KH Husein Muhammad
Aku melihat mata kedua anakku itu seperti lelah dan mengantuk. Aku bertanya apakah masih mau mendengarkan kisah buya masa lalu ketika mondok?. Mereka sebetulnya masih ingin, tapi kondisi mata sudah lelah dan ingin istirahat. Lalu mereka minta dilanjutkan besok malam. Tetapi sebelum mengakhiri, mereka minta aku menyanyi lagi lagu yang pernah aku senandungkan kepada mereka beberapa waktu lalu. Mereka sangat terkesan. Kata mereka lagu itu enak dan suaraku juga merdu. Lagu itu berjudul Keagungan Tuhan".
Aku masih ingat penuh, lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh Ida Laela, seorang penyanyi melayu yang legendaris. Ia selalu diiringi oleh orkes melayu pimpinan A. Kadir. Nama dan lagu ini sangat popular ketika itu. Ia digubah oleh Abdul Malik Buzaid, seorang laki-laki keturunan Arab, dan dirilis pada tahun 1966.
Aku mendengar lagu itu ketika di pesantren dan dari tempat yang jauh, terdengar sayup-sayup, menderu-deru dan muncul tenggelam, sesuai angin yang membawanya. Tetapi ketika itu bukan dinyanyikan oleh Ida Laela, melainkan oleh Titiek Sandhora, si “Jago Mogok”, itu, saat masih sendiri, lajang atau jomblo, sebelum kelak menjadi isteri Muhsin Alatas. Pada waktu yang lain ia dinyanyikan oleh Syam D’lloyd dan belakangan oleh Sulis-Hadad Alwi, Arman Gigi dan Vidi. Mungkin ini satu-satunya lagu melayu yang aku hapal. Lagu- lagu yang aku suka sebenarnya lagu-lagu pop, musik klasik dan keroncong, terutama gubahan Ismail Marzuki.
Mengapa aku suka lagu ini?. Kata seorang teman. Aku bilang, karena pesan-pesan liriknya menggugah kesadaran manusia, mengekpresikan nilai kemanusiaan yang agung: Kesetaraan Manusia, Cinta dan Kasih Sayang Tuhan kepada semua ciptaan-Nya, dan mengingatkan semua orang akan kesementaraan hidup di dunia dan kebakaan kehidupan akhirat. Dan aku ingin pesan-pesan ini didengar anak-anakku.
Lagu Keagungan Tuhan
"Dengarkan baik-baik lagu ini ya?"
Insaflah wahai manusia
Jika dirimu bernoda
Dunia hanya naungan
Tuk makhluk ciptaan Tuhan
Dengan tiada terduga
Dunia ini kan binasa
Kita kembali ke asalnya
Menghadap Tuhan Yang Esa
Dialah Pengasih dan Penyayang
Kepada semua insan
Janganlah ragu atau bimbang
Pada keagungan Tuhan
Betapa Maha besarnya
Kuasa se alam mesta
Siapa slalu mengabdi
Berbakti pada Illahi
Sentosa slama-lamanya
Di dunia dan akhir masa
Usai menyenandungkan lagu itu, anak-anakku bertepuk tangan, girang. "Buya hebat, buya hebat," kata mereka serentak sambil menunjuklan ibu jarinya. Mata ngantuk tiba-tiba hilang. Senyum mereka mengembang begitu manis.
Sesudah betapa mengejutkannya manakala mereka bertanya, “Apakah orang-orang Yahudi dan Nasrani juga mendapat kasih sayang Tuhan?
Aku menjawab, “Ya. Kasih Sayang Tuhan menjangkau dan meliputi segala yang ada, untuk semua ciptaan-Nya, untuk setiap makhluk-Nya, baik yang merangkak di tanah, yang berenang di air, yang terbang di langit biru dan pada setiap nafas yang masih berhembus, dulu, kini dan nanti, di bumi, di langit dan di seluruh cakrawala.”
Aku membacakan ayat al Quran yang sering diucapkan banyak orang "Aku tidak mengutusmu Muhammad, kecuali untuk menjadi pembawa dan menyebarkan kasih sayang kepada semua yang ada di langit dan jagat raya ini".
ورحمتی وسعت كل شيء
“Dan Kasih Sayangku meliputi segala sesuatu.”
Sesudah itu mereka mengambil selimut dan memejamkan matanya.
"Semoga mimpi indah ya"?
Penulis adalah Pengasuh Pesantren Daruttauhid Arjawinangun Cirebon
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Doa Perjalanan Pulang Usai Menunaikan Ibadah Haji
3
Dari Hafal Alfiyah hingga Mendirikan Pesantren Cipasung, Keteladanan Abah Ruhiat Diharapkan Jadi Inspirasi
4
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
5
Jelang Konkoorcab XXI, PMII Jabar Gelar Pengambilan Nomor Urut hingga Pemaparan Visi-Misi Kandidat
6
Innalilahi, Pengasuh Pesantren Al-Huda Garut Hj Euis Paridah Meninggal Dunia
Terkini
Lihat Semua