Opini KOLOM NADIRSYAH HOSEN

Beda Perspektif

Jumat, 14 Februari 2025 | 11:13 WIB

Beda Perspektif

Perspektif. (Ilustrasi: freepik).

Ketika pasangan memberikan jam tangan, reaksinya: “Oh, ini sindiran agar aku tidak terlambat lagi saat bertemu?”


Padahal maksud sebenarnya: “Ini sebagai pengingat bahwa harta paling berharga adalah waktu, yang tak pernah bisa terulang. Dan itulah yang kuberikan padamu: waktuku yang berharga untuk pertemuan kita.”


Saat pasangan menghadiahkan parfum, responnya: “Oh, jadi kamu ingin bilang selama ini aku tidak wangi?”


Namun sebenarnya: “Aku ingin setiap kali menghirup napas di pagi, siang, sore, dan malam, yang tercium hanyalah aroma wangi tubuhmu,”.


Ketika pasangan memberikan bunga, dia berkata: “Katamu bunga ini melambangkan cintamu, tapi kenapa aku diberi bunga plastik, bukan bunga segar? Apakah cintamu palsu?”


Padahal maksud sebenarnya: “Benar, bunga ini melambangkan cintaku padamu. Maka aku memberimu bunga plastik karena ia awet, tak pernah layu, seperti juga cintaku padamu.”


Ada yang mengalami kayak dialog di atas gak sih? Semoga enggak yah. Ini kan dialog fiksi saja disampaikan saat ceramah. 


Eh, tapi bener loh. Hidup ini adalah pilihan. Pilihan untuk melihat dari perspektif yang mana.


وَعَينُ الرِضا عَن كُلِّ عَيبٍ كَليلَةٌ
وَلَكِنَّ عَينَ السُخطِ تُبدي المَساوِيا


“Mata yang penuh keridhaan akan menutup semua cela, namun mata yang penuh kebencian hanya akan melihat keburukan.”


Terkadang kita hanya perlu mengubah perspektif kita saja agar bisa melihat keindahan dari berbagai peristiwa dan mengubah semua curiga dan benci menjadi keridhaan dan ketulusan. Sesederhana itu.


​​​​​​​KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia