muslimat di Bandung yang di bantu Tuan Swar Hassan yang saat itu menjadi Ketua Cabang NU Bandung. Dalam sebuah pemberitaan di Koran Mata-Hari yang terbit Jumat 5 Februari 1937 dengan judul 'Nahdlatoel Oelama Istri dan Volkenbond' diikuti judul kecil berbunyi 'Orang Piara Goendik Maoe dilarang!'.


Pemberitaan Muslimat dan Tuan Swar Hassan juga diberitakan Koran Tempo yang terbit 8 Februari 1937, Tempo mengambil judul 'Nahdlatoel Oelama Istri' dengan judul kecil 'Memadjoekan Oesoel', isi berita di Koran Tempo hampir sama dengan isi berita di Koran Mata-Hari, yang berbeda seputar usulan tentang Pelarangan Memelihara Gundik, di Koran Tempo tidak dituliskan usulan itu.


Perjuangan Tuan Swar Hassan sangatlah tidak mudah, di dalam berita disebutkan bahwa Tuan Hassan harus menempuh ijin dulu ke Pemerintah di Batavia, info ini di dapat dari Pusat Informasi Volkenbond, dari pihak Pemerintah saat itu menolak permintaan Tuan Swar Hassan dan Muslimat, dengan alasan bahwa delegasi Pemerintah sudah menunjuk Perkumpulan Pemberantas Perdagangan Perempoean dan Anak-anak (PPPPA) Djokja.


Penolakan itu tidak membuat Tuan Swar Hassan putus asa, kemudian dia melobi Hoofdbestuur PPPPA agar meloloskan perwakilan Nahdltatoel Oelama Istri untuk bisa mewakili dan mengutarakan usulan di Forum Volkenbond, diakhir berita dituliskan bahwa belum ada kepastian, apakah Usulan dan Wakil yang akan berbicara di Volkenbond dari Muslimat ini diluluskan atau tidak.


Kejelasan tentang lolos atau tidaknya Muslimat ke Forum Volkenbond saya belum menemukan datanya, namun setidaknya perjuangan Muslimat untuk bisa hadir dan memberikan usulan di Forum Internasional itu sudah diperjuangkan dengan gigih, dan peristiwa yang terekam dalam koran-koran saat itu membuktikan bahwa Muslimat telah membuat gebrakan-gebrakan yang luar biasa untuk menyuarakan hak-hak Perempuan dan Anak.


Untuk lebih menguatkan data tentang Usulan Muslimat di Volkenbond, saya tuliskan Teks dari Koran Mata-Hari edisi Jumat 5 Februari 1937, menurut penjelasan Koran Mata-Hari teks aslinya ditulis dengan bahasa inggris.


Isi tulisan dalam Koran itu berbunyi: Pedato soedah disediakan dalam bahasa Inggeris dan maksoednya kira-kira seperti berikoet :


Atas namaja Nahdlatoel Oelama Istri (Perkoempoelan Agama islam bagian istri) kita hatoerkan salam dan bahagia pada sekalian Congressistent teroetama pada Delegatie jang datang dari loear negri, kita sangat bersoekoer jang Volkendbond Conferentie tentang  brantas perdagangan prempoean dan anak-anak di timoer jang pertama kali diadakan di Bandoeng. Kita berdoa dan mengharap moedah-moedahan segala tjita-tjita dari ini conferentie ini bisa lekas terkaboel dan berhasil baek.


Kita insjaf, bahwa oentoek mentjapai maksoed ini jang sangat moelia orang mesti memberantas djoega pelatjoeran dengan seloeasnja, sebab prostitutie menjebabkan dan perdagangan perempoean moeda dan anak² perempoean Iain-lainnja kedjahatan di Timoer, Barat dan ditempat-tempat lainnja.


​​​​​​​Kita berkejakinan, bahwa boeat 
perkara ini mentjegah oeroesan ini mesti diadakan Zedenpolitie jang speciaal dan dibantoe oleh perkoempoelan² Agama, amal, sociaal dan orang² jang beribadah serta orang² jang ternama segala bangsa golongan serta mesti diperloeaskan dari kota² besar dan 
ketjil sampai kedesa² dan kampoeng-kampoeng. 


Mesti diichtiarkan dihapoeskannja  segala tempat jang menarik orang² kedjoeroesan ini seperti openbaar dansgelegenheden (Tandak, Ronggeng, Doger d.I. L nja jang seroepa dengan itoe), poen tempat² dimana didjoeal minoeman keras, tempat² joedi openbare harem dan dnbbelgelegen haden dan segala permainan jang memboroskan oeang).


Melarang pertjampoeran antara  lelaki dan perempoean jang boekan achlinja dan tidak berkeperloean. Melarang orang-orang piara goendik (piara perempoean tidak sah).Kita berkejakinan," bahwa djikalau oeroesan terseboet di atas dibasmi dengan sekoeat-koeatnja, Insja Allah, segala kedjahatan di dalam doenia ini boeat lenjap boeat selamanja.​​​​​​​ Moedah - moedahan permoehoenan (suggestie) kita ini mendjadi perhatian Volkenbond Conferentie di Timoer, Barat dan segenap djihat adanja. 


Demikian usulan yang ingin disampaikan Muslimat dalam Forum Volkendbond itu. Jika melihat gerakan yang dimunculkan Muslimat di acara Volkendbond tahun 1937 di Bandung dan Muktamar Menes 1938 dipastikan bahwa gerakan itu lahir dari diskusi dan konsolidasi yang telah dibangun dari tahun-tahun sebelumnya. 


Tokoh Muslimat Jabar
Kegiatan Muslimat sebelum tahun 1937 dan 1938 juga tercatat di Koran Pemandangan yang terbit 29 Maret 1941, berita itu berjudul Lustrum N.O.M Soebang, istilah Lustrum adalah kurun berdiri 5 tahun.  Diantara Tokoh Muslimat yang jadi Pembicara dalam acara peringatan Lustrum itu diantaranya : Nj Djoeaesih, Nj Solihat Fakih dan Nj Sopiah Soetaatmadja. Jika di hitung dari tahun terbit berita yaitu 1941, berarti Muslimat Subang dan Purwakarta yang saat itu masuk wilayah Karawang sudah terbentuk di tahun 1936. 


Kemudian diantara Tokoh-tokoh Muslimat dari Jawa Barat yang tercatat di kepengurusan awal Muslimat terbentuk di Muktamar ke-15 tahun 1940 di Surabaya ada Nj Djoeaesih Bandung yang menjadi wakil ketua, Nj Hasanah Penulis II dari Indramayu, Nj Marfuah bendahara I dari Cirebon dan Siti Ipah dari Bandung sebagai Pembantu, saat itu Muslimat belum sah berdiri sendiri secara Otonom.


Baru pada Muktamar ke-16 di Purwokerto tahun 1946 terbentuklah Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) secara sah sebagai badan Otonom yang kemudian lebih dikenal dengan nama Muslimat NU. Di era tahun 70an tercatat ada nama Nj Chadidjah Soemadilaga atau lebih dikenal Hj. Chadidjah Imron Rosyadi yang pernah ikut dalam acara FAWA (Federation Asian Women Asociation) di Jepang yang disebutkan disebuah Koran ikut hadir mewakili Muslimat.


Tentunya banyak sekali Tokoh Muslimat Jawa Barat yang belum dituliskan, dan pastinya dari rahim Muslimat telah lahir Tokoh-tokoh hebat dari Kaum Ibu dengan bidang dan keahliannya masing-masing. Di usia yang hampir menginjak 79 Tahun adalah waktu yang panjang, telah banyak hal yang telah diberikan untuk negeri ini.

 

Nasihin, peminat sejarah, pengurus lesbumi jabar, tinggal di cileunyi kabupaten bandung