• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Nasional

Rais Syuriah PWNU Jabar Ungkap Lima Kriteria Jadi Pengurus NU

Rais Syuriah PWNU Jabar Ungkap Lima Kriteria Jadi Pengurus NU
Rais Syuriah PWNU Jabar Ungkap Lima Kriteria Jadi Pengurus NU
Rais Syuriah PWNU Jabar Ungkap Lima Kriteria Jadi Pengurus NU

Tasikmalaya, NU Jabar Online
Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Abun Bunyamin menegaskan lima kriteria yang harus dimiliki oleh pengurus NU. Hal tersebut diungkapkan saat menghadiri pembukaan Konferensi ke-9 Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sariwangi di Halaman Gedung MWCNU Sariwangi kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (2/7).


"Pesan saya kepada para pengurus agar memenuhi 5 kriteria ini. Pertama munadzim, yaitu sebagai organisatoris. Artinya harus bisa mengatur, kalau memiliki anggota yang banyak namun tidak diurus akan menjadi beban, sedangkan bila diatur dengan baik dapat menjadi aset. Munadzim ini adalah seorang organisatoris dan dapat mengorganisasi NU dengan baik," jelas kiai Abun dalam tausiyahnya. 


Kedua, sambungnya, muwahid yaitu sebagai pemersatu. Silahkan satukan komponen-komponen NU, jangan sampai seperti politik belah bambu, kita satukan, sehingga dapat menjadi kekuatan.


Ketiga  murobbi, yaitu sebagai pengayom. Mengayomi anggotanya, mengarahkan bila terdapat kelalaian dan mencontohkannya dengan baik. 


Keempat mujaddid, yaitu sebagai inovator. Pengurus harus memiliki konsep-konsep baru bagi organisasi. Jangan sampai tidak ada perubahan.


Kelima mujahid, yaitu sebagai pejuang. Pengurus harus iklas dan rela berjuang. Kalau kita tidak rela berkorban, lantas siapa yang akan menghidupkan Nahdlatul Ulama. 


"Lalu keenam, khusus tambahan bagi Rais atau Syuriah, yaitu harus waro atau apik. Waro dalam berkata, makan dan berprilaku," tambah kiai Abun. 


Berkaitan dengan waro itu sendiri, kiai Abun menerangkan terdapat empat tingkatan waro seseorang. Pertama waro syuhud wal qadha atau waro minimal, yaitu menjauhkan diri dari barang haram secara lahiriah. Kedua waro shalihin, yaitu tidak mendekati sesuatu yang syubhat. Meninggalkan sesuatu meragukan atau yang belum jelas haram, makruh atau mubah. 


"Ketiga waro muttaqin, yaitu membatasi terhadap yang halal, dikhawatirkan dapat membawa keharaman kepadanya. Keempat waro shiddiqin, yaitu meninggalkan yang tidak bermanfaat karena tidak mau sekejap pun lupa terhadap Allah Swt," tandas kiai Abun. 


Selain itu, Kiai yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al Muhajirin Purwakarta tersebut juga mengamanatkan kepada warga nahdliyin agar aktif ber-NU bukan hanya karena menjadi pengurus atau menempati jabatan tertentu. Namun tidak atau dengan menjadi pengurus, warga nahdliyin harus terus menghidupkan Nahdlatul Ulama. 


Sebagai informasi, di lokasi yang sama juga digelar Konferensi Anak Ranting (Konferancab) Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat Sariwangi. 


Pewarta: Riki Baehaki
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Nasional Terbaru