• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 13 Mei 2024

Profil

Ajengan Masmu, Penggerak Nahdliyin Ngopi Trip (NOT)

Ajengan Masmu, Penggerak Nahdliyin Ngopi Trip (NOT)
Ajengan Masmu (NU Online Jabar/Foto: Amus Mustaqim)
Ajengan Masmu (NU Online Jabar/Foto: Amus Mustaqim)

Sukabumi, NU Online Jabar
Ajengan muda NU Jampang Kulon KH Masmu Fudholi membeberkan gerakan Nahdlatul Ulama di Sukabumi selatan. Menurutnya, kebangkitan NU di wilayah tersebut salah satunya bermula dari gerakan Nahdliyin Ngopi Trip (NOT) sejak 2017 yang digagasnya.

Hal ini disampaikan ajengan muda tersebut di kediamanya, kompleks  Pondok Pesantren Al-Aman Cimanggu Kabupaten Sukabumi, Kamis, (24/12). 

Ajengan Masmu menuturkan tujuan dibentuknya Nahdliyin Ngopi Trip itu sendiri untuk mengenalkan NU di semua kalangan, baik kalangan pengusaha, intelektual, akademisi dan masyarakat luas. 

"Sejak dahulu di wilayah selatan Sukabumi sudah ber-NU namun gerakannya masih sebatas kultural, artinya bergerak pada sebatas amaliyah yang di perkuat di setiap pesantren-pesantren yang tersebar Pajampangan," tuturnya. 

Dengan Nahdliyin Ngopi Trip, pihaknya mampu melakukan gerak organisasi secara masif dengan kemasan santunan dan bentuk lainnya.

Ajengan Masmu, yang juga menjabat sebagai wakil ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Sukabumi ini menceritakan, sejak wafatnya KH Muhammad Fudholi Sanusi tahun 2006, NU di Sukabumi selatan mengalami kemandegan.  Mulai terbangun kembali sejak 2017 sampai sekarang.

Hal tersebut dibuktikannya dengan adanya kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh banom maupun NU sendiri. Bahkan, Banser Sukabumi paling besar di Jawa Barat, sejak 2017 kegiatan Diklatsar telah diikuti oleh kurang lebih 1000 peserta yang mewakili 9 kecamatan di Pajampangan.

"Dari semenjak 2006, hampir 12 tahun mengalami kemunduran, bangun-bangun mulai 2017. Secara struktural memang ada hanya saja tidak ada gerakan. Baru sejak digagasnya Gerakan Nahdliyin Ngopi Trip, mulai bangkit ternyata cukup efektif gerakan ini," jelasnya

Dirinya berharap agar anak muda NU tidak harus menjadi pol PP. Maksudnya ialah bukan pol PP instansi pemerintah tapi kepanjangannya yaitu politisi pengasong proposal, karena dengan begitu akan memperburuk citra NU itu sendiri. 

"Pada hakikatnya kita ini abdullah (hambanya Allah) bukan abdul butun (hambanya perut). Hari ini khususnya bagi anak muda NU harus mengembangkan ekonomi mandiri. Pesantren berikut Kiainya jangan sampai kehilangan muru'ah (wibawa),” ajaknya.

“Hal tersebut sudah di contohkan oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari selaku muasis, pendiri Nahdlatul Ulama jauh sebelum NU berdiri Mbah Hasyim sudah mendirikan Nahdlatut Tujar (Kebangkitan Ekonomi). Anak muda NU gerakannya jangan berlaga seperti politisi, apalagi politisi pengasong proposal (Pol PP)," sambungnya.

Dirinya juga sedang memikirkan bagaimana teknologi mampu membantu pengembangan ekonomi pesantren. Terlebih menurut Ajengan Masmu keberanian ayahnya KH Fudholi menyebarkan dakwah Aswaja an-nahdliyah melalui pesantren yang di asuhnya sejak lama.

Pihaknya sedang mengemas pengembangan ekonomi pesantren dengan menggandeng salah satu bank milik BUMN. Pesantren itu harus visionoer. Karena menurutnya Ayahnya sendiri sudah mencontohkan cara berpikir visioner dengan dibuktikan kemasan pesantren salafi 1954 melanjutkan pesantren sebelumnya kemudian dintegrasikan dengan pendidikan formal sejak 1980.

Pertama ada unit sekolah Diniyah, dan 1986 berdiri Madrasah Tsanawiyah, berjalan secara mandiri tidak ada pasokan dana dari pemerintah. Mulai 1992 diresmikan sebagai Yayasan. Tahun 2007 berdiri unit pendidikan formal Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Aliyah (MA). Penamaan pesantren sendiri dengan nama Al Aman ini di gagas oleh seorang Habib bernama Muhammad Bin Toha yang berasal dari Pekalongan.

Harapannya pesantren yang di asuhnya mampu menjadi contoh gerakan kebangkitan ekonomi Nahdliyin di Sukabumi Selatan sehingga pesantren mampu menjadi motor penggerak perubahan. 

Pewarta: Amus Mustaqim
Editor: Muhyiddin


Editor:

Profil Terbaru