Profil

Grup Hadrotunnidzom: Wahana Syiar Islam dan Memelihara Warisan Budaya

Ahad, 3 November 2024 | 12:00 WIB

Grup Hadrotunnidzom: Wahana Syiar Islam dan Memelihara Warisan Budaya

Grup Hadrotunnidzom, di Kampung Karangsari, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, keberadaannya didasari untuk syiar Islam dan memelihara warisan budaya. (Foto: NU Online Jabar)

Tak hanya sekadar sebuah pertunjukan, kehadiran seni hadroh menjadi wahana perekat silaturahmi dan ukhuwah warga. Seni hadroh yang kerap tampil dalam acara-perayaan keagamaan, dengan diiringi solawatan, doa-doa dan dzikir, melahirkan aura kerohanian dalam setiap pertunjukannya. Peran seni hadroh menjadi penting dalam usaha menjaga dan memelihara warisan budaya serta tradisi Islam dari generasi ke generasi.

 

Hal itulah yang sedikit banyak mendasari terbentuknya Grup Hadrotunnidzom, yang bermarkas di Kampung Karangsari, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

 

Menurut sesepuh Grup Hadrotunnidzom, KH Syihabuddin Mahmud, media seni sangat dibutuhkan dalam penyebaran syiar Islam. Dengan berdirinya grup yang dibentuk tahun 2013 ini, diharapkan menjadi motivasi bagi santri serta masyarakat untuk selalu bersyukur kepada-Nya dan mencintai Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

 

“Kehadiran seni hadroh ini tak sekadar seni sebagai sebuah pertunjukan, namun menjadi media untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt serta menggelorakan solawat Nabi,” ujarnya, Sabtu (2/11/2024).

 

Bersolawat dengan senang hati dan semangat mencintai Nabi setiap hari, menjadi bagian yang mendasari segenap aktivitas Grup Hadrotunnidzom. Mereka rutin latihan setiap hari Ahad di Madrasah Baitun Nidzom.

 

Adapun peralatan yang dimiliki di antaranya rebana, tifa, bass, tamtam, tamborin, serta marawis. Beranggotakan para santri Majelis Taklim Baitun Nidzom serta warga sekitar, mereka kerap tampil di berbagai acara atau perayaan keagamaan di beberapa daerah.

 

Lebih lanjut kiai yang juga Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Cihanjuang ini mengungkapkan, sebagai suatu bentuk kesenian bernafaskan Islam, hadroh dapat dimaknai perkumpulan atau kelompok yang melantunkan solawat Nabi dengan diiringi rebana.

 

Hadroh telah menjadi bagian kekayaan budaya bangsa dan tradisi Islam. Musiknya pun dapat disesuaikan dengan musik tradisional Indonesia, baik dalam lagu maupun alat musiknya.

 

“Iringan solawat serta pesan-pesan ajaran agama dan nilai-nilai kearifan lokal, menjadi ciri khas dalam penampilan seni hadroh. Hal ini merupakan nilai fungsi hadroh dalam mengembangkan syiar Islam,” ujarnya.

 

Dia berharap, kehadiran Grup Hadrotunnidzom tak hanya sekadar hiburan, namun mampu menyebarkan makna spiritual dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt, selalu mencintai Rasulullah, serta mengajak untuk senantiasa beramaliah kebaikan.

 

“Karenanya, seni hadroh bukan sekadar seni musik biasa, tetapi juga dapat berperan dalam ihtiar pemeliharaan warisan budaya dan wahana syiar nilai-nilai Islam,” ucap KH Syihabuddin Mahmud.