Mengenal Lebih Dekat Iman Soleh: Harmoni Seni Budaya dan Agama
Kamis, 31 Oktober 2024 | 11:22 WIB
Perbedaan budaya bukanlah penghalang bagi tumbuhnya kebersamaan dan persahabatan. Dalam konteks proses berkesenian, gejolak kreativitas yang ditunjukkan para pegiat seni selalu bersandar pada semangat tinggi bertoleransi.
Geliat pengembangan segenap kreativitas estetika berkesenian menjadi panggung persentuhan setiap individu menumbuhkan kesadaran budaya. Melalui kesenian, menjadikan hidup lebih berdaya.
Karena baginya, berkesenian itu merupakan media pembelajaran menghormati hidup dan kehidupan. Hal itulah yang hingga kini tetap menjadi pegangannya selama menggeluti dunia kesenian.
Ya, dialah Iman Soleh, sesepuh Komunitas Celah Celah Langit (CCL) yang bermarkas di Gang Bapak Eni, Belakang Terminal Ledeng, Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Selain dikenal sebagai seniman teater, Iman Soleh juga merupakan dosen di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Komunitas CCL yang diasuhnya itu, keberadaannya dirintis sejak pertengahan tahun 1980-an dan terletak di tengah-tengah padatnya permukiman. Selain melakukan proses pemberdayaan melalui pengembangan seni, Komunitas CCL pun mengembangkan diri di luar aktivitas seni seperti kesadaran budaya, kesadaran pendidikan, dan kesadaran lingkungan.
“Semua proses tersebut pada akhirnya akan membuahkan hasil pemberdayaan masyarakat berupa berpengetahuan, berkesadaran, bertoleransi, serta hidup lebih berdaya,” ucap Iman Soleh, Rabu (30/10/2024).
Proses kreatif yang digeluti para pegiat lintas generasi di Komunitas CCL selalu dilandasi oleh kesadaran pentingnya merawat nilai-nilai toleransi.
“Segenap aktivitas yang dilakoni mereka selama berkecimpung di Komunitas CCL setidaknya menjadi titik awal bagi langkah besar dalam mengenal dan memahami keberagaman bangsa Indonesia. Karena merekalah yang mengisi cakrawala budaya di masa kini dan mendatang,” kata Iman Soleh.
Proses kreatif dengan dukungan lingkungan sekitar merupakan hal penting dalam tumbuh dan berkembangnya suatu karya seni. Toleransi masyarakat, rasa kekeluargaan dan saling menghargai seakan telah menjadi keseharian di sekitar Komunitas CCL.
Tentang harmoni seni budaya dan agama, dia menuturkan, para leluhur telah menjalankan pola harmonisasi hubungan seni dan agama. Bahkan, mereka terbilang jauh lebih adaptif.
Dia mencontohkan pada tradisi seni bringbrung, yang tidak muncul begitu saja, namun dalam setiap pentasnya selalu diawali dengan kalimat ta’awudz, doa memohon perlindungan Allah Swt.
“Para leluhur telah mengajari tentang seni yang dihadapi sebagai sebuah adab dan norma. Lalu kemudian dibalut dengan nilai estetika, menjadikannya sebuah keharmonisan seni dan agama dalam kehidupan. Pada seni bringbrung, liriknya sarat petuah dan nilai-nilai ajaran agama,” tuturnya.
Sebagai sebuah adab dan norma, sajian seni yang dikembangkan pada akhirnya bersandar pada cara pandang proses berkesenian yang istiqomah. Konsisten terhadap ide dan gagasan, serta pemikiran-pemikiran yang mengajak kepada kebaikan.
“Dalam tataran relasi seni dan agama, sebuah komunitas seni dapat berkembang dengan membawa manfaat dan keberkahan bagi semua. Dilandasi keikhlasan, kesenian sejatinya dapat mengejawantahkan dirinya dalam hubungan hablumminnanas dan hablumminnallah,” ungkap Iman Soleh.
Iman Soleh yang lahir di Bandung, 5 Maret 1966 ini, menekuni teater sejak 1982 dengan bergabung di Studiklub Teater Bandung (STB). Bergabung pula dengan Hiperdrome Theatre Douai, Perancis. Mengikuti beberapa kegiatan teater, pementasan di New National Theatre Tokyo, Yokohama, Nagasaki, dan Hiroshima, Jepang.
Selain itu, ikut serta dalam ajang World Performing Art di Lahore, Pakistan, 2006. Menjadi asiten panggung pada kelompok Sidetrack Theatre, Australia, dan berkolaborasi dengan grup teater dari Brasil, Australia, Palestina, Yunani, serta Jerman. Pentas “Tanah, Ode Kampung Kami” di Forum Art Summit 2015, dan tahun 2017 berkesempatan ke Koln, Jerman, mengikuti Forum Diaspora Dalam Politik, Agama, dan Budaya. Dia juga merupakan narasumber aktif pada program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) Kemendikbud.
Karya-karya Iman Soleh mempunyai kecenderungan mengangkat tema-tema lingkungan, seperti persoalan tanah, air, serta petani, yang tersaji dalam “Air” dan “Petani, Sawah di Kepalamu.” Segenap proses kreatifnya itu senantiasa melibatkan warga atau orang-orang yang bukan berlatar belakang seni teater namun mengalami langsung terhadap permasalahan lingkungan yang akan dipentaskan.
Baginya, proses berkesenian itu belajar tentang kehidupan. Di lingkungan yang paling keras pun, kesenian dapat tumbuh. Melalui kesenian, kelembutan dan saling menghargai, diasah terus untuk dikembangkan.
Menurut Iman Soleh, dalam berkesenian terjadi proses pertukaran nilai-nilai kebaikan dari keragaman sosial budaya, menginspirasi, lalu tumbuh sikap toleransi.
“Dari aktivitas berkesenian akan lahir kesadaran untuk saling memberi energi kebaikan. Proses kreatif berkesenian menjadi wahana bagi munculnya sikap saling menghargai dan saling menghormati. Kesenian menjadi jalan bagi terwujudnya perdamaian,” ucapnya.
Dengan diniati ibadah, karya seni pun dapat menyuarakan berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Filosofinya, katakan apa yang paling dekat pada dirimu, karena nantinya akan membuatmu ke tempat terjauh.
“Proses berkesenian menjadi media pengabdian kepada Allah Swt, berkhidmat pada kemanusiaan dan kemaslahatan, juga melahirkan kebahagiaan yang didasari hati terbuka dan bersih,” kata Iman Soleh, mengakhiri perbincangan. ***
Kontibutor: Rameli Agam
Terpopuler
1
Barak Militer Vs Pesantren
2
Jejak Perjuangan KH Muhammad asal Garut: Dari Membangun Pesantren hingga Menjaga NU
3
Jelang HUT ke-79, Kodam III/Siliwangi Gelar Ziarah ke TMP Cikutra Bandung
4
Ketua Pergunu Jabar Minta Gubernur Dedi Mulyadi Perhatikan Rekomendasi KPAI
5
Ansor Kuningan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Gerakan Kader Tani
6
Berangkat ke Semarang, Sejumlah Tim Instruktur PCNU Kota Bekasi Ikuti Upgrading Nasional PD-PKPNU
Terkini
Lihat Semua