Meski tidak pernah ngaji dan mondok di Cipasung, entah mengapa saya merasa punya ikatan dengan pondok pesantren ini. Penyebabnya mungkin karena kakek, ibu, dan paman saya adalah alumninya. Cerita tentang Abah Ruhiyat, Pak Ilyas, dan hal-hal lain menyangkut Cipasung sering saya dengar sejak kecil.
Di antara yang unik adalah penyebutan nama kiai. Di sini, sejak zamannya Pak Ilyas, orang-orang menyebut kiai atau ajengan dengan sebutan Bapak atau Pak. Setelah Pak Ilyas meninggal, kepemimpinan diteruskan oleh Pak Dudung. Pak Dudung meninggal, Pak Abun meneruskan. Mereka semua bersaudara.
Tadi, selepas shalat jenazah dan tahlil sebagaimana biasanya, Pak Koko mengumumkan bahwa penerus kepemimpinan pesantren adalah Pak Ubaid, sedangkan Pak Acep Adang ditunjuk sebagai ketua yayasan. Pak Koko sendiri adalah salah satu putra Abah Ruhiyat yang paling tua di antara yang masih ada.
Terus terang saya cukup surprise dengan pengumuman oleh Pak Koko tadi itu. Rupanya konon itu adalah salah satu wasiat Pak Abun. Beliau minta regenerasi kepemimpinan pesantren dilakukan secepat mungkin. Salut. Pak Ubaid langsung membaca doa penutup tahlil sebagai pemimpin pesantren yang baru sebelum jenazah Pak Abun dikebumikan.
Saya cukup yakin Cipasung akan terus bertahan sebagai salah satu pesantren tradisional yang besar dan berpengaruh di negeri ini.
Amin Mudzakir, salah seorang Peneliti BRIN
Terpopuler
1
Sambut 1 Muharram, Pagar Nusa Beji Pladen Gelar Istighotsah dan Pawai Obor
2
Bertempat di Pesantren Al-Musri Banu Mansur, Gelaran Diklatsar Banser Cianjur Diikuti Puluhan Peserta
3
Model MANIS, Jawaban atas Tantangan Pendidikan Karakter Masa Kini
4
Ranting NU Margajaya Gelar Lailatul Ijtima, Perkuat Khidmat Kader NU Kota Bogor
5
Dari Pawai Obor hingga Santunan Yatim Jadi Cara IKRIMA Meriahkan Pekan Muharram 1447 H di Griya Citayem Permai
6
PCNU Kota Bandung Konsolidasi Kader Penggerak, Perkuat Aswaja dan Optimalisasi Potensi Bangun Kemandirian Jam'iyah dan Jamaah
Terkini
Lihat Semua