Opini

Membaca Simbol Tulisan Arab pada Band Sukatani

Senin, 3 Maret 2025 | 07:00 WIB

Membaca Simbol Tulisan Arab pada Band Sukatani

Band Sukatani. (Foto: Instagram @Sukatani.band).

Sudah satu minggu terakhir ini, jagat dunia maya terutama dunia hiburan tanah air dihebohkan dengan kemunculan band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, Sukatani. Band yang disinyalir salah satu personilnya adalah seorang guru itu ramai diperbincangkan mengingat lirik lagunya yang pedas, berisikan kritik. Tak tanggung-tanggung, yang menjadi sasaran kritik adalah institusi terhormat, institusi kepolisian, Polri. 


Dalam penggalan lirik lagu berjudul "Bayar, Bayar, Bayar", disinggung segala permasalahan terkait dengan kepolisian harus diselesaikan dengan uang. Tak ayal pihak kepolisian pun berang, merasa disudutkan hingga akhirnya menarik karya dari peredaran, dan melayangkan himbauan permintaan maaf yàng harus dilakukan oleh band Sukatani.  


Dari kondisi demikian, beragam respon pun muncul, baik dari warga net, tokoh nasional, akademisi, maupun dari yang lainnya. Mereka semua menyayangkan sikap kepolisian, yang bahkan disinyalir juga telah melakukan intimidasi kepada pihak band, padahal semua orang tahu bahwa kebebasan berekspresi di negeri ini dijamin oleh undang-undang. 


Atas dasar itulah akhirnya karya-karya band Sukatani pun kembali beredar dipasaran. Bahkan yang menggelitik adalah adanya penawaran untuk menjadi Duta Polisi dari kepolisian kepada pihak band, meskipun tawaran tersebut tidak disanggupinya.  


Sebagai penikmat seni, saya tidak heran atas gubahan lagu dari band-band beraliran punk seperti halnya band Sukatani. Harus diakui ciri utama dari genre musik sejenis ini adalah menyoal kondisi sosial, kritikan, kriminal, serta fenomena sosial lainnya sehingga penggalan lirik lagunya pun seperti demikian. Itu semua disebabkan karena gaya hidup para pelaku musik punk berasal dari kaum termarjinalkan sehingga lirik dan karakter musik lagu yang diciptakannya tidak jauh dunia yang marjinal. 


Membaca Simbol Tulisan Arab Sukatani 


Yang menarik bagi saya dari band Sukatani ini adalah simbol tulisan Sukatani yang bertuliskan hurup Arab. Hal ini menarik sekali untuk dicermati dan ditelaah lebih jauh. Apalagi dengan realitas salah seorang personilnya yang berprofesi sebagai pendidik (guru), terlebih memakai jilbab, seolah menambah penasaran untuk dikaji lebih jauh. 


Dalam hal ini saya mencoba akan menganalisis fenomena tersebut menggunakan teori tentang tanda atau semiotik. Teori semiotik yang saya pakai adalah semiotik Charles Sanders Peirce (1839-1914). 


Dalam analisis semiotiknya, Peirce membagi tanda berdasarkan sifat ground menjadi tiga kelompok, yakni: qualisigns, sinsigns, dan legisigns. Qualisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Sinsigns adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan. Sementara, legisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode.


Selanjutnya, untuk tanda dan denotatumnya, Peirce memfokuskan diri pada tiga asfek tanda, yakni: ikonik, indeksikal, dan simbol. Ikonik adalah suatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Indeks adalah suatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya. Sementara simbol adalah penanda yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secafa konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. 


Prinsip dasar semiotik Peirce adalah bahwa tanda bersifat representatif,  sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain (something that refresent something else). Proses pemaknaan tandanya mengikuti hubungan antara tiga titik, yaitu: Representamen (R)-Object (O)-Interpretant (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara R dan O. Oleh karena itu, bagi Peirce, tanda juga tidak hanya representatif, tetapi juga interpretatif. 


Kembali kepersoalan tulisan Sukatani bertuliskan hurup Arab. Jika diadaptasikan melalui semiotik, maka gambar tulisan Sukatani dalam bentuk hurup Arab adalah R yang merujuk pada tulisan Sukatani Arab itu sendiri sebagai O. Sementara tulisan Arab sendiri ditafsirkan sebagai Islam, mengingat Islam lahir di Arab. Islam adalah sebagai I (interpretasi) dari tulisan Arab. 


Interpretasi yang dapat diambil dari tulisan Arab Sukatani menyatakan: (1) bahwa Islam bersahabat dengan seni. Islam membolehkan adanya seni. (2) Dunia Arab,  terutama Arab Saudi pada dasarnya tidak akan lepas dengan dunia seni, lebih jauhnya dengan kemodernisasian. 


Untuk kasus nomor 2, kita bisa saksikan pada hari ini bagaimana negara Arab Saudi yang dikenal kaku, rigid akan modernitas, kini sudah longgar akan modernisasi. Beragam hiburan pun sudah masuk ke Arab Saudi, kecuali dua kota Haramain (Makah dan Madinah) yang masih sakral. Pertandingan bergengsi tinju dunia pun kini selalu di gelar di Arab Saudi dengan tajuk "Sesion Riyad". Kaitannya dengan band Sukatani,  boleh jadi dan mungkin juga suatu saat nanti musik bergenre punk yang khas dengan dunia marginal yang tampilannya terkesan urakan akan menjamur di negara Arab, temasuk Arab Saudi. 


Dengan demikian fenomena band Sukatani paling tidak harus dibaca pertama, sebagai warning bagi ketidak adilan. Kedua, hadirnya band Sukatani dengan lambang hurup Arabnya harus dimaknai bahwa modernisasi, globalisasi, era disrupsi menjadi suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun, tinggal bagaimana kita menyikapinya. 


Satu yang perlu dicatat, kemunculan viralnya band Sukatani bersamaan dengan terjadinya demo Indonesia Gelap dan hastag KaburAjaDulu. Banyak aksi demo dilakukan dengan anarkis, Sementara bagi seniman, termasuk band Sukatani, kritik kepada pemerintah dilakukan dengan sebuah karya kreatif. Inilah juga yang dari dulu dilakukan para seniman pendahulunya. 


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut