Mustasyar PWNU Jawa Barat KH Aceng Mimar Hidayatulloh Wafat, Berikut Biografi Singkatnya
Kamis, 18 Januari 2024 | 12:00 WIB
Muhammad Salim
Kontributor
Garut, NU Online Jabar
Innaalillahi wa innaa ilaihi rajiun. Salah seorang Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Aceng Mimar Hidayatulloh wafat pada hari Rabu (17/1/2024) pukul 02.00 WIB dinihari di kediamannya yang terletak tepatnya di Kampung Urug Desa Cikedokan Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kabar tersebut diterima NU Online Jabar dari grup Whatsapp.
"Assalamu'alaikum wr. Wb. Hatur uninga kasadayana, sihapunteunna anu kasuhun parantos wafat pas tabuh 02.00 WIB dinten Rebo 17 Januari 2024 pun bapa KH. Aceng Mimar Hidayatulloh Bin KH. Aceng Wajihaddin Bin Syaikhi Wasyaikhuna KH. Aceng Umar Bashri (red. Pendiri Pondok Pesantren Fauzan) Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Faizien Urug Nangoh, Cikedokan, Bayongbong, Garut, Jabar." demikian pesan yang disampaikan oleh KH Aceng Naufal selaku putranya dengan mencantumkan penulis berita Neng Hilma Mimar selaku kakaknya dalam grup Whatsapp KBNU Garut.
Sosok Aceng Mimar dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik asal Garut, Jawa Barat. Pesan-pesannya dalam pengajiannya begitu mendalam, beberapa diantaranya yang NU Online kumpulkan dari akun resmi Instagram Pondok Pesantren Hidayatul Faizien yaitu pola penanaman sikap santri untuk bisa berjaya tanpa menjatuhkan, menjadi orang bahagia tanpa menyusahkan, menjadi alim tanpa berbesar diri, dan berpesan agar tidak membiarkan rasa dendam tumbuh dalam hati.
Almarhum di kebumikan di makam keluarga Pondok Pesantren Hidayatul Faizien yang terletak di lingkungan pondok pesantren pada pukul 11.00 WIB.
Biografi Singkat
Berdasarkan keterangan putranya KH Aceng Malki, Aceng Mimar biasa almarhum disapa, wafat pada usia 74 tahun. Ia lahir pada tahun 1949 di Desa Cikedokan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Aceng Mimar mengenyam pendidikan pertama kali dari ayahandanya, kemudian dilanjut kepada mama Palahan KH Dahlan selesai di Palahan, ia melanjutkan pengembaraan ilmunya kepada mama Galumpit Garut KH Muhammad Yusuf, lanjut kembali kepada mama Ciharashas Cianjur dan mama Cibeurem Sukabumi.
Tidak berhenti di sana, untuk terus mengisi rasa haus akan ilmu, almarhum kemudian belajar Al Quran kepada KH Aceng Ma'mun Sukaregang Garut dan ilmu Nahwu kepada KH R Ustman Pondok Pesantren Riyadul Alfiah Sadang, Garut, iapun berguru ke KH Fuad Hasyim MA Buntet Pesantren Cirebon dan Mama Simpur Ciamis KH Yusuf.
Selama hidupnya, Aceng Mimar mengenyam kaderisasi NU dari bawah, mulai dari IPNU, Ansor sampai ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Garut sekitar 1980 bersama KH Sulaiman Afif, selain itu iapun menjadi Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) yang sanadnya tersambung kepada Syekh Ahmad Khotib Sambas dari Buyutnya Syekh Muhammad Adzro'i Bojong, Garut.
Selain itu, sebelum wafat Aceng Mimar juga menjabat sebagai ketua PC Jatman Garut, Ketua Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) Agung Garut, Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat dan Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Garut.
Aceng Mimar menikahi putri KH Rd Utsman yang bernama Nyimas Hj Siti Dalfah, dari istrinya tersebut, ia di beri karunia 10 orang anak yang terdiri dari empat putra dan enam putri. Semua putranya tersebut dihibahkan untuk NU.
Terpopuler
1
Keutamaan Bulan Sya’ban dan Nisfu Syaban dalam Hadits Nabi
2
Inilah Sejumlah Agenda Haul Masyayikh Pesantren Sunanulhuda 2025
3
Innalillahi, Mustasyar PCNU Cianjur KH R Abdul Halim Meninggal Dunia
4
Tiga Pemain Keturunan Resmi Jadi WNI: Amunisi Baru Perkuat Timnas Indonesia
5
Kemenag Segera Terbitkan Buku Manasik Haji 2025, Fokus pada Istithaah Kesehatan dan Fikih Taysir
6
Dari Rais Syuriah hingga Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bekasi Hadiri Resepsi Harlah ke-102 NU di Rawalumbu, Ini Pesannya
Terkini
Lihat Semua