Konferensi Kring Cirebon dan Rapat Ansoroe Sindanglaoet 1938
Jumat, 27 Desember 2024 | 17:24 WIB
Nahdlatul Ulama (NU) dideklarasikan 1926 di Surabaya, proses awal perintisan kemudian pengembangan tidak bisa dilepaskan dari Lembaga yang bernama Lajnatun Nashihin. Lembaga ini bertujuan melakukan pengembangan organisasi NU dengan mendirikan Cabang NU di seluruh Indonesia.
Dalam tulisan Choirul Anam disebutkan, posisi Lajnatun Nashihin sebagai komisi propaganda yang meyakinkan kepada masyarakat agar membentuk organisasi NU, mengamalkan akidah Ahlussunnah wal jama’ah dan mencintai bangsa Indonesia yang saat itu sedang mempersiapkan proses kemerdekaan.
Anggota Lajnatun Nashihin terdiri sembilan orang, yaitu: KH M Hasyim Asy’ari, KH Bisyri Syansuri, KHR Asnawi, KH Ma’shum, KH Mas Alwi, KH Musta’in, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Abdul Halim dan KH Abdullah Ubaid. Tugas para Kiai itu adalah hadir ke daerah-daerah untuk meyakinkan tokoh masyarakat bersama masyarakat mendirikan NU dengan menjelaskan visi-misi dan tujuan NU. Dalam tahap pertama, tugas pembentukan Cabang NU fokus di Jawa dan Madura.
Pembagian tugas propaganda ini antara lain: KH Bisyri Syansuri, KHR Asnawi, KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Abdul Halim bertugas untuk pengembangan NU di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan KH M Hasyim Asy’ari, KH Ma’shum, KH Mas Alwi, KH Musta’in, dan KH Abdullah Ubaid mempropagandakan NU di Jawa Timur dan Madura.(Choirul Anam, 2015)
Lajnatun Nasihin yang dibentuk para Kiai Nahdlatul Ulama pada Muktamar ke tiga di Surabaya itu sangat ampuh menyebarkan faham Ahlussunah Annahdliyah ke berbagai wilayah di Jawa dan Madura diawal gerakannya. Jawa barat adalah salah satu wilayah yang secara respon sangat baik, jaringan keilmuan Ulama Jawa barat yang tersambung ke Jawa tengah, Jawa Timur dan Mekkah adalah salahsatu alasan cepatnya diterimanya Nahdlatul Ulama.
Dalam tulisan Abdullah Alawi di NU Online Jabar menyebutkan, sampai muktamar ketiga di Surabaya, tahun 1928, hanya beberapa kiai Jawa Barat yang hadir. Di antaranya KH Abdurrahman Menes, Banten, KH Muhyi Bogor, KH Abdullah Cirebon, dan KH Abdul Halim Leuwimunding, Majalengka. Namun, kiai yang disebut terakhir itu memang waktu itu beraktivitas di Surabaya sebagaimana KH Idris Kamali asal Cirebon yang hadir di Muktamar kedua di kota yang sama. Waktu itu Kiai Idris tidak beraktivitas dari kota asalnya, melainkan di Jombang, karena ia adalah menantu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Barulah pada muktamar keempat di Semarang, tahun 1929 kiai dari Jawa Barat bertambah. Selain yang disebutkan sebelumnya, kecuali KH Muhyi Bogor, hadir di antaranya KH Ahmad Dimyati Sukamiskin Bandung, KH Abdullah Kuningan, KH Abdullah Indramayu, KH Abdul Latif Cibeber Banten, Penghulu Junaidi Batavia, Guru Manshur Batavia (Jakarta), KH Abdul Aziz Cilegon (Banten), Abdul Khair Cirebon, KH Dasuqi Majalengka dan Syekh Ali Thayib yang mewakili Tasikmalaya. (Abdullah Alawi, NU Online Jabar, 2021).
