• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 1 Mei 2024

Opini

KH Zainuddin MZ dan Filosofi Sepak Bola

KH Zainuddin MZ dan Filosofi Sepak Bola
Liga Santri Nusantara
Liga Santri Nusantara

Oleh KH A. Ruhyat Hasby

Perhelatan Piala Eropa dan Copa America sedang berlangsung dan sudah memasuki babak semifinal. Hiruk-pikuk keduanya pun ramai dibicarakan para penggemar sepak bola di seluruh dunia, tak terkecuali di Tanah Air. Tak heran karena permainan itu menjadi hiburan di tengah pandemi covid 19. 

Sepak bola memang olahraga yang paling banyak digemari masyarakat dunia, khusunya kaum laki-laki. Aliran bola dari kaki ke kaki, umpan lambung dari satu pemain yang disambut oleh pemain lainnya, skill individu pemain dalam menggiring bola dan mengecoh pemain lawan, sodoran si pemberi asis kepada striker lalu menjebol gawang lawan, memang sangat asyik untuk ditonton.  

Kali ini saya tidak akan bicara tentang pemenang antara Italia vs Spanyol dan Inggris vs Denmark, juga tidak akan membahas siapa calon lawan Brazil di final Copa America, tapi saya akan mencoba mengungkap "sedikit" saja nilai filosofis dari sepak bola itu sendiri.

Saya teringat KH Zainuddin MZ, Allahu yarham, dalam ceramahnya beliau pernah menyampaikan bahwa kira harus belajar dari sepak bola karena ada beberapa nilai filosofis olahraga ini yang patut diterapkan dalam kehidupan nyata, baik dalam beragama, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertama, sepak bola mengajarkan kita nilai-nilai kebersamaan. Walaupun posisi dan fungsi dari setiap pemain berbeda-beda, ada kipper yang bertugas menjaga gawang, ada stopper dan libero yang menahan laju pemain lawan yang merangsek menuju gawang timnya,  ada playmakker yang mengatur ritme aliran bola, ada striker yang siap menerima umpan dari dua pemain sayap untuk lalu menggolkan bola ke gawang musuhnya,  tetapi semua pemain dalam posisi yang berbeda itu memiliki tujuan yang sama, yaitu menjebol  gawang lawan. 

Sehebat apapun Leonel Messi, selincah apa pun dia dalam menggocek bola, tapi kalau dia main sendirian, melawan tim yang paling lemah sekalipun, pasti Messi akan kalah. 

Demikian halnya dengan kita, mungkin kita memiliki posisi, jabatan, kedudukan dan fungsi yang berbeda, ada yang dipercaya menjadi pejabat, ada yang jadi wakil rakyat, ada yang menjadi tenaga pendidik, pengusaha, petani, nelayan, tenaga kesehatan, teknokrat, kiai, biksu, pendeta, dan lain-lain, tetapi kita adalah satu tim besar yaitu Indonesia, dan sudah barang tentu kita memiliki tujuan yang sama, baldatun, thoyyibatun, wa Robbun Gofur, mewujudkan negeri yang makmur, adil, sejahtera lahir batin. Jangan ingin kaya sendiri saja, jangan ingin maju seorang saja, ingat kita ini tim, bukan perorangan.

Kedua, sepak bola mendidik kita untuk profesional dan proporsional. Jika anda kipper maka tugas anda adalah menjaga gawang agar tidak kebobolan, jangan ikut-ikutan maju menyerang. Jika anda striker, maka tugas anda berusaha untuk menjebloskan bola ke gawang lawan, jangan malah berdiri di bawah mistar gawang apalagi menjebol gawang sendiri. 

Dalam kenyataan hidup berbangsa pun demikian, hendaknya setiap warga negara memposisikan dirinya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak boleh memaksakan diri untuk "merebut" posisi yang bukan keahlian kita. Namun sayang, realitas di negeri ini profesionalitas sering kali diabaikan. Seorang Dokter yang ahli dalam bidang kesehatan, malah memposisikan dirinya menjadi ustadz, sebaliknya ustadz berlaih fungsi membuka praktek jadi "dokter" gadungan, ada juga pengusaha yang  memaksakan diri jadi pejabat, pejabat malah "usaha" memperkaya dirinya sendiri dan keluarga, orang bodoh memberikan fatwa, orang pandai malah dibenci dan dihina. 

Semua orang tidak memposisikan dirinya dengan baik sesuai dengan skill dan ilmu yang dimiliki.  Keadaan seperti ini tentu akan menghambat kemajuan negeri ini menuju harapan dan cita-cita bangsa. 

Ketiga, sepak bola mengajari kita untuk mengikuti aturan dalam bermain. Ada waktu yang membatasi, ada wasit yang memimpin jalannya pertandingan, ada hakim garis yang membantu wasit dalam menentukan keputusan. Dalam sepak bola juga kita saksikan, jika ada pemain melakukan pelanggaran, maka dia harus menerima hukuman. 

Agar bangsa ini menjadi bangsa yang maju, semua warga negara harus taat dan patuh terhadap undang-undang yang berlaku di negeri ini. Jika di antara kita ada yang melanggarnya, maka harus siap menghadapi risiko hukum tanpa pandang bulu. 

Selamat menantikan semifinal Piala Eropa antara Italia vs Spanyol

Penulis adalah Ketua PCNU Kabupaten Karawang yang sering mengaku sebagai butiran debu bendera NU 
 


Opini Terbaru