• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Daerah

Ketua Muslimat NU Garut Hj. Yati Sumiati Terima Penghargaan di Hari Ibu

Ketua Muslimat NU Garut Hj. Yati Sumiati Terima Penghargaan di Hari Ibu
Ketua Muslimat NU Kabupaten Garut Hj. Yati Sumiati (Foto: dokumentasi pribadi)
Ketua Muslimat NU Kabupaten Garut Hj. Yati Sumiati (Foto: dokumentasi pribadi)

Bandung, NU Online Jabar 
Ketua Muslimat NU Kabupaten Garut Hj. Yati Sumiati menerima penghargaan pada bidang pendidikan dan pelatihan. Penghargaan diberikan oleh Bupati Garut Rudy Gunawan kepadanya pada peringatan Hari Ibu 2020, Selasa (22/12). 

Hajah Yati menceritakan penghargaan tersebut terkait dengan aktivitasnya di Muslimat NU, Gabungan Organisasi Wanita (GOW), dan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. 

“Masyarakat di Garut itu masih ber-IP rendah. Kita ini blusukan ke daerah-daerah yang dijembatani Muslimat NU yang berakar sampai ke anak ranting,” katanya ketika dihubungi NU Online Jabar dari Bandung, Rabu (23/12). 

Menurut dia, Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Muslimat NU memiliki program yang harus dilakukan di tingkat cabang hingga ranting. 

“Program itu kita tindaklanjuti di daerah. Secara tidak langsung itu membantu pemerintah kita,” kata lulusan Pendidikan Guru Agama Nahdlatul Ulama (PGANU) Jalan Cikuray, Kecamatan Garut Kota, 1973. 

Ia menceritakan, sebelum pandemi Covid-19, Muslimat NU Garut sering turun ke kecamatan-kecamatan di pelosok untuk memperkuat sumberdaya perempuan melalui pelatihan keterampilan. 

Misalnya, kata ibu lima anak ini, Muslimat NU mengadakan pelatihan untuk mengolah sesuatu agar menilai jual. Pelatihan yang pernah dilakukan adalah membuat sirup markisa. 

“Markisa ditanam sendiri, diolah, tanpa pengawet, tanpa zat pewarna, pakai gula murni, kemudian dijual,” kata Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut ini. 

Muslimat NU, katanya, melakukan pelatihan sampai ke Garut selatan yang dikenal memiliki medan yang cukup berat, seperti ke Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Mekarmukti, dan Bungbulang dan lain-lain. Sementara di Garut utara dilakukan di Banyuresmi, Cibiuk, Kersamanah, Limbangan, Selaawi, dan lain-lain. 

“Kemudian kegiatan tersebut kita laporkan kepada pemerintah melalui GOW dan Kabid PP,” katanya. 

Lebih lanjut ustadzah di Majelis Taklim Al-Fitroh Kota garut ini menceritakan bahwa Muslimat NU telah terbentuk di 40 kecamatan (PAC) di Garut. Sekitar 35 PAC yang aktif karena berbagai macam faktor. 

“Ongkosnya (menjalankan organisasi, red.) itu awis (mahal, red.), misalnya untuk koordinasi pengurus Muslimat NU dari Garut selatan tidak berani sendiri, harus bareng-bareng. Bagi PAC yang tidak aktif, kita komunkasikan dengan NU di wilayahnya,” jelasnya.
 
Hajah Yati mengaku belajar ber-NU dari tokoh NU Garut yang harum sampai ke tingkat nasional yaitu KH Anwar Musaddad dan istrinya, Hj. Atikah Musadad. Masa remaja Hajah Yati, saat menjadi aktivis IPPNU sering mengaji kepada kedua tokoh tersebut. 

Belajar dari mereka, lanjutnya, ia aktif di banom NU hingga kini berusia 66 tahun setelah melewati berkhidmah di IPPNU, Ketua Fatayat NU Garut, dan Ketua Muslimat NU Garut tiga periode. Tahun ini, masa khidmahnya di Muslimat NU memasuki periode keempat. Ia ingin segera menyerahkan kepemimpinannya kepada yang lain agar terjadi regenerasi. Saat ini, statusnya masa perpanjangan SK karena dalam situasi Covid-19. 

“Jadi, saya di NU itu tidak instan,” katanya.

Ia bersyukur aktivitasnya baik di Muslimat NU dan yang lainnya selalu didukung secara penuh oleh suaminya. 

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Daerah Terbaru