• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Nasional

Gus Yahya Ungkap Keuletan Sarung sebagai Simbol Budaya Nusantara

Gus Yahya Ungkap Keuletan Sarung sebagai Simbol Budaya Nusantara
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Tsaquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Tsaquf

Bandung, NU Online Jabar
Pada acara Sarung Santri Nusantara yang diselenggarakan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Tsaquf menguraikan pandangannya tentang sarung sebagai simbol budaya yang ulet


Dalam sambutannya, Gus Yahya menyatakan, "Satu hal yang kita syukuri dan ingat betapa pentingnya makna sarung ini terkait vitalitas budayanya, saya kira nggak ada yang lebih ulet dalam vitalitas budaya melebihi sarung." Ia menjelaskan bahwa keuletan budaya sarung terbukti dengan tetap konservatifnya desain sarung dari masa ke masa, berbeda dengan celana panjang yang mengalami transformasi model secara terus-menerus.


Menurut Gus Yahya, keunikan sarung terletak pada serbagunanya. "Mungkin karena sarung itu serbaguna, dipakai sholat bisa, dipakai selain sholat juga bisa, bahkan dipakai untuk menjaring ikan," imbuhnya dengan senyum.


Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin Lateh Rembang ini juga menekankan bahwa sarung telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas santri dan kiai-kiai. Ia memberi pesan kepada para santri agar tidak hanya melihat sarung sebagai pemberian turun temurun, melainkan memahami sejarah di balik pakaian tersebut.


Lebih lanjut, Gus Yahya menyoroti pentingnya sarung sebagai lambang kesinambungan sejarah dan ketersambungan peradaban yang luas. Ia mengungkapkan bahwa sarung tidak hanya dipakai oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, tetapi juga oleh masyarakat India (Hindu) dan Myanmar (Budha).


"Ini juga kita menyadari bahwa sarung ini sudah dipakai masyarakat Nusantara ini sebelum Islam dikenal di sini. Ini berarti walaupun masyarakat Nusantara mayoritas muslim, kita tetap menjadi bagian dari tradisi kehidupan budaya," tambahnya dengan penuh semangat


Gus Yahya menutup pidatonya dengan menggarisbawahi kesinambungan sejarah sarung Nusantara dari zaman Hindu hingga Islam. 


"Alhamdulillah ini Malam Sarung Nusantara, ini adalah salah satu bentuk kegembiraan kita, syukur kita akan jejak dari perjuangan pahlawan yang telah mengorbankan segala-galanya demi tegaknya Proklamasi, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini," pungkasnya penuh harap.


"Semoga keberkahan ini terus membawa berkah yang makin besar hingga masa depan untuk Bangsa Indonesia."
 


Nasional Terbaru