M. Rizqy Fauzi
Penulis
Pada umumnya, setiap individu pasti pernah melakukan suatu perbuatan yang salah ataupun dosa. Tak ada satu pun manusia di muka bumi ini luput dari dua sifat itu. Karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah dilakukannya.
Tentu, sadar dan menyesali perbuatan yang salah merupakan hal yang disebut dengan tobat. Dalam hadits Rasul dikatakan, “Menyadari kesalahan adalah tobat,” (HR Ibnu Majah).
Sebaik-baiknya manusia yang berdosa adalah mereka yang segera meminta maaf kepada Allah SWT dengan cara memperbanyak istighfar dan bertaubat. Taubat lebih baik disegerakan sebelum ajal menjemput.
Agar taubat diterima oleh Allah, ada tiga syarat yang harus dipenuhi seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Kitab Al-Ghunyah menjelaskan
أما شروطها فثلاثة: أولها الندم على ما عمل من المخالفات وهو قول النبي صلى الله عليه وسلم الندم توبة. وعلامة صحة الندم رقة القلب وغزارة الدمع ولهذا روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: جالسوا التوابين فإنم أرق أفئدة. والثاني ترك الزلات في جميع الحالات والساعات. والثالث العزم على ألا يعود إلى مثل ما اقترف من المعاصى والخطيئات
Artinya, “Syarat tobat ada tiga: pertama, menyesali atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan, ini berdasarkan hadis Rasulullah, ‘Menyesali kesalahan adalah tobat’. Tanda dari penyesalan adalah lembutnya hati dan berderainya air mata. Sebab itu, Rasulullah mengatakan, ‘Berkumpullah bersama orang yang bertobat, karena hati mereka lembut’. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji dan berusaha untuk tidak kembali pada dosa dan kesalahan.”
Syekh Abdul Qadir Al Jailani berpendapat bahwa ketiga syarat ini mesti dipenuhi dalam bertobat agar diterima Allah SWT. Ketiga syarat itu adalah menyesali kesalahan, meninggalkan maksiat, dan menghindar serta menjaga diri agar tidak jatuh pada lubang yang sama.
Sebab, taubat tidak cukup sekedar diniatkan dan diucapkan, tapi mesti diwujudkan dalam tindakan. Setelah menyesali perbuatan yang dilakukan, mintalah ampun kepada Allah, dengan tidak mengulangi perbuatan dan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya. Wallahu a’lam. (Muhammad Rizqy Fauzi)
Tulisan ini pernah dimuat di website NU Online tahun 2018 dan dirilis kembali dengan perubahan pada judul dan struktur kata.
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
4
STKQ Al-Hikam Depok Gelar Lomba MHQ dan Debat Internasional, Ini Cara Daftarnya
5
Tanah Bergerak di Kadupandak Cianjur: LPBINU Jabar Turun Tangan Bantu Korban
6
Khutbah Jumat: Cemas Amal Ibadah Tidak Diterima
Terkini
Lihat Semua