Dalam tulisan diatas disebutkan pada Muktamar 1928, utusan dari Cirebon ada nama Kiai Abdullah, kemudian pada tahun 1929 ada nama KH Abdul Khair. Di beberapa catatan sekitar tahun 1932 NU Cirebon sudah aktif melaksanakan kegiatan, dalam perkembangannya NU di Cirebon sudah mampu membuat beberapa Ranting di wilayahnya, seperti pemberitaan di Koran Pemandangan di tahun 1938 dengan judul 'Conperentie Kringen N O, afdeling Cheribon'.Ditulisan ini banyak memakai ejaan lama untuk menunjukan otentisitas data dari koran lama.
Konferensi Kringen Tjabang Cheribon
Pada Koran Pemandangan nomer 108 yang terbit 18 Mei 1938, terdapat pemberitaan tentang kegiatan NU Cirebon dengan Judul Conperentie Kringen N.O, Afdeling Cheribon. Dalam acara Konferensi tersebut, ada sembilan Kring atau Ranting yang hadir, yaitu Kring :
Babakan, Tjiledoek, Gebang, Plered, Kantji, Sindanglaoet, Kedjaksan, Pekeringan, dan Graksan. Acara itu diselenggarakan di Madrasah NU Nieuw-Tersana (Babakangebang), pada hari Minggu 15 Mei 1938.
Acara yang dibuka jam sembilan pagi itu membahas lima agenda, Pertama Pembukuan, Kedua Mengesahkan Notulen Konferensi Ke-1 tanggal 13 Februari 1938, Ketiga Membahas Perkembangan Pergunu, keempat Musyawarah tentang Usulan dan Masalah, Kelima Pertanyaan dan lain-lain.
Pada agenda kedua disebutkan penggantian sekretaris yang awalnya di jabat oleh saudara Ibraham diganti oleh saudara Moch Adiwidjaja, kemudian membahas utusan Kongres yang akan diselenggarakan di Menes, dari Tanfidziyah diwakili saudara Ibraham dan Arsad, dari Syuriah Kiai Aboehaer dan Kiai Abas.
Agenda ketiga mendengarkan pemaparan dari Pergunu tentang program kerja. Agenda keempat untuk membahas usulan akan diadakan lagi Konferensi pada tanggal 29 Mei 1938 di Kantor NU yang direncanakan pada siang hari, dan untuk Masalah-masalah akan diadakan konferensi pada tanggal 5 Juni 1938 bertempat di Mesjid Arab Cileduk.
Pada agenda kelima membahas tentang perkembangan Ranting, pembahasan ini di fokuskan pada Madrasah dan guru-guru Madrasah yang di kelola oleh Ranting, di dalam berita itu disebutkan bahwa jumlah Madrasah yang dikelola oleh sembilan Ranting itu ada 12 Madrasah dengan jumlah gurunya ada 23 orang. Di agenda kelima itu Ranting dari Sindanglaut mengusulkan Openbare Vergedering (Rapat Terbuka) pada tahun ini, dan usulan itu disepakati sesudah Muktamar Menes Banten.
Acara Konferensi Cabang Cirebon itu akhirnya selesai pada pukul 13:15. Diberita itu dituliskan sebagai berikut.
Dengan selamat Conferentie ditoe
toep poekouel 1.15 siang, dengan dihabisi do'a oleh kijai Aboehaer,
Tidak loepa semoea oetoesan2 djoega wakil pers dihatoeri makan jang lazat rasanja.
Ditulisan itu terdapat nama Kiai Aboehaer, mungkin yang dimaksud adalah Kiai Abdul Khair seperti yang dibahas diawal, yaitu Tokoh Kiai Cirebon yang menghadiri Muktamar Ke-3 di Surabaya tahun 1929, dan Kiai Abas yang dimaksud adalah KH. Abbas Pesantren Buntet.
