• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Opini

KOLOM GUS ISHOM

Sehat, Nikmat yang Paling Sering Dilupakan

Sehat, Nikmat yang Paling Sering Dilupakan
Sehat, Nikmat yang Paling Sering Dilupakan. (Ilustrasi: freepik.com).
Sehat, Nikmat yang Paling Sering Dilupakan. (Ilustrasi: freepik.com).

Manusia tidak kuasa menolak apa yang tak disukai saat menimpanya. Ia menerimanya dengan rela atau terpaksa. Sakit adalah contohnya. Tubuh kita semua pernah sakit, dengan jenis penyakit yang mungkin sama atau berbeda, dengan tingkat keparahan yang tidak pula setara. Kita pasti pernah menjenguk orang sakit. Kita pernah menyaksikan anggota keluarga, saudara atau tetangga yang sakit. Itu semua menunjukkan, bahwa tidak ada seorangpun yang sepanjang hayatnya selalu dalam kondisi sehat wal afiat. Tidak ada seorang pun yang kebal dari serangan penyakit.


Biasanya, masa sehat manusia lebih panjang dibanding masa sakitnya. Akan tetapi, saat sakit--yang meskipun hanya sesaat--terasakan bagai bentuk siksaan yang terasa amat lama. Mungkin hampir tidak ada orang yang ingin berlama-lama terganggu kesehatannya. Keadaan nyaman yang biasa dirasakan tiba-tiba raib entah ke mana. 


Orang yang sedang sakit banyak yang tidak bisa bersabar. Terkadang ia lupa bahwa sakit itu sebagian dari takdir-Nya. Keluhannya banyak walau sakitnya hanya sebentar. Tiba-tiba dihinggapi kecemasan, perasaannya jadi sensitif, rasanya jadi tidak karuan, suasana hatinya labil, takut sakitnya semakin parah, bahkan mengkhawatirkan datangnya maut yang tiba-tiba. 


Sepatutnya orang yang sedang sakit sadar bahwa masa sehatnya jauh lebih lama dari masa sakitnya yang hanya sebentar. Atau sedikit menegur dirinya, betapa sehat itu nikmat terbesar dari Allah yang paling sering lupa disyukurinya.


Kita disebut bersyukur bilamana kesehatan kita semua terus menerus dijaga. Jangan sampai sakit! Jika sakit berobatlah. 


KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriah PBNU 2015-2021


Opini Terbaru