Ngalogat

Puncak Haul Akbar Cipasung: Momentum Tepat Ciptakan Regenerasi Keteladanan Kiai

Sabtu, 29 Juni 2024 | 11:59 WIB

Puncak Haul Akbar Cipasung: Momentum Tepat Ciptakan Regenerasi Keteladanan Kiai

Pesantren Cipasung. (Foto: NU Online Jabar)

Gelaran puncak Haul Akbar Pondok Pesantren Cipasung telah dilaksanakan pada Minggu (23/6), malam. Dimana Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqomah Maruyung, Bandung, KH. Fauzi Imron memberikan kucuran keilmuan mengenai salah satu esensi dari pelaksanaan haul.


Kyai yang juga seorang cucu dari Pendiri Pondok Pesantren Cipasung tersebut memberikan tausiyah haul di hadapan para tamu undangan yang terdiri atas alumni, orang tua santri, masyarakat, serta seluruh santri yang memadati Masjid Jami Pondok Pesantren Cipasung.


Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan satu hal penting dari pelaksanaan haul, yang tak hanya berisi momentum silaturahmi, tetapi juga dapat dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk menciptakan regenerasi keteladanan kyai.


Dengan mengambil salah satu pepatah bahasa Arab, Kyai Fauzi menyebut bahwa nilai-nilai keteladanan dari para kyai yang telah meninggalkan tak akan berhenti hanya pada murid-muridnya, melainkan dapat terus ditanamkan oleh murid-muridnya tersebut pada anak cucunya di masa depan.


“Guru-guru kita telah menanamkan nilai-nilai kebaikan, sehingga kita bisa mengambil manfaat dari apa yang telah ditanam oleh beliau-beliau. Tetapi tidak titik (berakhir), wa nahnu nadrisu man ba’dana, kita sekarang punya kewajiban untuk ikut menanam agar anak, cucu, keturunan kita bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tanam,” kata Kyai Fauzi menjelaskan.


Menariknya, beliau menyampaikan pesan inti tersebut dengan metode tikrar (mengulang-ulang) agar para alumni dan seluruh santri tak hanya sekedar menerimanya sebagai pendengar, melainkan juga dapat menghafal dan mengamalkannya.


Selain itu, Kyai Fauzi juga menjelaskan bahwa pepatah yang sarat akan makna tersebut dapat menjadi representasi dari tema besar yang diangkat dalam acara Haul Akbar Cipasung tahun ini, yakni ‘Menghormati Warisan, Menghidupkan Tradisi, dan Menuai Keberkahan’.


Menurutnya, berbagai hal yang menjadi warisan KH. Ruhiat harus terus dipertahankan oleh seluruh murid-muridnya, seperti urusan akidah, syariah, pemikiran, hingga pergerakan di Nahdlatul Ulama.


Keberlanjutan tersebut kemudian harus juga diikuti dengan adanya upaya menjaga dan menghidupkan tradisi. Beliau menyebut bahwa tradisi logat kitab adalah hal fundamental yang harus terus dipupuk dari generasi ke generasi.


“Warisan yang menjadi sunnah dari Abah (KH. Ruhiat), alias tradisi dari Abah yang pada kalimat kedua harus dibarengi oleh apa? Menghidupkan tradisi. Karenanya, santri Cipasung, awas, logat kitab jangan sampai kosong,” ucap Kyai Fauzi.


Pada ujung tausiyahnya, Kyai muda tersebut meminta agar para santri juga dapat mendalami kalimat ketiga dari tema besar haul mengenai keberkahan. Beliau menegaskan bahwa keberkahan dari para kyai benar-benar tak boleh diragukan sedikitpun.


“Anda nanti kalau pulang ke rumah, Anda silahkan ragu dengan kemampuan Anda. Anda mungkin bingung dan ragu atas ilmu Anda. Tetapi mohon maaf, Anda jangan pernah ragu atas barokah dari seorang guru,” ucapnya.


Senada dengan hal itu, Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung, KH. Ubaidillah Ruhiat juga menyebut bahwa pelaksanaan haul memiliki tujuannya tersendiri. Selain untuk mendoakan dan momentum silaturahmi, dia juga menyebut bahwa haul bisa menjadi pengingat agar perjuangan orang yang mendahului dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya.


Karenanya, tokoh yang kerap disapa Kyai Ubaid tersebut mengambil landasan itu dari apa yang telah dikatakan dalam kisah nabi mengenai kewajiban seorang anak ketika mendapati orang tuanya yang telah meninggal. 


Selain itu, beliau juga berpesan agar haul ini menjadi momentum untuk mengingat bahwa tugas santri dan para alumni adalah mengamalkan ilmu yang telah didapat, sehingga tak hanya dapat diamalkan bagi diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan umat.


“Jadi, apabila bisa ilmu kita diamalkan untuk diri pribadi, untuk keluarga, untuk orang banyak, berarti ilmu kita itu adalah ilmu yang bermanfaat,” ucapnya.


Menurutnya, hal itu juga telah sesuai dengan apa yang tertera dalam kitab Al-Hikam karya Imam Ibnu Atha’illah mengenai ‘ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat) itu sendiri.


Acara yang dihadiri ribuan orang tersebut juga menghadirkan tontonan video bersejarah mengenai perjuangan KH. Ruhiat dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren. 


Dengan video tersebut, KH. Koko Komarudin Ruhiat selaku Pembina Yayasan menyebut bahwa video itu dapat dijadikan acuan bagi para santri dan alumni agar tetap semangat meneladani dan meneruskan perjuangan para kyai.


“Jadikanlah tadi video sebagai aspirasi untuk dijadikan (motivasi) bahwa kamu juga bisa seperti Pendiri Pondok Pesantren, asal ada keinginan yang kuat,” jelasnya.


Sementara itu, Ketua Keluarga Alumni Cipasung (KAC), KH. Ahmad Ruhyat Hasby dalam sambutannya memberikan apresiasi besar bagi keluarga pondok pesantren yang telah berhasil menggelar Haul Akbar pertama dengan sukses dan meriah.


“Kami ingin mengucapkan selamat kepada keluarga besar Pondok Pesantren Cipasung yang telah menyelenggarakan acara haul ini, yang merupakan tradisi Islam Nusantara,” katanya dalam sambutan singkat.


Puncak acara tersebut sekaligus menutup rangkaian acara Haul Akbar Cipasung yang telah berlangsung sejak satu minggu yang lalu. Hal ini menjadi acara penyatuan peringatan haul pertama dengan berbagai acara yang digelar dan dapat menjadi titik awal bagi pelaksanaan haul yang lebih gebyar di tahun-tahun mendatang.***


Fauzan Ibnu Hasby,