• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Pesantren

Cerita Tentang Tamu Bertobat

Cerita Tentang Tamu Bertobat
Cerita Tentang Tamu Bertobat. (Ilustrasi: NUO).
Cerita Tentang Tamu Bertobat. (Ilustrasi: NUO).

Belum lama ini datang serombongan tamu. Di antara mereka, ada seorang tamu yang sudah berumur dan bercucu. Ia menceritakan pengalaman buruknya terang-terangan kepada saya, sambil meratapi dan menyesali masa lalunya. 


Saat masih belia, kelas 6 SD, ia pernah  menusuk orang dewasa dengan belati, tetapi tidak mati. Ia dipenjara sebentar. Dari remaja hingga beranak dua, ia menjadi pemabuk berat. Ia salah memilih teman dan tinggal di lingkungan sosial yang buruk. Tak terhitung berapa kali ia mabuk. Dengan beragam cara ia mabuk-mabukan. Bukan hanya sebab menenggak minuman keras, namun juga minum pil melampaui batas. Berkali-kali dalam mabuknya, ia tergeletak--tidur--di got, tidak ada yang sudi menolongnya, pernah hingga dua hari. Bibirnya membiru, wajahnya sudah pucat pasi. 


Masa itu--kenangnya--ia "menguasai" wilayah pelelangan ikan. Ia juga berkali-kali mencuri dan memalak. Dan karenanya, keluar masuk penjara sudah biasa baginya. 


Suatu saat, larut malam, ia pulang mendapati dua anak perempuan dan juga isterinya yang lelah lelap tidur. Ia pandangi isteri dan anak-anaknya itu.  Tiba-tiba, rasa belas kasihan yang sangat melintas di hatinya. Sejak saat itu, ia berniat, berjanji kepada dirinya sendiri, dari mabuk dan semua kejahatan, ia akan berhenti. 


Sejak masa itu hingga kini ia menjadi penjaga malam untuk sebuah toko, sekaligus menjadi juru parkir. Sebagai tukang parkir setiap hari ia mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hanya sedikit "pemberian" orang-orang berpunya yang harus ia setor kepada seseorang yang bekerja di instansi perhubungan di pemerintahan. 


Sebagai tukang parkir ia kenyang makian orang "berpangkat" yang bermobil mewah tetapi kikir, enggan bayar. Meski ia tidak sekalipun pernah memaksa minta uang parkir. Ia kini dimasa tua beserta keluarganya hidup dalam kemiskinan, serba susah, ditengah kenaikan harga kebutuhan harian yang terus melambung. Orang-orang kaya tak pernah merasakan kesusahan dan kerisauan hatinya. Orang-orang kaya yang kenyang sekeluarga besarnya tak mengenalnya dan yang kenal pun tak memedulikan nasibnya. 


Dengan intonasi tegas ia berkata, bahwa ia mencukupkan rizki dari upah menjadi penjaga malam dan juru parkir, yang penting halal. Ia juga amat bersyukur punya isteri setia yang amat tabah dan sabar membersamainya dalam serba kekurangan. 


Kepada saya, di hadapan kawan-kawan satu rombongan, ia bercerita terus terang dengan tanpa rasa malu, bahwa kini ia malas sekali shalat, terutama sejak ia terserang Covid-19. Shalatnya bolong-bolong. 


Mendengar pengaduannya itu saya hanya menjawab, "Jangan sedih atau banyak mengeluh. Jika dengan sedih bisa menyelesaikan masalah yang setiap hari kita hadapi silih berganti, ayo kita sedih bersama-sama. Setiap kita mungkin punya masa lalu yang amat buruk, itu  tidak banyak manfaatnya untuk diingat-ingat. Yang terpenting bagi setiap kita saat ini memperbaiki diri, kerja apa saja yang penting halal, apa saja boleh, asal jangan maksiat seperti sengaja meninggalkan shalat. Jangan takut dan cemas menghadapi apa saja pada masa depan yang belum tentu terjadi. Hadapi saja masa yang akan datang dengan rasa optimis dan yakin. Saya doakan tobatmu diterima,  shalatmu dijaga, kasihani, doakan dan gembirakan kedua orang tuamu di alam barzakh sana!" 


Mendengar nasehat yang juga untuk diri saya sendiri itu, terlihat ia terus menangis, air matanya mengalir deras melintasi pipinya yang keriput menua. 


Setelah obrolan panjang dengan para tamu itu, menjelang tengah malam mereka permisi pulang. Saya bahagia melihatnya, ia sudah bergembira dan pamit pulang dengan hati lega.  Kemarin, saya dapat kabar melalui WA dari temannya yang ikut bertamu ke rumah saya,  bahwa ia kini semakin rajin bekerja, semakin ramah dan lebih santun kepada tetangga dan sudah mulai shalat  berjamaah di mushalla yang tidak jauh dari rumahnya. Alhamdulillah.


KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriah PBNU 2010-2015 dan 2015-2021


Editor:

Pesantren Terbaru