• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Sejarah

KOLOM BUYA HUSEIN

Peristiwa Bersejarah Asyura: Perkabungan Dunia di Karbala (3)

Peristiwa Bersejarah Asyura: Perkabungan Dunia di Karbala (3)
Peristiwa Bersejarah Asyura: Perkabungan Dunia di Karbala (3)
Peristiwa Bersejarah Asyura: Perkabungan Dunia di Karbala (3)

Peristiwa Karbala dikenang sepanjang masa oleh muslim Syi’ah sebagai sebuah tragedi kemanusiaan terbesar. Sampai hari ini kaum Syi’ah di seluruh dunia, memperingatinya sebagai hari duka nestapa atau perkabungan dunia. Hari besar 10 Muharram ini merupakan ritus keagamaan terpopuler dan paling besar dalam tradisi kaum Syiah. Jutaan manusia berkumpul di pusat terbunuhnya Imam al-Husein, Karbala, Irak.


Berbagai acara ritual mengenang kematian al-Husain bin Ali bin Abi Thalib digelar di seluruh penjuru Irak dan Iran, dengan beragam cara dan ekspresi duka mendalam. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang sengaja memukul-mukul dada dan melukai tubuh mereka sendiri sampai berdarah-darah, sambil meraung-raung, berteriak-teriak menyebut nama cucu Nabi itu. Cara ini dilakukan guna ikut mengalami penderitaan al-Husein itu yang tak terkirakan.


Para pengikut Ali (Syi’ah Ali) di berbagai negara, juga memperingati hari perkabungan itu selama 10 hari, sejak tanggal 1 hingga tanggal 10 Muharram. Selama itu, bendera hitam setengah tiang dikibarkan di seluruh penjuru. Selain peringatan tanggal 10 muharram itu, mereka juga menyelenggarakan upacara perkabungan itu selama 40 hari.


Di Kairo, Mesir terdapat masjid Husein di bilangan yang populer disebut dengan namanya : Husein, dekat pasar kuno Suuq "Khan Khalilil". Masjid itu berdampingan dengan masjid (Jami’) Al Azhar. Sebagian kaum Syi’ah meyakini bahwa sebagian tubuh Husein dikubur di sana.


Sampai hari ini kuburan itu diziarahi banyak orang laki-laki dan perempuan. Di tempat itu mereka berdoa dan menangisi Sayyid Husein. “Waa Husaynaaah..... Waa Husaynaaah” (Duhai Husein.... Duhai Husein....Oh Husein). Suara-suara duka itu memang memilukan dan menyayat-nyayat hati. Mereka mencintai cucu Rasulullah saw, dan menyesali kematiannya yang tragis itu.


Kaum Sunni juga mencintai cucu Rasulullah ini, demikian pula mencintai anak-anak, menantu beliau, Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang lain. Mereka selalu menyanyikan bait-bait yang berisi puji-pujian bagi mereka dalam banyak keadaan dan situasi. Sebagian orang mengatakan bahwa membaca syair ini pada orang yang sakit demam diyakini bisa menyembuhkannya.


Pada saat aku masih kecil, aku diajari ayahku Abuya Muhammad Asyrafuddin dan kakekku Kiai Abdullah Syathori, pendiri Pesantren Arjawinangun, syair itu :


لِى خَمْسَةٌ أُطْفِى بِهَا حَرَّ اْلوَبَآءِ الْحَاطِمَة
الْمُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَة


Aku punya Lima orang kekasih
Berkat mereka sakit panasku sembuh
Al Musthafa (Muhammad Saw)
Al Murtadha (Ali bin Abi Thalib)
Dua orang puteranya :
Hasan dan Husein
Dan Fatimah.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Sejarah Terbaru