Mengenal Indra Firmansyah Bagjana: Akuntansi itu Menyenangkan dan Maslahat
Kamis, 7 November 2024 | 17:19 WIB
Rameli Agam
Kontributor
Sebagai salah satu cabang keilmuan, akuntansi secara sederhana dapat diartikan sebuah proses mencatat seluruh transaksi atau aktivitas keuangan perusahaan, organisasi, lembaga, yang menghasilkan laporan keuangan. Manfaat dan fungsi paling utama dari akuntansi yakni sebagai alat pertanggungjawaban.
Pun demikian, sebagai sebuah informasi keuangan, akuntansi merupakan instrumen dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan perusahaan atau organisasi, umpamanya terkait keputusan investasi. Sulitkah mempelajari akuntansi itu?
"Sebenarnya, sebagai sebuah proses, tidak terlalu sulit untuk kita mempelajari dan memahami akuntansi. Kuncinya, hanya di pencatatan yang lengkap dengan didukung bukti transaksi yang memadai," kata Indra Firmansyah Bagjana, pengajar Akuntansi Pemerintahan, Manajemen BMN/BMD, Universitas Padjadjaran Bandung.
Lalu, apakah akuntansi dapat diterapkan dalam pengelolaan sebuah lembaga keagamaan?
Selain perusahaan atau lembaga pemerintahan, lembaga keagamaan seperti pondok pesantren, masjid atau majelis taklim, dapat menerapkan akuntansi dalam pengelolaannya.
Pondok pesantren, baik tradisional maupun modern, masjid serta majelis taklim, itu masuk dalam kategori organisasi nonlaba. Karenanya, akuntansinya pun menggunakan standar akuntansi nonlaba seperti yang diatur dengan Intrepretasi Standar Akuntansi Keuangan Nomor 335.
"Secara proses, akuntansinya sama saja seperti perusahaan, namun sedikit berbeda pada akun-akunnya dan istilah-istilah yang digunakan," ujarnya, Selasa (5/11/2024).
Menurutnya, para pengelola pesantren, pengurus masjid atau majelis taklim, sangatlah penting untuk memahami akuntansi dan menyusun laporan keuangan.
Meski tak berorientasi mencari laba, sedikit banyak pesantren, masjid atau majelis taklim itu mengelola dana umat yang harus dipertanggungjawabkan.
Dalam dimensi agama, akuntabilitas sebuah lembaga keagamaan tak hanya sekadar pertanggungjawaban duniawi, namun juga terkait pertanggungjawaban spiritual.
Hususon bagi pengurus masjid, hendaknya juga mampu dalam penyusunan laporan pengelolaan keuangan masjid. Sekurang-kurangnya bisa membuat catatan yang jelas terkait transaksi pemanfaatan keuangan masjid.
Dalam keseharian yang sering kita alami, banyak masjid yang secara berkala dan tertib menyampaikan laporan keuangannya. Laporan itu disampaikan kepada segenap pengurus, para donatur, serta jamaah.
"Biasanya juga penyampaian laporan keuangan masjid itu di saat sebelum pelaksanaan Salat Jumat. Guna menghindari prasangka tak baik, karenanya sangat penting bagi pengurus masjid untuk memahami akuntansi dalam pelaporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban," tutur pehobi olahraga beladiri Jujitsu dan Savate ini.
Indra Firmansyah Bagjana yang lahir di Bandung, 9 Desember 1981 ini, menyelesaikan Program S1 Akuntansi STIE Pasundan tahun 2008 dan Profesi Akuntansi Universitas Maranatha (2009). Kemudian Magister Manajemen STIE Pasundan (2011), juga Magister Akuntansi Universitas Widyatama (2021).
Tergabung dalam Ikatan Akuntan Indonesia, publikasi artikelnya tersebar di berbagai jurnal ilmiah serta media massa. Dia juga pemilik Hak Cipta Modul Pelatihan, 4Quest Cara Mudah Menjurnal Akuntansi. Kini berdomisili di Cluster Darul Halim Cibaligo, Desa Cihanjuang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Nah, penerapan akuntansi dalam pengelolaan lembaga keagamaan secara sederhana dapat dimaknai sebagai suatu proses identifikasi, pencatatan, dan pelaporan transaksi keuangan. Hal itu sebagai bentuk pertanggungjawaban sesuai prinsip keadilan dan kebenaran.
Secara sekilas pandang, laporan keuangan itu menjelaskan sumber penerimaan dan transaksi pengeluaran.
Menurut Indra Firmansyah Bagjana, jika sebelumnya pengurus pesantren, masjid atau majelis taklim, sama sekali belum pernah menerapkan akuntansi dalam pengelolaannya, maka untuk tahap awal minimal mempunyai tiga hal.
Ketiga hal itu yakni catatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, catatan kepemilikan aset atau barang inventaris, serta catatan utang-piutang.
"Kalau sudah mempunyai tiga hal itu, akan lebih mudah untuk mengimplementasikan akuntansi dalam pengelolaan lembaga keagamaan. Mempelajari dan memahami ilmu ini tidaklah sulit. Akuntansi itu menyenangkan dan maslahat," ujarnya, mengakhiri keterangannya.
Terpopuler
1
Barak Militer Vs Pesantren
2
Jejak Perjuangan KH Muhammad asal Garut: Dari Membangun Pesantren hingga Menjaga NU
3
Jelang HUT ke-79, Kodam III/Siliwangi Gelar Ziarah ke TMP Cikutra Bandung
4
Ketua Pergunu Jabar Minta Gubernur Dedi Mulyadi Perhatikan Rekomendasi KPAI
5
Ansor Kuningan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Gerakan Kader Tani
6
Berangkat ke Semarang, Sejumlah Tim Instruktur PCNU Kota Bekasi Ikuti Upgrading Nasional PD-PKPNU
Terkini
Lihat Semua