• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Ngalogat

Masyayikh Tarekat (13) Muhammad Baba as-Samasi

Masyayikh Tarekat (13) Muhammad Baba as-Samasi
Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam Jami’ Karomatil Auliya' (JKA, I: 255) menyebutnya sebagai “termasuk pembesar thariqah Naqsyabandiyah"
Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam Jami’ Karomatil Auliya' (JKA, I: 255) menyebutnya sebagai “termasuk pembesar thariqah Naqsyabandiyah"

Oleh Nur Kholik Ridwan

Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam Jami’ Karomatil Auliya' (JKA, I: 255) menyebutnya sebagai “termasuk pembesar thariqah Naqsyabandiyah”. Sementara dalam kitab at-Thariqah an-Naqsyabandiyah wa A'lamuha (TNWA) disebut nama lengkapnya adalah Muhammad Baba as-Samasi, dilahirkan di wilayah Samas, yang terletak 3 mil dari Bukhara, tetapi tidak disebut angka tahunnya. Beliau belajar ilmu-ilmu aqliyah dan naqliyah, kemudian bersuhbah dan menjadi murid Khawaja Azizan Ali ar-Ramitani, dan menerima bimbingan untuk melakukan disiplin mujahadah dan riyadhah. 

Setelah itu, Khawaja Muhammad Baba as-Samasi menjadi khalifah Khawaja Azizan Ali ar-Ramitani, dan memiliki banyak keramat yang diceritakan beberapa sumber. Di antara keramatnya disebutkan dalam kitab JKA, adalah beliau diberi basyarat dan melihat munculnya Syekh Muhammad Baha’udin Naqsyabandi sebelum dilahirkan ke bumi. Suatu ketika beliau berjalan di desa, Qashrul Arifan, lalu dia berkata kepada beberapa sahabatnya: “Sungguh aku menemukan dari tanah ini bau seorang arif.”

Ketika Khawaja Muhammad Baba as-Samasi berjalan lagi pada suatu hari lain di wilayah sebelumnya, beliau berkata lagi kepada sahabat-sahabatnya: “Sungguh aku melihat bau (seorang arif) semakin bertambah, dan itu adalah setelah kelahiran Syekh Muhammad Bahaudin Naqsyabandi setelah 3 hari. Dan ketika melihat bayi itu, Khawaja Baba mengatakan: “Ini adalah anakku.” Khawaja Baba Samasi kemudian berkata kepada para sahabatnya: “Inilah seorang arif yang aku beri isayarat kepada kalian semua, sesungguhnya aku menemukan baunya di desa ini, dan dalam waktu dekat insya Allah seorang arif ini akan menjadi teladannya para makhluk.”

Setelah menginjak remaja, ketika Muhammad Bahaudin Nasyabandi diterima oleh Sayyid Amir Kullal sebagai murid di lingkaran Khawaja Baba Samasi, maka beliau berkata kepada Sayyid Amir Kullal: “Ini adalah anakku, jangan sampai terlena memberikan tarbiyah kepadanya. Apabila engkau terlena dalam mentarbiyahnya, sungguh aku mendapati diriku, tidak meridhaimu selamanya” (JKA, I: 255).

Beberapa keramatnya yang lain ketika bersama Syekh Ali ar-Ramitani juga diceritakan oleh beberapa sumber. Baba as-Samasi wafat tahun 740 atau 755 (1340 atau 1354 M.). Ketika wafat meninggalkan banyak murid dan khalifah yang terkenal, dan di antara mereka yang masyhur adalah Sayyid Amir Kullal al-Bukhari (TNWA, 1987: 131).

Penulis adalah pengarang buku "Suluk dan Tarekat"


Ngalogat Terbaru