Openbare Vergedering ANO Sindang Laoet
Gerakan Pemuda (GP) Ansor atau di awal dikenal dengan ANO (Ansor Nahdlatoel Oelama) disahkan 24 April 1934 sebagai bagian (departemen) pemuda NU. Setelah NU berdiri di daerah-daerah khususnya Jawa barat, para Kiai Jawa Barat pun tidak ketinggalan melakukan pembentukan departemen kepemudaan NU yaitu Ansor.
Diperkirakan Ansor Cirebon sudah berdiri di tahun 1936. Koran Pemandangan Nomer 144 yang terbit Rabu 6 Juli 1938 memberitakan sebuah acara berjudul 'Rapat Oemoem Ansoroe NO' di paragraf awal itu diberitakan sebagai berikut :
Rapat Oemoem Ansoroe NO.
Pada malam Minggoe tg 2/3 ini boelan oleh ANO. di Sindanglaoet telah diadakan openbare vargedering, verg. mana mendapat perhatian djoega. sprekernnja Kiai Abas dari Boentet dan sajid Aboebakar Aidi dari Cheribon. Jang pertama kebagian menerangkan Pendidikan jang kedoea menerangkankan Persatoean.
Lanjutan berita tersebut:
Sajang t. Sajid Aidid tidak datang pada waktoenja. lantas digantinja oleh Kiai Hambali dari Sigoeng.
Acara Openbare Vargedering (Rapat Terbuka) Ansor Sindanglaut diadakan setelah sebulan kebelakang di Sindanglaut didirikan Ranting Ansor, tepatnya di acara Vargedering NU Ranting Sindanglaut, acara itu diberitakan pula oleh Koran Pemandangan yang terbit 2 Juli 1938.
Di Koran itu pemberitaan Acara Rapat Umum Ansor diberitakan terlebih dahulu di edisi 147, kemudian Berita Pembentukan Ansor Sindanglaut di beritakan empat hari kemudian. Tapi bisa diketahui dari pemberitaan edisi 144 yang menyebutkan waktu acara, beritanya sebagai berikut :
SINDANGLAOET
Pendirian Ansoer N O
Pada malam Kemis bl (Bulan lalu) N O Kring Sindanglaoet. telah membikin Vargedering dengan mengoendang pemoeda2 di Sindanglaoet dan dapat dihadiri oleh 30 orang.
Penyebutan bl (bulan lalu) berarti bulan Juni, namun malam kamis yang dimaksud tidak disebutkan tanggalnya. Pada acara pembentukan Ranting Ansor itu dituliskan pula pengurus yang terpilih sebagai berikut.
Kepoetoesannja sebagai berikoet :
Ketoea. : T Adiwidjaja,
Pen : T Machboeb Badjoeri Bendahari : T Madrois,
Com. : tt Abdullah, Apoen,
Bisri Abdo Erozak.
Badan bagian Da'wah :
Ketoea : t Machboeb Badjoeri
Pen : Mas'oed
Anggotanja :Toean2 Loembri, Sadli, Imam Sjafei, M Djahir dan Apoen.
Badan bagian Mabarat :
ketoea : t Saleh,
Penoelis : t Abdoerzsehim
Comm : Toean2 Bisri, Abd Rozak
dan Karnen.
Badan bagian Perniagaan:
ketoea : t Machboeb Badjoeri,
Pen : t Haroen
Comm : Toean2 Abdoelah, Badjoeri, Bisri dan Hamim.
Badan bagian BANO :
ketoea : t Haroen
Pen : O Soepandi
Com : Abdoerahim, Mas'oed
dan Abas.
Di akhir berita dituliskan akan diadakan Kursus Bano, Bano adalah singkatan dari Banser Ansor Nahdlatul Ulama. Kursus itu akan diadakan setiap hari Senin pukul 4 Sore bertempat di Gedung HIS Pasundan, dan hal-hal yang belum dipahami akan diadakan pada agenda di waktu lain, Akhirnya rapat Pembentukan Ansor itu ditutup pukul 11 malam.
Nasihin, Peminat Sejarah, Pengurus Lesbumi Jabar, tinggal di Cileunyi Kab. Bandung
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua