• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Ngalogat

Negorij Bandoeng, Riwayat Kabupaten Bandoeng dan Nama-Nama Kampung Tua di Tjileunji

Negorij Bandoeng, Riwayat Kabupaten Bandoeng dan Nama-Nama Kampung Tua di Tjileunji
Masjid Agung dan Alun-alun Bandung pada masa lampau.
Masjid Agung dan Alun-alun Bandung pada masa lampau.

Oleh: Nasihin

"Ada sebuah Negeri dinamakan Bandong yang terdiri dari 25 sampai 30 Rumah,".
Tulisan seorang Mardijker atau Mardiker Juliaen da silva Tahun 1641 M. (Wajah Bandoeng tempo doeloe) Haryoto Kunto.

Daerah Bandung dulu, bernama Tatar ukur di bawah Kerajaan Timbanganten dengan ibukota Tegalluar, wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran pada abad 15. Timbanganten diperintah turun temurun dari Prabu Pandan ukur, Dipati Agung, Dipati ukur. Tatar ukur memiliki wilayah di sebut Ukur Sasanga. Wilayah Tatar Ukur sangatlah luas, diluar Kabupaten Bandung sekarang wilayahnya mencapai Rajamandala, Tanjungsari, Pamanukan, Wanayasa. (Sejarah Kota-kota di Jawa Barat) A. Sobana.

Kabupaten Bandung lahir melalui piagam Sultan Agung Mataram, 9 bulan Muharam tahun alif atau Sabtu 20 April 1641 M. Tahun 1620 M Wilayah Priangan di kuasai oleh Sumedang larang dan Sumedang larang di bawah perintah Kerajaan Mataram.

Bupati Pertama Kabupaten Bandung bernama Ki Astamanggala atau Tumenggung wiraangunangun (1641-1681), ketika tahun 1645 Sultan Agung wafat dan kekuatan Mataram mulai melemah. Terjadilah pemberontakan Trunojoyo sekitar tahun 1670. Amangkurat II yang kewalahan melawan Trunojoyo kemudian menjalin kesepakatan dan meminta bantuan VOC untuk menumpas Trunojoyo pada tanggal 19-20 Oktober 1677, dengan perjanjian akan menyerahkan Priangan Barat dan Tengah.

Di tahun 1684 M, Priangan Timur diserahkan dengan perjanjian yang ditanda tangani tanggal 5 Oktober 1705 M di Cirebon setelah Cirebon takluk kepada VOC tahun 1681 M. Dengan begitu wilayah Bandung dibawah komando VOC.

Pada masa Adipati Wiranatakusumah II (1794-1829 M), ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Krapyak (Dayeuh kolot) ke area hutan tepi barat sungai Cikapundung atau dekat jalan Raya Pos sekitar Alun-alun Bandung sekarang atas perintah Gubernur Deandels, dan Kota Bandung resmi jadi ibukota Kabupaten Bandung tepatnya 15 September 1810 M.

Lalu, pada masa Adipati Wiranatakusumah IV atau Dalem Bintang (1846-1874 M), Bandung semakin maju dan beliau menjadi peletak dasar Masterplan Kabupaten Bandung atau Negorij Bandoeng. Tahun 1850 M beliau mendirikan Pendopo dan Mesjid Agung Bandung kemudian memprakarsai pembangunan sekolah Pendidikan Guru dan mendirikan sekolah untuk menak (Opleiding school voor indische ambtenaaren).

Di masa adipati Kusumadilaga rel kereta api di bangun tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Terjadi peristiwa penting di masa kepemimpinan berikutnya yaitu masa R.A.A Martanegara (1893-1918 M) tepatnya 21 Februari 1906 Kota Bandung sebagai ibukota Kabupaten Bandung berubah menjadi KotaMadya (Gemeente).

Di masa berikutnya rencana pemindahan Kabupaten Bandung yang semula dikota Bandung mulai di gagas, dengan peletakan batu pertama tanggal 20 April 1974 di Baleendah, dimulai jaman R.H Lily Sumantri dilanjutkan Bupati R.Sani Lupias. Namun karna pertimbangan geografis yang tidak memungkinkan untuk ibukota yang semula di Baleendah kemudian dipindahkan ke Soreang pada masa H.O Cherman Affendi (1985-1990). Dan pembangunan pun  dilanjutkan oleh Bupati-bupati lainnya sampai sekarang.

Jika menelisik sejarah, nama Cibiru, Cinunuk, Cileunyi adalah nama-nama daerah di Bandung timur yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung. Nama-nama tersebut termasuk nama pemukiman lama (tua) yang sekarang berada di  kecamatan Cileunyi. Bahkan dulu Cibiru termasuk Distrik Ujung Berung wetan pada peta Priangan tahun 1857. Tentunya, Cibiru masa lalu sebelum di pecah menjadi Pasir biru, Cibiru wetan dan Cibiru hilir.

Kemudian Cinunuk sudah ada pada peta Belanda tahun 1840. Cinunuk lama adalah daerah yang ditempati Desa Cimekar, sebagian Cileunyi Kulon dan Cileunyi Wetan dan tentunya Cinunuk sendiri.

Bahkan ada yang menarik buat saya, pada peta topografi koleksi Universitas Leiden tahun 1894 ada Nama-nama tempat yang sudah tercatat di peta yang sekarang berada di wilayah Kecamatan Cileunyi, nama-nama tempat tersebut seperti : 

Di Atas jalan Pos (Utara) ada Tjipondok (Cipondoh), Tjipadati (Cipadati), Tjibangkapol ? Babakan Sumedang, Tjibiru (Cibiru), Tjikoneng (Cikoneng), Tjiloenjat (Ciluncat)?, Tjisitoe (cisitu), Sirah Tjipoendek (Sirah Cipundek)?, Njalindung (Nyalindung), Tjikandang (Cikandang), Sekedjengkol (Sekejengkol).

Di Bawah Jalan Pos (Selatan) ada Tjinoenoek (Cinunuk ), Tjiboerial (Ciburial ), Tjileunji (Cileunyi ), Panjawoengan (Panyawungan).

Nama-nama diatas tersebar di Desa-desa Kecamatan Cileunyi, dan daerah tersebut mengandung sejarah proses terbentuknya Desa-desa dan Kecamatan Cileunyi sekarang.

Penamaan daerah tersebut biasanya berhubungan dengan apa yang ada di daerah tersebut toponimi, mungkin sudah tinggal nama tak ada jejak peninggalanya ataupun mungkin masih ada, ataupun nama-nama tempat itu sudah hilang sebagian ataupun tidak dikenal.

Toponimi sangat penting, dikarnakan hilangnya nama daerah tersebut akan hilang pula sejarahnya, di dalam sejarah terkandung nilai-nilai keluhuran adat dan budaya atau kearifan lokal. Toponimi mengandung nilai historis dan filosofis yang dalam. Nilai-nilai itu sangat penting apalagi untuk generasi muda ditengah keringnya nilai-nilai etika, adat, moral di jaman sekarang.  

Wallohu a'lam

Tulisan ini di olah dari berbagai sumber, mohon maaf jika masih banyak kekurangan.

Hayu Urang Pancakaki.

Penulis merupakan salah seorang Pengurus Lesbumi PCNU Kabupaten Bandung.


Ngalogat Terbaru